Jessica melihat penampilan Kalisa yang memakai kaos putih dengan celana jins pendek dan yang hanya memakai sandal Flat dengan model selempang yang menurut Jessica murahan.
"Siapa dia, Mas? Dan kenapa kamu diam saja saat dihina dan dipermalukan olehnya?" ucap Kalisa yang terlihat marah.
Jonathan hanya diam tak menjawab pertanyaan Kalisa. Dirinya hanya memperhatikan wajah kesal menahan amarah dari istrinya.
"Kenapa diam saja, Mas?’’ Ucap Kalisa dan menatap tajam kearah Jessica yang juga menatapnya.
“Kamu tidak berhak untuk tahu siapa saya? Memangnya kamu siapa bertingkah seolah kamu itu sangat mengenalnya?” Ujar Jessica dengan sikap sombongnya.
Mendengar perkataan Jessica membuat Kalisa yang tadinya sudah kesal dengan Jonathan menjadi semakin kesal dan geram. “Tentu saja aku berhak tahu dan harus tahu siapa kamu, karena sudah berani menghina dan merendahkannya didepanku,” tukas Kalisa dengan suara dingi
Jonathan tidak menyangka jika Kalisa akan menayakan pertayaan yang sedikit vulgar dan itu malah menjadi poin penting bagi Kalisa kenapa dirinya menerima pernikahan ini. Ditengah keterkejutannya, Jonathan melihat tingkah lucu Kalisa yang tiba-tiba berbalik dan memunggunginya.Jonathan mengangkat sudut bibirnya karena mendapatkan ide cemerlang untuk mengetes istri barbarnya yang sepertinya malu setelah menyadari pertanyaan sendiri. “Kamu sendiri yang mengatakanya, jika dirimu tidak akan menyesal menikah denganku. Maka jangan salahkan aku jika kedepannya aku tidak akan membiarkanmu meninggalkan aku seperti yang Jessica lakukan,” ucap Jonathan. “Hmm,” guman Kalisa. “Sekarang jawab pertanyaanku. Kamu sakit apa sebenarnya? Kenapa badanmu sampai dingin seperti tadi?” Ucap Jonathan sambil mengusap kembali pinggang Kalisa dengan lembut. “Ini hanya sakit biasa saat ada tamu bulanan datang,” jawab Kalisa. “Tamu bulanan? Tapi aku tidak melihat
Melinda tersenyum lembut mendengar pertanyaan Robert yang sudah menanyakan hal yang sama padanya."Tentu saja aku sangat yakin dan tidak akan menyesalinya, Robert. Bukankah satu bulan yang lalu kamu sendiri yang bilang, jika Jonathan mengalami keterpurukan dan hampir kehilangan semangat hidupnya setelah mengalami kecelakaan dan juga ditinggalkan oleh tunangannya? Setelah aku mendengar ceritamu, aku langsung memutuskan kembali ke indonesia dan akan menetap disini untuk membantunya pulih seperti sedia kala," ucap Melinda dengan yakin tanpa tahu jika sebenarnya Jonathan teman masa kecilnya dan orang yang sangat ia rindukan baru saja menikah dua hari yang lalu.'Kenapa aku merasa jika Melinda menyimpan rasa dengan Jonathan ya? Apakah aku perlu memberi tahunya, jika sekarang Jonathan sudah menikah?" Pikir Robert sambil melihat Melinda yang tersenyum lembut kearahnya."Melinda, sebenarnya Jonathan itu sudah me—,“ belum selesai Robert mengucapkan kal
Tanpa terasa sudah empat hari Jonathan dan Kalisa menghabiskan waktu di bali. Kalisa yang merasa badanya sudah membaik dan tidak merasa nyeri lagi pada pinggang dan perutnya meminta Jonathan mengajaknya berkeliling bali untuk melihat lihat pernak pernik yang dijual para pedagang."Mas, nanti kita ke pantai yuk? Aku ingin melihat keindahan pantai saat matahari terbenam. Banyak yang mengatakan sangat indah dilihat dan diabadikan."Hmm," guman Jonathan seperti biasa dan kali ini Kalisa tak lagi marah ataupun tersinggung. Karena dia sudah tau dan paham jika memang seperti itu sifat dan watak dari suami datar dan dinginnya.Kalisa melihat beberapa pernak pernik yang sangat indah dan terlihat lucu baginya. Ini adalah kedua kalinya Kalisa liburan ke Bali.Dulu dia ke Bali bersama kakaknya Bram, dan dia tidak diizinkan berkeliling pasar yang menjual berbagai pernak pernik seperti yang didatanginya kali ini.
