Dari wajahnya, Cade terlihat tidak senang. Dia melirik pada Fay yang telah selesai dengan pekerjaannya.“Bagaimana kau tahu aku di apartemen?”“Aku mampir ke perusahaaan dan Langdon bilang kau pulang untuk makan siang.”Terdengar decakan kesal Cade. Tadi Fay membuat makannya terjeda. Kini adiknya tiba-tiba muncul di apartemennya. Kenapa tak ada seorang pun yang membiarkannya tenang?“Tunggu sebentar!” Cade mematikan sambungan dan melihat pada Fay yang juga tak sengaja sedang berpaling padanya.“Ada apa? Kau terlihat seperti orang bodoh,” tegur Fay mencoba menghilangkan perasaan terpesonanya sesaat tadi. Dia sempat berpikir kalau Cade memang sangat tampan waktu menerima telepon.Cade mengabaikan kata-kata Fay yang mencoba memancing keributan dengannya.“Adikku ada di depan pintu. Aku ingin kau tinggal di kamarmu sampai dia pulang. Aku tidak ingin dia melihatku bersamamu.”“Siapa yang ingin bersamamu? Tapi aku sangat lapar sekarang. Aku harus memasak sesuatu.” Fay melirik ke atas meja.
“Mommy?!”“Daddy?!”“Apa kami pulang terlalu cepat?”Suara-suara saling susul.Fay merasa jantungnya melompat entah ke mana. Selain karena posisi ambigu mereka, dia juga menjadi malu karena kedua anak itu memergoki mereka.“Menyingkir dariku! Pergi!” Fay menjerit panik, dengan kacau mencakar dan mendorong tubuh besar yang menindihnya.Cade berguling ke samping dan bangkit dari ranjang. Kemejanya berantakan. Dia terlihat meringis menahan sakit karena wajahnya sempat terkena cakaran. Waktu melihat ke arah dua bocah yang baru datang, dia mencoba tersenyum dan menyapa.“Hai, Nak. Kalian sudah datang?” Saat itulah Cade melihat ibunya bersandar di sisi pintu. “Ibu, itu tidak seperti kelihatannya.”Cade merasa baru saja mendatangkan kesenangan untuk ibunya waktu melihat senyum geli di bibir wanita ituFay bangun dari ranjang dengan wajah merah. Saat lewat di dekat Cade tang lengah, dia menendang ke arah selangkangan lelaki itu.Dug!“Aakh!” Cade mengerang kesakitan. Dia memegangi bagian sela
Fay mengepalkan kedua tangannya menahan emosi karena direndahkan. Dia tidak mengerti ada lelaki yang mulutnya tidak kalah dengan perempuan.Tapi Fay tidak akan peduli apa pun yang dikatakan Cade padanya. Dia malah merapatkan penutup kepalanya dan memperbaiki tali pengikatnya. Setelahnya dia bergegas mengiringkan langkah ayah dan anak-anak itu.Meski Cade telah berusaha terlihat tidak menyolok di antara pengunjung, tetap saja wajah menawan dan posturnya yang tinggi tegap menarik perhatian kaum hawa. Beberapa diam-diam bergunjing dan mengambil foto seperti Cade adalah aktor saja.Fay yang sedang membeli es krim bersama anak-anak melihat dengan pandangan jijik pada wanita-wanita itu. Sementara Cade yang sedang menerima sebuah panggilan baru menyadari bahwa seseorang telah mengambil fotonya.Gadis itu sedang bersama temannya. Lumayan cantik. Mereka tengah mengagumi hasil foto di layar ponsel ketika Cade datang mendekat.“Berikan ponselnya. Kalian mengambil foto orang tanpa ijin.” Cade bic
Fay berkonsentrasi pada tuas pengendali dan menggerakkannya perlahan ke arah boneka yang diinginkan. Saat dia yakin pencapit berada pada posisi yang tepat, dia menggerakkannya turun mencapai sasaran.Kena! Boneka berada dalam jepitan dan digerakkan ke lubang lalu dilepas.“Yeay. Mommy hebat!” Mika mengacungkan si kelinci ke atas dan bersorak.Fay terkekeh puas sembari melirik Cade di sebelahnya. Cade tampak malas saat mengendalikan tuas dan membawa pencapit pada sebuah boneka cokelat.Cap! Luput? Sialan!Boneka hanya terjepit di telinga dan terlepas sebelum mencapai lubang keluar. Cade menoleh pada Fay yang terbahak-bahak di sebelahnya. Siapa lagi yang ditertawakan gadis itu kalau bukan dia.Lelaki itu menggertakkan giginya dan kembali memasukkan koin. Kali ini dia menggulung lengan kemejanya dan tampak serius menatap ke dalam kotak kaca.Pencapit bergerak pelan menyasar tujuan. Tiba di atas sebuah boneka, pencapit diturunkan.Clap! Kepala boneka dijepit. Tapi ternyata tidak terlalu
