Justin lantas mengatup bibirnya. Ingin terbang, itulah yang sedang Justin rasakan. ‘Tumben ini bini pandai ngegombal. Biasanya marah-marah mulu. Lagi angot apa emang karena lagi pengen sesuatu.’Sampai tak sadar kalau Selena sudah mematikan ponselnya. “Yeeuuuu! Kebiasaan banget gak pernah bilang lagi kalau mau nutup telepon.” Justin memutar bola matanya dengan pelan.Setibanya di toko khusus menjual donnut, Justin langsung masuk ke dalam dan memilih pilihan yang dipesan oleh sang istri.“Eh! Tadi minta yang rasa apa aja, yaa. Kok gue lupa!” Justin menggaruk rambutnya sembari melihat etalase yang menyediakan berbagai macam donnut.“Halo, Sayang. Tadi kamu pesan rasa apa aja, yaa? Aku lupa soalnya. Hehe.” Justin menghubungi Selena.“Hhh! Kebiasaan banget kamu tuh. Cokelat, almond, alpukat, sama tiramisu. Udah!”“Bentar, bentar. Mbak! Pesen donnut yang nggak bolong tengahnya. Rasa cokelat, almond, alpukat, sama tiramisu. Jangan ada yang bolong tengahnya, yaa.”Justin memberi tahu dengan
Justin menggelengkan kepalanya dengan cepat. 'Selena emang gak pernah tahu kalau gue alergi tepung. Bukan hanya donnut aja. Yang berbahan dasar tepung sebenarnya gue alergi.' Justin bingung harus apa."Sayang. Aku ada alergi tepung. Bukannya gak mau nuruti perintah kamu. Tapi, kalau aku pingsan panas dingin karena makan ini, gimana?" Justin tengah berusaha agar Selena paham dengan berucap dengan sangat hati-hati.Selena terdiam sembari menatap Justin dengan lekat. "Beneran, alergi tepung? Kalau makan tepung, bisa berubah jadi apa? Thanos?""Pernah masuk rumah sakit saat baru pertama kali alergi tepung. Sempat di-opname juga karena demam tinggi," tutur Justin menjelaskan.Selena merasa iba. Ia pun tak bisa memaksa Justin untuk memakan donnut tersebut lantaran tak ingin terjadi sesuatu pada suaminya itu."Kalau berani bikin aku marah lagi, aku bener-bener gak akan peduli lagi sama alergi kamu itu!"Justin menganggukkan kepalanya dengan antusias. "Iya, Sayang. Sekarang dimakan, yaa. Habi
"Keajaiban apa, Dok? Miom saya sudah hilang?" tanya Selena dengan mimik wajah yang tak sabar ingin tahu kabar bahagia itu.Dokter Felix kembali mengulas senyumnya dengan lebar. “Ada dua makhluk hidup yang tumbuh di dalam rahim Anda, Bu Selena.”Baik Justin maupun Selena sama-sama menganga kala mendengar penuturan Dokter Felix tadi.“Ya—yang bener, Dok? Istri saya hamil anak kembar?” tanya Justin tak percaya.Dokter Felix mengangguk kemudian memperlihatkan posisi kedua bayi yang saling bersampingan. “Ini, Miom yang tumbuh masih sangat kecil. Dan ini, kedua bayi yang saling bersampingan. Beruntung, Miom berada cukup jauh dari tempat perkembangan bayi-bayi Bu Selena.“Sehingga tumbuh kembang kedua janin ini sangat baik. Meski begitu, tetap harus mengonsumsi obat khusus menghilangkan Miom di rahim Bu Selena. Guna mengantisipasi terjadinya pertumbuhan Miom mengikuti tumbuh kembang janin-janin di dalam sana.”Justin masih menganga dengan mata menatap layar monitor. Menatap calon buah hatiny
Selena mengatup bibirnya sembari melirik Shara yang tengah asyik bermain dengan Gita dan juga Arshi.“Bu Jasmine. Jika Pak Kevin khawatir sampai dewasa nanti mereka tetap berteman apalagi sampai jatuh cinta, menurut saya nih yaa … mendingan Bu Jasmine dan Pak Kevin adopsi Shara aja. Jadikan Shara adiknya Arshi. Gimana?”Jasmine meringis pelan sembari mengusapi lehernya kala mendengar usul dari Selena mengenai adopsi Shara. Bukan tak ingin, tapi Kevin yang sudah pasti tidak akan mau menerima usulan dari Selena.“Saya sih mau-mau aja, Mbak. Tapi, Mas Kevin yang gak akan mau adopsi Shara,” ucap Jasmine karena ia tahu bagaimana sikap Kevin pada Shara.Selena lantas menghela napas panjang. “Ya sudah kalau begitu. Saya juga hanya memberi saran seperti itu saja karena kita gak akan tahu bagaimana nasib seseorang di masa yang akan datang.”Jasmine mengulas senyumnya. “Iya, Mbak. Terima kasih atas usulnya. Tapi, saya akan mencoba untuk bicarakan ini baik-baik dengan Mas Kevin.”Selena mengusap
