Share

Bab 8 Hadiah pertama

"Jika kamu berpikiran untuk bersama Zeyna mama tidak setuju."

Rin kembali teringat dengan ucapan mama nya waktu itu.

"Apa sesulit itukah tembok yang harus ku lalui untuk mendapatkan hati, Zeyna?" Gumam Rin.

"Apa hanya karena beda kepercayaan, maka dari itu Zeyna menghindari ku? Bukankah banyak ya zaman sekarang yang menikah beda agama?" Rin terus bergumam memikirkan ucapan Zeyna padanya.

Seorang pria merangkul pundak Rin saat dia sedang melamun.

Hal itu membuatnya terkejut, dan hampir saja memukul Akio

"Ini aku, kau ingin memukulku?" Ucap Akio yang menepis tangan Rin.

"Kau membuatku terkejut, untung saja kau langsung menepis tanganku. Jika tidak, aku tidak tanggung jawab jika kau terluka." ucap Rin.

"Aku sudah memanggilmu berkali kali, tapi kau tidak mendengarkanku."

"Huh....sebaiknya kita kembali, takutnya bibi dan yang lain khawatir." ucap Rin yang langsung melangkah tanpa menunggu Akio.

Akio menganggukkan kepala dan mengikuti langkah Rin.

Tapi baru beberapa langkah, Akio baru tersadar jika Zeyna tidak bersama Rin.

"Eh...tunggu, Zeyna di mana?" Tanya Akio.

"Sudah pergi lebih dulu."

Mendengar nada bicara Rin, sepertinya Rin sedang kesal.

"Apa kau bertengkar dengan Zeyna?" Tanya Akio hati hati.

Rin melirik ke arah Akio, "apa maksud ucapanmu?"

"Em...aku asal tebak saja, mendengar dari nada bicaramu yang kesal, sepertinya kau habis bertengkar."

"Tidak salah sih, aku memang habis bertengkar dengan orang yang berani mengganggu, Zeyna." ucap Rin santai

Akio baru ingat kejadian yang baru saja terjadi.

"Aku lupa kalau kau tadi semarah itu dengan mereka. Apalagi saat mereka ingin menyentuh, Zeyna." Akio menatap Rin dengan tatapan menggoda.

"Apa jangan jangan....kau menyukai Zeyna ya?"

Mendengar ucapan Akio seketika telinga Rin memerah

"Apa yang kau bicarakan, aku dan Zeyna baru bertemu dua hari ini, mana mungkin rasa suka tumbuh begitu cepat." ucap Rin yang menghindar dari pandangan Akio.

"Benar juga. Aku dan Zeyna baru berkenalan dua hari ini. Tidak mungkin dia langsung suka denganku. Dan, aku? Pasti hanya kagum dengan keindahan wajahnya saja." ucap Rin dalam hati.

"Tapi marahmu tadi sangat terlihat Rin, kalau kau menyukai, Zeyna." ucap Akio

Rin tertunduk dan tidak mengatakan apapun.

"Sudahlah, jika kau menyukainya juga tidak apa, perlahan saja." ujar Akio sambil merangkul pundak Rin seperti awal.

Mereka kembali berkumpul dengan yang lainnya.

Rin sempat menatap Zeyna, akan tetapi Zeyna terlihat tidak peduli dengan Rin yang menatapnya.

Rin tau, mungkin ucapannya tadi sedikit berlebihan. Dia bahkan menjadi canggung saat berada bersama Zeyna.

****

Hari semakin sore. Rasanya sudah sangat puas menikmati liburan hari ini, dan Mereka memutuskan untuk kembali.

Setelah selesai beberes....

"Maaf, Zey. Bisa bicara sebentar?" Ucap Rin pada Zeyna.

Zeyna yang masih sibuk mengutip sampah bekas mereka menatap ke arah Rin.

"Apa begitu penting?" Tanya Zeyna.

"Mungkin menurutmu tidak penting. Tapi menurutku sangat penting." ucap Rin.

"Jika kamu ingin mengatakan hal hal seperti tadi, lebih baik tidak perlu." ujar Zeyna yang masih berusaha menolak.

