Share

Bab 58: Perang Dingin

Kaki Kalila maju selangkah. Dieratkannya genggaman tangannya pada Farhan. “Sebenarnya ….” Ia harus mencari kata yang tepat. Kalila tidak mungkin mengatakan kalau ia sangat terganggu dengan pesan Farhan.

“Aku wa, telepon, karena perhatian. Khawatir kamu kenapa-kenapa. Kamu nggak pengen diperhatikan suami?"

Embusan napas kasar keluar dari mulut Farhan. Ia benar-benar tersinggung dengan ulah Kalila mematikan ponsel. Farhan merasa diabaikan. Atau takut diabaikan? Entahlah.

Farhan selalu khawatir setiap kali Kalila ke kampus. Ia berpikir jika Kalila pasti punya banyak teman laki-laki, terutama teman di teater Semut Merah. Ia sudah sering melihat Kalila duduk melingkar dengan banyak laki-laki. Ia juga beberapa kali melihat Kalila beradu peran dan mementaskan musikalisasi puisi, tentu saja dengan pria.

Farhan yakin, satu dua di antara mereka bisa jadi menyimpan perasaan lebih pada Kalila, sebagaimana pernah terjadi pada Haiyan. Karenanya, Farhan selalu takut, selalu khawatir, bunga yang t
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status