Cade di belakang kemudi tersenyum puas dalam perjalanan pulang. Di belakangnya, di kursi penumpang, tiga orang dengan wajah cemberut duduk berdesakan. Ketiganya duduk dengan ditimbuni ratusan boneka aneka jenis dan warna. Boneka-boneka itu bahkan memenuhi kursi penumpang bagian depan dan lantai mobil.Fay melempar sebuah boneka pada Cade. “Sama sekali tidak kreatif!”“Hey, kau mengganggu konsentrasiku!” Cade protes saat merasakan lemparan sebuah benda empuk yang mengenai bagian belakang kepalanya.“Mommy, daddy sedang menyetir.” Mike mengingatkan. Mereka bisa celaka kalau mommy terus mengganggu daddy.Kali ini Fay melempar anak itu dengan boneka lainnya. “Ini gara-gara kau, Mike.”“Kenapa aku?” Mike protes. Dia tidak tahu kenapa dia disalahkan.“Karena kau yang mengajak ayahmu ikut main. Lihatlah akibatnya, kita dipenuhi dengan boneka-boneka bodoh ini!”Mike cuma meringis mendengar kata-kata Fay. Dia tidak menyangka ayahnya bakal menyuruh manajer taman bermain membongkar semua mesin c
Fay menggerak-gerakkan tangannya di udara. “Bukan aku,” ujarnya panik.Callie terbahak. “Kenapa cemas seperti itu? Tak ada yang bilang kalau ini adalah kau. Aku cuma melihat jaket ini sama persis dengan yang kau kenakan. Tapi menurutku kekasih Cade Goldwin tak akan memakai jaket murahan seperti milikmu. Mungkin ini dari salah satu merek terkenal.”Callie bisa menebak kalau wanita itu adalah ‘mommy’ Mike dan Mika walau tidak pernah bertemu langsung. Meskipun begitu, mana mungkin kakaknya akan mau mengambil pengasuh jorok seperti Fay.Di depan Callie, Fay menekuk bibirnya. Merasa tersinggung dengan ucapan Caliie tentang jaket murahannya. Tapi apa yang bisa dikatakannya? Jaket ini memang dia dapatkan dari promo murah di sebuah toko pakaian.“Jangan tersinggung.” Callie menepuk pundak Fay yang wajahnya tampak masam. “Kelak, aku berjanji akan membelikanmu jaket yang bagus.”“Tidak perlu. Aku bisa membelinya sendiri.” Fay beranjak ke kelas lebih dulu. Dia tidak mempedulikan seruan Callie y
Cade mendengar pintu ruangannya di ketuk. Dia masih memeriksa beberapa dokumen lagi sebelum pergi tidur. Tanpa mengangkat wajahnya dari lembaran-lembaran di tangan, dia berkata pada si pengetuk, “Masuk!”Terlambat untuk menyadari bahwa dia telah melakukan kesalahan begitu melihat siapa yang datang.Fay terlihat mengenakan kaos kebesaran yang dipakainya dua hari yang lalu. Tiga hari yang lalu. Seingat Cade, gadis itu tidak pernah memakai yang lainnya. Apa dia punya selusin kaos yang sama? Atau malah terus mengulangi memakai tanpa mencucinya? Kalau yang terakhir benar, alangkah menjijikkannya!Dan apa yang di tangan gadis itu? Sebuah cangkir minum? Apa Fay membuatkan sesuatu untuknya?“Ada perlu apa?” Cade tidak ingin berlama-lama melihat pada gadis itu. Dia kembali menunduk pada kertas dokumen di tangan.Fay meletakkan kopi buatannya ke atas meja kerja Cade. “Dari anak-anak,” ujarnya singkat. Ide mencatut nama anak-anak melintas begitu saja. Cade bisa besar kepala kalau tahu Fay yang
Gadis itu baru saja hendak bertanya tentang ‘mommy’ ketika Cade tanpa mengatakan apa pun langsung memutuskan sambungan.Dengan gemetar, Pricilla menggenggam ponselnya erat hingga buku-buku jarinya tampak memutih.Siapa mommy ini? Adakah pengasuh itu? Oh, Pricilla menjadi sangat penasaran. Dan marah. Kemarahan itu tidak mungkin dia arahkan pada Cade. Percuma. Dia hanya akan terbakar sendiri. Pengasuh itulah yang akan jadi sasaran kemarahannya.Pasti ada sesuatu di sini, Pricilla yakin. Itu tidak seperti yang Langdon katakan dalam acara konferensi persnya. Dia yakin tak ada seorang pun yang percaya dengan omong kosong tentang pengasuh itu. Dia harus bertemu langsung dengan gadis itu dan menentukan sendiri apakah dia layak menjadi lawan Pricilla ataukah hanya gadis rendahan yang bodoh. Pricilla harus menemukan cara untuk naik ke apartemen Cade.Sementara di apartemen Flyod.“Bukankah kalian punya kamar sendiri? Kenapa harus tidur di kamar nona Willmer?” Cade mendudukkan gadis kecil itu d