Rin ingin menyentuh Zeyna. Tapi dengan sigap Zeyna menghindar dan menatap Rin dengan tatapan tajam.

"Zey, aku mohon, dengarkan penjelasanku dulu." Rin menangkupkan kedua tangannya memohon pada Zeyna.

"Huh..."

Interaksi mereka disaksikan langsung oleh Kyoyo, Ayumi dan Akio

"Katakan, kamu hanya punya waktu 2 menit." ucap Zeyna.

"Apa tidak bisa kalau tidak di sini?" Ujar Rin.

"Tidak, harus di sini. Aku tidak mau ada kesalahpahaman." ucap Zeyna.

Rin hanya bisa mengikuti keinginan Zeyna dan tiba tiba saja Rin membungkuk di hadapan Zeyna.

Hal itu membuat Zeyna dan yang lain terkejut dengan sikap Rin.

"Maaf, Zeyna. Maafkan aku yang sudah bersikap lancang mengatakan hal tadi. Aku tau, kamu merasa tidak nyaman dengan kehadiranku setelah aku mengatakan hal tadi. Jadi....jadi, bisakah kamu melupakan hal tadi, dan biarkan aku berteman denganmu?" Ucap Rin sungguh sungguh.

"Rin, angkat kepalamu, kamu tidak boleh membungkuk di hadapanku." ucap Zeyna yang merasa tidak nyaman dengan sikap Rin.

Memang dia juga merasa tidak nyaman dengan ucapan Rin padanya, tapi tidak perlu sampai seperti ini.

"Tidak, Zey. aku tidak akan mengangkat kepalaku sebelum kamu memaafkanku." ucap Zeyna.

Sejak awal Zeyna memang tidak marah, dia hanya tidak ingin memberikan harapan palsu pada Rin.

"Rin, angkat dulu kepala kamu." Zey semakin tidak enak saat dipandangi oleh orang banyak di dekat sana.

"Nggak, Zey, aku...."

"Iya, aku maafin. Tapi kamu jangan begini." ucap Zeyna.

Mendengar ucapan Zeyna, Rin langsung mengangkat kepala nya dan menatap Zeyna.

"Kamu serius?"

"Aku emang gak marah sama kamu. Hanya saja....aku tidak ingin memberi harapan palsu buat kamu, jadi....jangan begitu lagi." ucap Zeyna yang memalingkan wajahnya ke arah yang lain.

Rin tersenyum dan menganggukkan kepala sebagai jawaban.

****

Mereka kini berjalan pulang, Rin tidak ikut bersama Zeyna dan yang lain, karna dirinya dijemput oleh supir pribadinya.

****

Hari demi hari telah berlalu, hubungan Zeyna dan Rin juga semakin dekat, bukan dalam konsep apapun, tapi dalam pertemanan, itu pun karena hubungan Akio dan Ayumi.

Seperti biasa, Zeyna membantu Kyoyo di toko bunga

Karna hari ini musim semi, banyak pesanan bunga yang harus diantar.

Hari ini juga toko terlihat ramai, Dan banyak karangan bunga yang harus mereka selesaikan.

"Zeyna, kamu tolong selesaikan karangan bunga yang sudah bibi asingkan di sebelah sana ya." Ucap Kyoyo.

"Baik, bibi." Zeyna segera melakukan tugas yang diberikan Kyoyo.

Karangan bunga Daisy di padukan dengan bunga Soba.

Dengan sangat telaten dan sepenuh hati, Zeyna membuat buket dari dua bunga tersebut.

"Wah...Zey, ini sangat indah." Ucap Ayumi yang melihat hasil karangan Zeyna.

"Terima kasih, Kak. Tapi paduan Daisy dan Soba memang sangat cocok." Ujar Zeyna.

"Zey, apa bunganya sudah selesai?" Tanya Kyoyo yang menghampiri Zeyna.

Zeyna menatap ke arah bibinya, "sudah, Bibi." Zey menyerahkan buket bunga yang telah disiapkan

Kring....

Pintu toko terbuka dan memperlihatkan seorang wanita cantik.

