“Sejak tiba di sini aku sudah siap untuk pergi,” sahut Callie kesal.“Kalau begitu, bagaimana dengan penjaga di luar? Mungkin kita bisa menyerangnya bersamaan saat pintu terbuka, lalu pergi ke arah belakang.”Callie tampak tidak tertarik dengan rencana Fay. “Aku bisa melumpuhkannya sendirian. Masalahnya aku tidak bisa melakukan itu dari dalam sini. Kau pikir kita hantu yang bisa menembus tembok?”Fay hanya terkekeh mendengar kata-kata yang dilontarkan Callie dengan ketus itu.“Kau terlalu serius, Callie. Tentu saja pintunya harus dibuka dulu.” Entah dari mana datangnya, Fay sudah mengacungkan sebuah kawat kecil pendek ke udara. “Kau bersiaplah.”Callie tercengang dengan sikap penuh percaya diri Fay. Apa temannya ini bisa membuka kuncinya hanya dengan kawat kecil itu? Sejak kapan Fay memiliki keahlian seorang maling kampung?Tapi Fay tidak mempedulikan tatapan tidak percaya Callie. Dia kembali membungkuk ke arah lubang kunci, mengutak-atik di sana sebentar. Tidak sampai semenit terdeng
Keduanya terdiam bersamaan. Serentak saling pandang.“Kau pikir itu salah satu dari mereka?” Fay merasa jantungnya yang sempat berdetak tenang kembali terpacu.“Entahlah. Mungkin.” Callie juga tidak bisa mengira.“Bukankah mereka juga memiliki helikopter? Apa mereka bermaksud melakukan pencarian lewat udara?” “Kalau pun itu benar, tidak mudah juga menemukan kita. Tapi mungkin akan sedikit kacau. Kau pernah merasakan sensasi dikejar dari udara?” Callie memandang sahabatnya dengan ekspresi yang sulit ditebak. “Seperti anak ayam yang dikejar elang.”Wajah Fay menjadi muram. Callie sama sekali tidak membantu. Perumpamaan anak ayam untuk mereka hanya menunjukkan bahwa mereka adalah mangsa yang lemah.“Entah di mana hutan ini berakhir. Aku tidak peduli mereka akan berhasil menangkapku atau tidak. Yang pasti aku akan terus bergerak.” Setelah mengucapkan itu, Fay bergegas melangkah pergi ke satu arah dengan setengah berlari.“Fay, tunggu!” Callie mengejar, merasa Fay tidak ingin mengajaknya.
Jim menelan ludah. Dia tidak yakin saat sudah mengatakannya, Cade Goldwin akan mengampuni.“Tuan, apa kau akan mengampuni kami kalau aku memberitahu siapa dia?” ujar Jim memelas.“Apa dia juga akan membiarkan kau tetap hidup bila kau bisa keluar dari sini dengan selamat?”Jim tidak tahu harus mengatakan apa. Dia serba salah.“Nona Haines,” ujarnya dengan suara tercekat. Tenggorokannya terasa kering dan sakit.“Katakan dengan jelas.” Cade sedikit terkejut mendengar ucapan lelaki di depannya ini.“Pricilla Haines.”Ada keheningan sesaat usai nama itu disebutkan.Lalu tawa keras Cade terdengar bergema di seluruh ruang tamu villa yang luas. Itu bukanlah sebuah ekspresi kegembiraan. Tawa itu terdengar menyeramkan. Lebih menyerupai ejekan, rasa tidak percaya dan juga ancaman kematian.Kemudian terdengar suara tembakan. Tubuh Jim tersentak beberapa kali. Dia bahkan tidak sempat menjerit sebelum kemudian tumbang ke lantai. Matanya terbelalak menatap langit-langit ruangan.Cade mengembalikan s
