Sigit yang baru saja sampai kantor dan baru keluar dari lift malah melihat Susan yang sedang tertawa lepas saat mendengar cerita dari Andrew.
‘Apakah kamu sudah lupa dengan peringatanku tempo hari, Susan?” Batin Sigit yang menjadi kesal dan juga cemburu saat melihat kekasihnya yang sedang tertawa dengan lepas bersama pria lain.
Sigit berjalan mendekat sambil berdehem pelan supaya Susan mengetahui jika dirinya sudah kembali ke kantor.
“Hai Sigit,” sapa Andrew sambil melambaikan tangannya ke udara.
“Ada perlu apa anda datang kemari?” Ucap Sigit dingin dan langsung masuk ke dalam ruang kerjanya dan diekori oleh Andrew dibelakangnya.
“Aku datang kemari untuk meminta bantuan bosmu akan tetapi dia tidak bisa membantuku dan malah menyuruhku untuk meminta bantuan padamu,” ucap Andrew yang langsung duduk di sofa dan memainkan kakinya diatas meja
Kedua pria asing itu menoleh kebelakang dan melihat seorang lelaki yang mempunyai postur tubuh kekar dan atletis yang terlihat sering melakukan olahraga.“Pergilah sebelum kesabaran saya habis dan berakhir menghajar kalian berdua,” ucap lelaki itu pada dua pria asing yang masih berdiri bengong sambil memperhatikannya dari atas hingga bawah.“Ayo kita pergi,” ucap pria yang hanya mengenakan celana pendek.Kalisa tersenyum manis saat pria dihadapannya melepaskan kacamata hitamnya dan sedikit menundukan kepalanya.“Apakah ini kamu, Ridho?” Ucap Kalisa.“Ternyata anda masih mengingat saya, Bu Kalisa,” jawab Ridho sopan.“Tentu saja
Dengan langkah penuh percaya diri Andrew memasuki lobi tempat dimana dulu Bram bekerja dan terpaksa mengundurkan diri karena dia lebih memilih menikahi Anisa dan juga menolak dijodohkan dengan Mira anak dari atasannyaAndrew membenarkan kacamata hitam yang mentereng sempurna di hidung mancungnya dengan jari telunjuknya sambil berjalan menuju lift yang kebetulan terbuka.“Bram bilang jika ruangan mantan atasan nya ada di lantai paling atas,” ucap Andrew dan menekan tombol 25 lantai paling atas.Andrew keluar dari lift kemudian berjalan menuju meja dimana sekretaris dari Wiranto Papanya Mira sedang fokus bekerja tanpa menyadari kedatangannya.“Hello permisi, Mis” ucap Andrew dan mengetuk meja kerjanya karena sedang fokus menatap layar komputernya.“Iya, ada yang bisa saya bantu?” Ucap sekertaris Wiranto.“Apakah Pak Wiranto sed
“Apakah kamu serius ingin menikahi Mira putri saya?” Tanya Wiranto.“Tentu saja saya serius ingin menjadikan Mira sebagai pendamping hidup saya. Dan ini pertama kalinya bagi saya mempunyai keinginan untuk meminang seorang wanita dan menjadikannya wanita satu-satunya yang akan menjadi mendampingi hidup saya hingga maut menjemput salah satu diantara kami,” ucap Andrew serius.Melihat kesungguhan yang ditunjukkan oleh Andrew, Wiranto akhirnya menyerah dan memberikan informasi jika Mira saat ini sedang berlibur ke Bali dan baru berangkat tadi pagi.Andrew tersenyum sumringah ketika calon mertuanya memberi informasi jika Mira saat ini sedang berlibur ke Bali. Dirinya tidak menyangka jika calon mertuanya akan dengan mudah memberikan informasi tentang Mira yang terus berusaha melarikan diri darinya.“Tapi kamu harus ingat, jangan pernah sekalipun kamu menyakitinya dan juga mengkhiana
Anisa menyipitkan matanya saat melihat tatapan kagum dan juga memuja yang ditunjukkan Mira saat melihat ke arah suaminya. ‘Dasar wanita gila! Barusan dia bilang tidak akan merebut Kak Bram lagi dariku, lalu apa-apan dengan tatapan matanya yang sangat menjengkelkan itu,” batin Anisa yang menjadi cemburu dan juga kesal saat melihat tatapan kagum dan juga memuja yang ditunjukkan oleh Mira.“Aku rasa kamu salah paham padaku, Mira. Aku menanyakan masalah itu karena aku memang ingin mengetahui kronologi yang tak mengenakan yang dilakukan oleh sepupuku itu,” ucap Anisa.“Sepupu?” Ucap Mira.“Andrew adalah sepupu dari istriku,” jawab Bram.“Begitu rupanya,” ucap Mira.“Jadi bisakah kamu menceritakan awal pertemuan kalian dan hingga berakhir kalian menghabiskan malam panas bersama di hotel,” ucap Anisa.&