"Apa-apaan sih tadi? Mengapa aku jadi saat diperhatikan olehnya? Dan kenapa jantungku jadi dag dig dug kayak gini ya? Masak iya hanya gara-gara ditatap kayak gitu, aku jadi punya penyakit jantung sih?” Ucap Kalisa yang merasa aneh.Dilihat dari pandangan kaca kamar mandi yang wajah merah meronanya. “Apa sih, kenapa juga jadi merona kayak gini?”Karena tak ingin melihat wajah blushing nya, Kalisa pun mencuci mukanya kembali sebelum keluar dari kamar mandi.
Kalisa yang berjalan tak jauh dari tempat suaminya duduk tadi dan dia melihat dua orang wanita yang sepertinya sedang mengobrol. Akan tetapi sesat kemudian dirinya sangat kaget melihat salah satu dari wanita itu yang tidak berperasaan mendorong kursi roda suaminya dari samping menggunakan kaki dan mengakibatkan suaminya yang tengah duduk menjadi terjatuh ke samping bersamaan dengan kursi rodanya . Melihat akan hal itu tentu saja membuat Kalisa sangat marah dan ingin sekali mematahkan kaki wanita itu, yang dengan tidak berperasaan sama sekali melakukan hal keji terhadap suaminya. Kalisa berjalan cepat dan langsung membantu suaminya yang sedang berusaha membetulkan kursi rodanya. Tampak beberapa pengunjung melihat ke arah mereka. Ada yang merasa marah dan kasihan melihat Jonathan diperlakukan sangat buruk oleh Kikan. “Kamu gapapa kan, Mas?” Tanya Kalisa sambil memeriksa keadaan suaminya yang tampak kotor terkena pasir pantai. “Hmm,” guman Jonathan menja
"Mas Nathan, ditanya kok malah diem sih? Ini tanda merah apa dan dari mana asalnya?” Tanya Kalisa dan semakin mendekatkan wajahnya ke arah Jonathan. Jonatha menelan saliva saat mencium wangi sampo dan parfum yang dipakai Kalisa. "Apakah wanita kurang ajar tadi yang sempat mencekik mu tanpa sepengetahuanku, Mas?” Tanya Kalisa lagi sambil menyentuh leher suaminya memeriksa. "Bukan dia pelakunya,” jawab Jonathan. "Lalu siapa kalau bukan dia? Tapi kalau aku diperhatikan, kayaknya ini seperti tanda kissmark deh,” ucap Kalisa kemudian berdiri tegak dan menatap suaminya curiga.
Tepat jam tujuh malam Kalisa dan Jonathan keluar dari bandara Soekarno Hatta dan langsung disambut oleh mang Jaja, supir pribadinya. "Selamat datang aden, gimana kabarnya?" Ucap mang Jaja sambil mengambil alih troli yang dibawa Kalisa berisikan koper dan barang bawaan lainnya.. "Alhamdulilah baik, mang," jawab Jonathan dengan sopan, sedangkan Kalisa hanya tersenyum lesu karena efek kelelahan. Karena sedang turun hujan yang lumayan deras, mang Jaja melajukan kendaraannya pelan dan memakan waktu satu jam lebih untuk sampai ke rumah. Kalisa yang baru turun dari mobil langsung mendapatkan pelukan hangat dari saudara sepupu suaminya. “Kakak ipar kenapa gak pergi ketempat yang sudah aku siapkan sih? Apakah kak Jo gak mau ya di
Kalisa tampak serius memilih jas kerja yang akan dikenakan oleh Jonathan di hari pertama masuk kantor setelah kejadian kecelakaan yang menimpanya 8 bulan yang lalu. “Kenapa sangat sulit sekali memilih pakaian yang cocok untuknya,” keluh kalisa yang merasa pusing karena sudah 20 menit dia memilih setelan yang akan dikenakan oleh suaminya akan tetapi dia masih belum menemukan jas yang cocok menurutnya. “Aku akan cocok memakai setelan jas apa saja,” ucap Jonatan yang baru keluar dari kamar mandi. “Benarkah? Bagaimana jika pakai yang ini saja?” Ucap Kalisa sambil membeberkan setelan jas biru dongker dengan kemeja warna putih dan dasi warna hitam. “Boleh juga,” jawab Jonathan. “Oke. Aku gantung di tempat biasa ya Mas, aku aka