Di rumah Rin....Hari ini Rin benar benar merasa sangat senang. Setelah Festival kembang api selesai, sepanjang jalan dia mendengar bisikan, bahwa putra tunggal dari seorang pianis hebat dan mantan model terkenal telah menyukai seseorang."Ini hanya awal kejutan dariku, setelah aku memantapkan hatiku, aku akan membuat kejutan yang lebih besar lagi." guman Rin disertai senyuman tipis di wajahnya.Rin berjalan ke arah kamarnya, akan tetapi dia dihentikan oleh suara seseorang."Rin!" Rin menatap sumber suara dan tersenyum."Mama? Kenapa?" tanya Rin yang menghampiri Mamanya."Mama mau ngomong sesuatu yang penting sama kamu." ucap Miyuki tegas.Rin kembali tersenyum, "Mama, ingin mempertanyakan masalah kembang api tadi?" tebak Rin yang tepat sasaran.Miyuki mengaggukkan kepala sebagai jawaban."Hem....memangnya, Papa tidak mengatakan apapun?" tanya Rin yang tersenyum ke arah mamanya.Miyuki kembali menggelengkan kepala sebagai jawaban."Mamaku tersayang, kejutan itu disiapkan Papa untuk o
Beberapa bulan kemudian.....Hari terakhir musim gugur....Cuaca hari ini menjadi lebih dingin dari biasanya. Karena beberapa hari lagi akan memasuki musim dingin.Hari ini Zeyna pergi ke supermarket untuk belanja kebutuhan bulanannya.Setelah selesai, Zey langsung menuju kasir dan membayar belanjaannya.Di kasir sebelah, Zeyna mendengar perdebatan seorang pria dengan wanita penjaga kasir."Maaf tuan, untuk saat ini kami belum melayani kartu debit. Anda bisa menggunakan uang cash." ucap sang kasir."Sudah ku bilang bukan, aku sedang tidak membawa uang cash, aku hanya membawa ini." ucap pria itu.Zeyna menatap ke samping dan melihat pria yang di kenalinya."Akio-kun?""Zeyna-san." Zeyna tersenyum, "hitung sekalian dengan milik saya." ucap Zeyna."Tidak perlu, Zey. Ini sangat merepotkanmu." ucap Akio."Tidak merepotkan, kok." ucap Zeyna disertai senyumannya.Akio hanya pasrah dengan keputusan Zeyna."Terima kasih, Zeyna-san." ucap Akio.Setelah di jumlahkan semua, Zeyna dan Akio keluar
Setelah dari toko bunga, Rin langsung pulang. "Aku pulang...." ucap Rin. Akan tetapi tampak sunyi, tidak ada tanda tanda kalau kedua orang tuanya ada di rumah."Em?....dimana Mama dan Papa?" tanya Rin pada Ayano."Ou...tuan dan Nyonya hari ini menghadiri acara. Mungkin akan pulang sedikit malam." jelas Ayano.Rin tampak berpikir, dan beberapa saat kemudian dia tersenyum.Hal itu membuat Ayano terheran dengan sikapnya."Kau kenapa?" Rin tidak menjawab pertanyaan Ayano. Dia hanya tersenyum dan menepuk pundak Ayano dengan lembut, lalu pergi meninggalkan Ayano.Ayano menatap heran ke arah Rin, "sepertinya dia kerasukan roh rindu." Ayano menatap Rin yang perlahan hilang dari pandangannya.Sedangkan di kamar Rin.....Rin membuka kopernya dan mengambil sebuah paper bag yang sudah disiapkan sejak awal.Dia tersenyum menatap paper bag itu. Rin pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.Beberapa saat kemudian.....Rin sudah rapi dengan penampilannya. Hal itu mengundang tanda tanya saat
Rin dengan sigap menghentikan Zeyna dengan menarik lengan baju Zeyna.Zeyna terkejut dengan Rin yang menghentikannya tanpa menyentuh tangan Zeyna, hanya lengan bajunya saja."Maaf, Zey. Aku tidak bermaksud membahas itu. Aku hanya ingin memastikan perasaanku padamu. Aku takut terjatuh lebih dalam lagi. Aku takut tidak bisa melepasmu suatu saat nanti." ucap Rin yang masih menahan Zeyna agar tidak pergi.Zeyna paham maksud dari ucapan Rin, karena dia juga mengalami hal yang sama.Zeyna berbalik dan menatap Rin dengan tatapan yang sangat dalam.Ini pertama kalinya Rin menatap Zeyna yang menatapnya seperti ini."Jika kamu bertanya pada padaku, apakah aku pernah melanggar sebuah aturan dalam agamaku? Jawabannya pernah, Rin. Dan kamu tahu, aku sedang melanggarnya saat ini." Rin terkejut dengan ucapan Zeyna. Dia juga belum bisa mencerna ucapan Zeyna. Kenapa Zeyna mengatakan hal demikian? Itulah yang ada di benak Rin saat ini."Apa maksudnya, Zey. Aku tidak paham apa maksud ucapanmu." ucap Rin
