Arshi mengangguk. “Sip, Papa. Arshi akan bilang semuanya pada Papa.”Kevin mengulas senyumnya kepada anak semata wayangnya itu. “Papa juga sangat merindukan Arshi.”“Arshi juga. Semoga Papa bisa menyempatkan waktu buat main sama Arshi lagi.”“Tapi, Papa nggak bisa kalau Arshi ingin mengajak Mama juga. Nanti Mama Jasmine nangis, kalau lihat Papa jalan sama mama Arshi.”“Gitu ya, Pa. Ya udah deh. Arshi nggak mau nuruti perintah Mama lagi. Orang, Papa selalu ingin ketemu sama Arshi terus. Iya nggak, Pa?”Kevin tersenyum miring mendengar ucapan anaknya itu. ‘Ternyata memang benar. Kamu yang sudah meminta Arshi agar bisa jalan denganku.‘Mulai detik ini, jangan harap aku mau menuruti keinginan itu. Karena aku juga akan mengambil Arshi dari kamu, Desi!’**“Jadi, selama ini … Mama yang sudah meminta Arshi agar mau menuruti ucapan dia?” tanya Kevin kemudian.Arshi mengangguk. “Arshi menuruti keinginan Mama karena Mama bilang, kalau Papa nggak mau ajak Arshi liburan lagi kalau nggak sama Mama
Kevin mengadahkan wajahnya. “Mana, cek yang saya minta.”Andrian lantas memberikan dua lembar cek yang diminta oleh bosnya itu. “Untuk apa, Pak?”Kevin menghela napasnya dengan panjang. “Saya tidak percaya jika Desi masih menyimpan uang yang sudah saya berikan setelah kami bercerai dulu.“Yang waktu itu dia bilang, ia tabung untuk masa depan Arshi kelak. Saya baru ngeuh. Dan lagi-lagi saya dibodohi oleh perempuan itu.”Andrian paham dengan apa yang diucapkan oleh bosnya itu. “Lalu, Anda akan memberikan uang kembali, pada dia?”Kevin mengangguk. “Ya. Untuk mengambil Arshi darinya. Lebih banyak dari harta yang saya berikan dulu setelah kami bercerai.”“Haah! Berapa persen, Pak?”Kevin mengadahkan wajahnya kembali. “Uang itu, tidak ada harganya bagi saya, Andrian. Lebih baik kehilangan banyak uang, daripada harus kehilangan anak saya!“Uang yang akan saya berikan pada Desi dua kali lipat dari yang pernah saya berikan dulu padanya. Setelah itu, saya akan mengambil Arshi darinya.”Andrian
Kevin beranjak dari duduknya.“Kamu sudah melupakan semua kenangan dan janji kamu sendiri, Mas!” Desi berucap lirih.Kevin menoleh kembali. “Karena kamu sendiri yang sudah mengingkarinya juga, Desi. Jangan seolah-olah merasa paling tersiksa. Aku juga, Desi.“Semua masalah yang kamu perbuat, ada sebab dan akibat. Kita sudah menjadi asing. Kamu sudah bersama pria yang setiap bisa melayani nafsu kamu itu.“Dan aku sudah punya Jasmine, yang mau menungguku sampai urusan pekerjaanku selesai. Semuanya sudah berakhir. Jangan pernah mengungkit masa lalu lagi.“Kita sudah berbeda. Mana mungkin bisa disamakan lagi. Sedangkan kita sudah memiliki pasangan masing-masing. Sudah bahagia dengan cara masing-masing.”Suara itu terdengar sangat lembut. Agar Desi paham dan mau mendengar penuturan Kevin.Tapi, Desi menggelengkan kepalanya. “Masih bisa diperbaiki, Mas. Aku yakin, dari lubuk hati kamu yang paling dalam, pasti masih ada sedikit rasa untukku, kan?”Kevin tertawa campah. Kemudian memijat kening
Terdengar suara Kevin yang tengah memuntahkan isian di dalam perutnya. Lantas membuat Jasmine terkejut kala mendengarnya. Akhirnya perempuan itu masuk ke dalam kamar mandi. Ingin melihat kondisi suaminya yang sedang muntah-muntah itu. "Mas. Mas Kevin kenapa? Masuk angin?" Jasmine mengusapi punggung polos suaminya itu. Kevin menggeleng pelan. "Efek dari mabuk semalam. Biasanya akan terasa mual dan muntah di pagi harinya. Sudah biasa. Bibi menyiapkan sup pereda mabuk nggak, yaa." Kevin menjelaskan kondisi dirinya tadi. "Kayaknya nggak, Mas. Nggak ada sup apa pun di atas meja. Bibi juga kayaknya nggak tahu, kalau Mas Kevin habis mabuk." Kevin mengangguk paham. "Ya sudah kalau begitu. Tolong buatkan sup pereda mabuk dulu, yaa." "Saya nggak tahu, Mas." Kevin berhenti melangkah. Kemudian menoleh ke belakang. Menatap Jasmine yang masih berdiri di belakangnya. "Cari di g****e." Jasmine mengerucutkan bibirnya. Kemudian keluar dari kamar. Pergi ke dapur lagi, setelah menemukan sup pered
