Share

PAMIT

Nayla mematung meski sudah ditawarkan masuk. Gelagat itu tentu buat Rara dan Gilang saling tatap, keheranan.

"Nay?" Rara menegur.

"Ehm, kalau bisa aku mau ajak kamu ke taman. Kita bicara di sana," balas Nayla. Agak tidak yakin sebenarnya, tapi dia juga tidak bisa bicara di rumah yang jelas ada Gilang di sana.

"Kenapa harus ke taman?" tanya Gilang. Agak menolak permintaan Nayla ini. Bukan tidak percaya, ia hanya takut hal tidak terduga terjadi tanpa sepenglihatannya.

"Aku hanya ingin bicara empat mata sama Rara. Itu saja."

"Maaf, Nay. Abang tidak izinkan."

Penolakan tegas ini buat mata Nayla mengembun, pandangannya terpecah, sedangkan hati, oh jangan ditanya. Sakit sampai menembus ulu hati.

"Kalau mau bicara di sini saja," lanjut Gilang.

"Hanya sebentar." Nayla bersikukuh. Ia ingin minta maaf secara pribadi agar bisa leluasa bicara.

"Maaf, Nay, tetap tidak bisa."

Rara yang ada di tengah mereka pun menghela napas panjang. Ia memang masih dongkol pada Nayla, tapi berbicara empat mata ses
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status