Saat musim dingin, Rin, Zeyna, Akio dan Ayumi, membuat rencana akan pergi ke Hokkaido. Tempat liburan musim dingin yang paling populer, juga tempat yang paling bagus untuk berselancar. Mereka sudah berada di tempat perjanjian, hanya tinggal satu orang yang belum terlihat."Maaf membuat kalian menunggu. Cukup merepotkan untukku meminta izin dengan jadwal ku yang sudah disusun rapi oleh Ayano." jelas Rin yang mengatakan kesibukannya selama ini.Rin dengan penampilan santai, menggunakan jaket tebal, dan sarung tangan di tangan topi menutup kepalanya. Sehingga membuat penampilan Rin terlihat tidak kalah keren dari hari biasanya.Rin menatap ke arah Zeyna, dan dia melihat Zeyna yang mengenakan Syal yang diberikan oleh Rin.Rin tersenyum dan menghampiri Zeyna. Rin melepas penutup telinganya dan memberikannya pada Zeyna."Pakai, Zey. Hokkaido sangat dingin, untuk melindungi telinga kamu, agar tidak terkena angin dingin." ucap Rin disertai senyuman manisnya.Zeyna cukup terkejut dengan sika
"Ou...yang tadi itu adzan, ya. Aku tidak menyangka sangat menenangkan hati dan pikiran." ucap Rin.Zeyna hanya tersenyum mendengar ucapan Rin."Maaf, kalian berdua?..." suara seorang pria paruh baya mengalihkan perhatian Rin dan Zeyna.Keduanya sontak melihat ke sumber suara, dan terlihat seorang pria yang mengenakan pakaian juba dan sorban yang bertengger di lehernya menegur Zeyna dan Rin."Sudah mau masuk waktu shalat, kenapa masih di luar?" ucap Pria itu."Kalau begitu saya permisi. Assalamualaikum." ucap Zeyna yang pamit lebih dulu.Tinggal lah Rin dan pria itu. Rin tampak canggung saat ditinggal berdua."Kamu? Kenapa tidak segera masuk?" tanya pria itu."Maaf, pak. Saya Non Muslim. Saya hanya penasaran dengan suara yang begitu merdu tadi. Dan kebetulan saya bertemu teman saya." jelas Rin.Pria itu tersenyum dan menganggukkan kepalanya."Baiklah, kalau begitu saya permisi." ucap pria itu.Rin tidak langsung kembali ke penginapan. Dia duduk di luar dan menunggu Zeyna selesai. Sete
Rin bangun dengan ditolong oleh Zeyna. Di saat itu, Akio baru sampai garis Finish, dan Akio melihat Zeyna yang baru saja membantu Rin melalui sarung tangannya."Kalian berdua benar benar gila. Aku sangat kewalahan mengejar kalian." ucap Akio yang baru saja sampai."Kau saja yang lambat. Namanya juga balapan, mana ada balapan kalau pelan pelan." ucap Rin.Zeyna hanya tersenyum melihat perdebatan mereka."Rin, Akio-kun, kalian berdua sudah kalah. Makan siang hari ini kalian traktir." ucap Zeyna."SETUJU....." teriak Ayumi dari atas kereta gantung."Baiklah, makan siang hari ini Akio yang traktir." ucap Rin dengan santainya.Akio menganggukkan kepala sebagai jawaban, namun sedetik kemudian dia baru sadar dengan ucapan Rin."Hah....kok Aku?" ucap Akio yang baru menyadari ucapan Rin."Karena kau....Kalah." ucap Rin yang menekan kata kata 'kalah' pada Akio."Bukan, 'kah itu curang, perjanjian awal, 'kan kalau kita berdua kalah, kita yang traktir." ucap Akio yang masih tidak terima dengan uc
"Ti...tidak perlu...huh...huh...aku baik baik saja." "RIN!.... ZEYNA!..." Akio dan Ayumi berlari ke arah Rin dan Zeyna.Ayumi memapah Zeyna yang tidak sadarkan diri, sedangkan Akio memepah Rin."Apa yang terjadi?" tanya Akio."Aku...akan menjelaskan...nya nanti...." Rin kehilangan kesadarannya."Rin...."Akio memapah Rin ke tempat Ayumi membawa Zeyna. Di sana ada tempat pengungsian dan tempat pertolongan pertama korban yang terluka.Banyak juga korban yang terluka akibat badai salju yang datang tiba tiba ini. Ada yang mengalami luka ringan dan juga ada yang mengalami luka berat. Tidak ada korban yang di nyatakan meninggal dunia.Ayumi dengan segera membawa Zeyna ke dokter yang ada di sana, agar segera ditangani.****Di Indonesia, tepatnya di rumah orang tua Zeyna.....Prang....."Astagfirullahaladzim....." Azzam dan Azizah terkejut dengan bingkai foto yang terjatuh, dan Foto itu adalah Foto Zeyna.Azizah menghampiri bingkai yang pecah. Seketika perasaan tidak enak menyelimuti hati