“Maaf, Pak. Meeting ini harus dicancel terlebih dahulu. Istri saya dibawa oleh polisi. Saya yakin, ada orang yang sudah melaporkan dia terkait penyebaran berita itu,” tutur Kevin menjelaskan kepada Pak Imam.“Astaga! Baiklah kalau begitu, Pak. Semoga urusannya cepat selesai. Kita bisa membahas ini setelah problem Anda selesai. Masih banyak waktu. Dan saya memakluminya.”Kevin menghela napas lega. Kemudian pamit kepada para staff juga pemilik perusahaan itu. berlari dengan cepat menuju basement.“Siapa yang sudah berani melaporkan Jasmine ke polisi. Kurang ajar!” Andrian ikut geram sambil melajukan mobilnya dengan kecepatan yang amat sangat tinggi.Kevin memijat keningnya sambil menyandarkan punggungnya di bahu kursi mobil.“Siapa lagi kalau bukan Desi,” ucapnya dengan lemas. “Lihat saja kamu, Desi. Jika ternyata kamu yang sudah menyebarkan berita dan video itu, aku tidak akan pernah mengeluarkan kamu dari penjara!”Kevin tak segan-segan akan menjebloskan Desi ke dalam penjara, jika te
Kevin tak akan tinggal diam. Tidak akan meninggalkan Jasmine di sini sendirian. Ia akan menemaninya sampai esok hari tiba.Pak Bambang hanya bisa mengangguk. Menuruti permintaan Kevin yang ingin menemani Jasmine di sini.“Tapi, Pak—“Kevin menoleh dengan tajam ke arah Andrian. “Besok pagi, kumpulkan semua staff IT agar segera menemukan pelaku aslinya. Jika tidak, saya akan memecat semua staff IT tidak berguna itu!”Glek!Andrian menelan salivanya kala mendengar ucapan Kevin. Begitu cintanya ia kepada Jasmine. Hingga tak segan-segan akan memecat seluruh staff IT di kantornya.“Ba—baik, Pak. Saya akan mengumpulkan staff IT besok pagi. Anda akan ke kantor, kan?”Kevin mengangguk pelan. “Ya. Saya yang akan bicara langsung pada mereka. Agar segera menemukan pelaku aslinya. Data sudah diberikan. Kenapa masih saja lelet!”Kevin mendesah kasar. Kemudian menghela napasnya dengan panjang.Di dalam sel tahanan. Kevin membayar sewa kamar VVIP di sana. Dengan fasilitas kamar tidur, juga ruangan ya
Kevin bersikeras untuk menemani istrinya di sana. Tak peduli walau Jasmine terus memintanya agar jangan menemaninya. Pria itu tidak akan bisa tenang lantaran separuh hatinya ada di dalam sel tahanan.Walaupun tidak bisa dibilang di dalam sel tahanan. Sebab, perempuan itu tidur dengan layak di kamar VIP yang sudah disewa oleh Kevin selama beberapa waktu. Sampai Jasmine keluar dari sana.“Saya ke kantor dulu. Andrian sudah menunggu di luar. Saya akan segera kembali, setelah semuanya selesai. Jangan menangis lagi, okay? Everything is gonna be okay.”Kevin mengecup kening, pipi kanan dan kiri, kemudian bibir. “Saya pergi sekarang juga.”Jasmine mengangguk. “Iya, Mas Kevin. Silakan keluar. Jangan ngomong doang. Dari tadi ngomong aja, tapi nggak keluar-keluar.” Jasmine mulai kesal pada suaminya itu.Kevin pun segera keluar setelah melihat raut wajah Jasmine yang sudah menampakkan kekesalan pada dirinya.Lagi, pria itu meraup bibir Jasmine kemudian keluar sambil melambaikan tangannya. Dengan
“Ya! Kamu tidak peduli karena akhirnya nanti aku masuk penjara, kemudian kamu senang-senang dengan mantan suamimu itu! Tidak akan aku lakukan hal seperti itu, Desi!”Desi memutar bola matanya dengan pelan. Kedua pasangan ini sudah habis ide untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.Desi yang ingin kembali pada Kevin, dan Gemma ingin memiliki rumah tersebut. Sebab, jika dijual rumah itu, dia bisa mendapatkan banyak uang.Tinggal di sebuah rumah kecil, sambil menjalankan bisnis haramnya. Itu yang diinginkan oleh suami dari Desi.Bukan tanpa sebab mereka masih bertahan hingga kini. Karena, misi mereka belum juga selesai untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.**Waktu sudah menunjuk angka lima sore. Semua tim IT masih berkutat dengan laptop serta alat pembantu lainnya. Bekerja sama mencari data asli yang sudah dihapus oleh pemilik akun tersebut.Semakin menyulitkan mereka untuk mengunggah kembali proses backup data tersebut. Waktu berjalan begitu cepat. Jantung sudah berdebar tak k