Justin menghela napasnya. “Surat ini … sengaja dia kasih ke kamu agar kamu membalas cinta dia? Selama ini kamu pura-pura cinta sama aku, padahal mencintai Andrian. Begitu?”Jelas perempuan itu menggelengkan kepalanya dengan cepat. Tangannya beradu karena harus mencari alasan yang logis agar Justin tidak marah padanya.“Lalu apa, Selena?” tanya Justin dengan suara menekan.Selena menghela napas pelan. “Maaf, Mas. Aku hanya ingin menyimpannya sebagai kenang-kenangan dari dia. Nggak ada lagi selain itu. Soal cinta, aku hanya mencintai kamu. Nggak ada lagi selain kamu.”Selena menatap Justin agar pria itu tahu, dia sedang berbicara dengan serius. Agar Justin paham dan mengurungkan niatnya untuk memarahinya.Justin memang tak berani memarahi Selena dalam keadaan hamil seperti ini. Yang dia lakukan hanya memutus kalung tersebut kemudian membuangnya dengan kasar ke lantai.Mata Selena hanya bisa menatap kalung yang kini sudah hancur itu. Sementara Justin pergi dari kamar tersebut. Namun, saa
Kini, kondisi Selena sudah terlihat sedikit lebih baik. Hanya main sekali tidak masalah menurutnya.Selena menganggukkan kepalanya. “Silakan, Mas Justin!” ucapnya dengan lembut.Justin lantas mengecup kening Selena dan mengulas senyumnya. “Terima kasih, Sayang. Aku janji, hanya kelembutan yang akan aku lakukan padamu.”Selena mengangguk. “I trust you!”Justin pun memulainya. Membuka seluruh pakaian yang ia kenakan. Kemudian pakaian Selena. Penetrasi terlebih dahulu tentunya. Walau sinyal itu sudah terpancar begitu terang, Justin tidak akan selonong boy begitu saja.Memanjakan istri juga harus. Agar menggapai kenikmatan masing-masing. Tak ingin egois adalah salah satu sikap Justin yang paling baik jika dalam hal berhubungan intim.**Pagi hari telah tiba. Terik matahari mulai menyinari bumi. Mengintip di balik tirai jendela, mencoba masuk ke dalam tirai jendela kamar. Tidur terlelap setelah pergumulan semalam yang menurut Selena begitu indah.Penuh dengan kelembutan sesuai dengan janji
Kevin memiringkan kepalanya menatap Justin. “Ketemu Diandra di toko donnut? Beliin Selena?”Justin mengangguk. “Iyalah. Buat siapa lagi!”Kevin tersenyum miring. “Ketemu Diandra, terus nyapa elo? Biasanya gak pernah nyapa sama sekali bahkan kata elo udah kayak warga negara asing? Cukup aneh. Mau minta maaf kali, ke elo.”“Minta maaf kok gak bilang waktu ketemu.”“Siapa tahu lupa.”“Mana mungkin lupa. Minta maaf itu harus pake niat. Otomatis pasti akan keinget terus.”“Ya udah. Gue juga gak tahu alasannya kenapa. Yang penting elo bersikap biasa aja sama Diandra.”Justin menghela napas pelan. “Kalau dia mau damai sama gue, semuanya selesai. Tapi, kalau damainya karena lagi berantem sama Giandra, patut dicurigai.”“Pinter! Jangan sampai elo tergoda oleh bujuk rayunya Diandra. Selena jauh lebih baik dari dia. Diandra juga baik. Tapi, istri elo saat ini Selena, bukan Diandra. Dia hanya masa lalu elo. Jangan goyah hanya karena tahu Diandra lagi marahan sama lakinya.”Justin menganggukkan ke
Giandra menghela napas pelan. "Dari mamanya. Amanda datang ke rumah gue sambil bawa Gino. Kasih tau ke Diandra kalau itu anak gue. Bahkan, dia berani tes DNA kalau gue gak mau mengakuinya."Justin menaikkan alisnya sebelah. "Apa maksudnya si Amanda datang ke rumah? Elo gak pernah nengokin anak elo sih! Jadi marah kan, si Amanda."Giandra menelan salivanya. "Gue gak pernah tengok Gino karena ada Fery. Dia yang bilang kalau gue udah gak punya urusan lagi sama Gino. Ya udah, gue menuruti perintah si Fery. Tapi, ternyata dia jebak gue."Justin manggut-manggut. Ia paham maksud arti dari kata menjebak. Karena pada akhirnya Amanda datang ke rumahnya, membawa Gino yang akhirnya membuat Diandra murka karena tidak tahu menau perihal Giandra memiliki anak dari perempuan lain."Terus, kondisi rumah tangga elo gimana sekarang?" tanya Justin kembali.Giandra mengendikan bahunya. "Dari awal Diandra memang gak pernah cinta sama gue. Gue yang udah jatuh cinta sama dia. Bisa dianggap kalau cinta itu be