“Tante Margaret sudah lama meninggal saat Andrew berusia lima belas tahun dan tiga tahun setelahnya papanya menikah lagi dengan ibu sambungnya dan sekarang sudah mempunyai anak perempuan yang berusia delapan tahun yang begitu lengket dengan Andrew jika dia sedang datang berkunjung kerumah orang tuanya,” jelas Anisa. “Jadi kesimpulannya Andrew memang sengaja menjadi seorang Playboy karena dia ingin membuat papa dan ibu sambungnya menyerah untuk menjodohkannya, begitu maksudnya?” ucap Mira. “Sepertinya iya. Karena setahuku dulu Andrew bukanlah tipe pria bajingan yang suka mempermainkan wanita seperti sekarang ini,” ujar Anisa. ‘Berarti si pria sinting ini hampir sama denganku nasibnya, akan tetapi nasib baik bagiku papa tidak menikah lagi dan memberikan aku ibu tiri yang cukup mengerikan seperti yang ada di buku dongeng anak-anak,” pikir Mira. “Kalau dilihat-lihat sifat kalian berdua itu cukup mirip,” uc
Mira berlari menuju lampu merah yang sudah terlihat kacau dan berantakan akibat tabrakan antara pengendara motor dan mobil yang saling menabrakan diri.Mira mendekati seorang yang tergeletak di jalan yang masih mengenakan helm akan tetapi pakaiannya sudah robek dan menderita luka-luka sehingga mengeluarkan darah. Sedangkan motornya menjadi remuk dan terjepit di bawah mobil."Kamu kenapa sih Mira? Apakah kamu kenal dengan pengendara motor tersebut?" tanya Bram yang menjadi heran karena ini pertama kalinya dia melihat seorang Mira yang terlihat panik dan juga ketakutan.Mira langsung menggelengkan kepalanya dan melihat area sekitar seperti sedang mencari sesuatu."Are you okay?" ucap seorang pria bule yang mencoba membantu Desi untuk duduk.Desi hanya menganggukan kepalanya sambil memegang tangan nya yang sedikit lecet terkena jalan aspal yang kasar."Kalisa," panggil Desi d
Andrew hanya diam mendengarkan Jonathan yang sedang berbicara dengan seseorang yang dia yakin itu bukan Kalisa. “Putar arah dan pergi ke rumah sakit kasih Ibu,” ucap Jonathan setelah dia menutup sambungan teleponnya. “Apa sesuatu terjadi dengan istrimu, Jonathan?” tanya Andrew yang sudah tidak tahan memendam rasa penasarannya dari tadi. “Iya,” jawab Jonathan sekedarnya. Mira yang baru saja menutup sambungan telepon di ponsel Kalisa yang mendapatkan panggilan masuk berulang kali dari Jonathan dan selalu dihiraukan oleh Kalisa. Karena merasa terganggu dengan suara getar dan nada deringnya dengan terpaksa Mira mengangkat panggilan telepon itu, akan tetapi dia meminta izin terlebih dulu dari Kalisa. Dilihatnya Kalisa yang duduk bersebelahan dengan Desi yang sama-sama terlihat berantakan dan pakaian yang mereka kenakan terdapat bercak darah milik Ridho. Mira yang melihat keadaan itu
Anisa dan juga Bram yang baru turun dari taksi langsung bergegas menuju resepsionis untuk menanyakan dimana ruangan rawat yang ditempati oleh Nana. “Permisi Suster, saya ingin menanyakan pasien atas nama Widiana Nasution apakah benar ada dirumah sakit ini?” tanya Anisa. “Tunggu sebentar ya Bu, saya cek dulu apakah ada pasien atas nama Widiana Nasution,” jawab salah seorang suster yang melayani di meja resepsionis. “Hasti, ini data pasien yang mengalami kecelakaan dan baru datang dua jam yang lalu,” ucap suster yang meminta Dimas untuk melengkapi data informasi Nana. “Iya letakan saja disitu,” jawab suster yang sedang sibuk mengecek data di layar komputernya. “Tenanglah sayang, Nana pasti baik-baik saja,” ucap Bram yang mencoba menenangkan istrinya. Anisa hanya mengangguk pelan dan menyandarkan kepalanya di dada bidang suaminya. “Maaf Bu, di rumah sa