"Kyoyo, apa pesananku sudah selesai?" Tanya wanita itu.

"Ou...Miyuki. pesananmu sudah selesai." Kyoyo membawa buket di tangannya dan memberikannya pada Miyuki.

"Wah....seperti biasa. Rangkaianmu memang yang terbaik, Kyoyo." Ucap Miyuki sambil menghirup buket bunga itu.

"Kau berlebihan. Aku hanya memilihkan bunganya saja. yang merangkai bunga ini, Zeyna." Ucap Kyoyo.

"Zeyna?" Miyuki menatap ke arah Zeyna yang berdiri di samping Ayumi.

Miyuki berjalan menghampiri Zeyna, "sudah lama tidak bertemu, Zeyna. Bibi sangat merindukanmu." Miyuki memeluk Zeyna untuk melepas rasa rindunya.

"Maaf, Bibi. Zey belum bisa main ke rumah, Bibi." Ucap Zeyna.

"Tidak apa, Sayang." Miyuki melepas pelukannya.

"Oh ya, Zey. Apa kamu sibuk hari ini?" Tanya Miyuki.

"Seperti yang bibi lihat. Masih banyak rangkaian bunga yang harus Zey kerjakan." Ucap Zeyna.

"Tapi ini bukan tugasmu kan? Aku akan meminta pada Kyoyo, untuk membiarkanmu ikut denganku." Ucap Miyuki dengan mengedipkan sebelah matanya.

Zeyna sedikit bingung dengan ucapan Miyuki. Dirinya juga tidak paham maksud dari ucapan Miyuki.

Beberapa saat kemudian....

Miyuki kembali menghampiri Zeyna bersama dengan Kyoyo.

"Ayo, Zey. Ikut Bibi." Ucap Miyuki dengan senyuman manisnya.

"Em??...."

Zeyna masih tidak mengerti dengan ucapan Miyuki.

Zeyna menatap Kyoyo meminta penjelasan.

"Miyuki akan mengajak kamu untuk menonton panggung Orkestra, Rin dan Ayahnya." Ucap Kyoyo.

"Panggung Orkestra, Rin dan Ayahnya?"

Miyuki menganggukkan kepala sebagai jawaban.

"Tapi....bagaimana dengan, Bibi?" Ucap Zey menatap ke arah Kyoyo.

"Tidak perlu khawatir, Sayang. Ada Ayumi dan juga Akio yang membantu, Bibi." Ucap Kyoyo.

Zeyna akhirnya menyetujui ajakan Miyuki.

Di mobil...

"Pak, kita ke toko pakaian tempat biasa." Ucap Miyuki.

"Baik, Nyonya."

Mobil jalan ke tempat yang dikatakan Miyuki.

Sampai di tempat....

"Ayo, Zey."

Zeyna keluar dari mobil dengan tatapan bingung.

"Apa panggung Orkestranya di toko pakaian?" Tanya Zeyna dengan polosnya.

Miyuki yang mendengar ucapan Zeyna terkekeh.

"Hahaha....tidak, Sayang. Kita kesini untuk membeli pakaian untuk kamu." Ucap Miyuki.

Zeyna menatap pakaiannya, "Maaf, Bibi. Kalau pakaian Zey tidak bagus. Tapi kita bisa kembali ke rumah, Bibi Kyoyo saja. Zey akan berganti pakaian sebentar." Ucap Zeyna.

Miyuki mengusap kepala Zeyna dengan lembut.

"Tidak, Zey. Siapa yang bilang kalau pakaian kamu tidak bagus? Semua yang kamu pakai tampak indah. Bibi hanya ingin membelikan untukmu saja." Jelas Miyuki.

"Tapi, Bibi. Zey tidak ingin merepotkan."

"Kamu itu, ya. Sangat mirip sekali dengan ibumu." Miyuki mencubit gemas pipi Zeyna.

"Ini sama sekali tidak merepotkan. Jadi kamu tidak boleh menolak. Anggap saja ini hadiah pertama, Bibi untuk kamu. Oke?"

Akhirnya Zey menerima niat Miyuki yang ingin membelikannya pakaian.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status