Menurut Kevin, hari ini Fay terlihat murung. Meski gadis itu tersenyum juga sesekali dan ikut tertawa karena sebuah lelucon yang dilemparkan Kevin. Itu tak membuat awan gelap di matanya memudar. Mata indah yang biasanya cerah kini seperti langit yang tertimpa badai. Waktu Fay melontarkan sebuah kalimat, Kevin tahu bahwa memang ada masalah.“Apa kau bisa mencarikanku pekerjaan?” ujar Fay setelah menghabiskan setengah sarapannya.Kevin melirik isi piring gadis itu dan ingat bahwa Fay tidak pernah menyisakan makanan. Dia meneguk sedikit air putih dari gelas sebelum bicara.“Kau punya masalah dengan tuan Goldwin?” Kevin bertanya curiga.Fay langsung tertawa mendengar pertanyaan Kevin. “Sejak awal aku memang memiliki masalah dengan penjahat itu. Tidak. Bukan itu sebabnya. Aku hanya sedikit bosan. Kau tahu, aku tidak menyukai anak-anak. Menjadi pengasuh itu seperti sebuah hukuman. Aku hanya tidak punya pilihan lain waktu itu.”“Aku bisa memberimu pekerjaan. Tapi apa tuan Goldwin sudah tahu
Cade menunduk hingga Pricilla mengira lelaki itu ingin menciumnya. Kelopak mata indah , perlahan menutup.Tapi bibir Cade hanya mendekat ke sisi wajah gadis itu. Dia berkata dengan tenang. Nyaris tanpa tekanan.“Ibuku ingin aku menyampaikan pesan padamu.”Pricilla yang menunggu selama beberapa detik, dan ciuman itu belum juga datang, langsung membuka mata begitu mendengar kata-kata Cade.“Apa?” Napas Pricilla terasa sesak saat mengendus aroma tubuh lelaki itu. Dia menjadi mabuk tanpa perlu menenggak alkohol.Cade mundur sedikit. Matanya tidak lepas dari wajah gadis itu.Tangan Cade meraba bagian belakang tubuh Pricilla. Menemukan resleting di sana dan menurunkannya perlahan.Pricilla menyadari pergerakan itu. Dia tidak peduli. Itu memang yang diinginkannya. Di mana pun tempatnya, bukan masalah. Gadis itu malah membantu Cade meloloskan gaunnya tanpa sekalipun melepaskan pandangan dari wajah dengan fitur nyaris sempurna itu.Gaun yang terlepas dilempar sembarang ke lantai mobil. Pricil
“Kalau bukan karena anak-anak yang menginginkan nona Willmer tinggal di sini, aku tidak akan pernah membiarkannya menginjakkan kaki di apartemenku.” Suara Cade terdengar dingin.Itu bukan jawaban yang diinginkan Laura. Malah tidak ada hubungannya. Tapi dia tidak ingin berdebat saat ini.Anak-anak meletakkan sendoknya hampir bersamaan. Wajah keduanya terlihat kesal. Tapi mereka masih dengan keras kepala tidak ingin berbicara dengan ayah mereka.“Mike. Mika. Kalian makan sedikit sekali.” Laura menegur dengan tidak berdaya. Dia perhatikan keduanya hanya makan beberapa sendok.“Tiba-tiba saja aku merasa kenyang.” Mike yang menyahut. Sudut matanya melirik Cade dengan sengit. Anak itu turun dari kursinya dan meninggalkan meja makan lebih dulu.“Lagi pula di sini udaranya sangat pengap.” Mika ikut bersuara sambil mengipasi wajah dengan tangan. Dia menyusul kakaknya pergi.Itu hanya alasan, Laura tahu. Wanita itu mengelengkan kepala dengan sedih. Dia melirik Cade yang tampak tidak tergerak h
“Jadi, Nona Willmer. Apa kau pikir bisa memanjat naik pada keluarga Blair dengan menjadi sekretaris putraku?” Susan Blair tidak lagi mencoba berbasa-basi.Fay sudah mengira akan menghadapi serangan yang lebih keras dari nyonya besar Blair.“Nyonya sangat perhatian padaku. Aku harus berterima kasih.” Fay menyindir dengan senyum masih menghias bibir.Susan mendengus kesal. Dia tidak pernah bertemu gadis muda tak tahu malu seperti ini.“Aku sudah melihat banyak gadis muda. Kau yang paling menjijikkan. Jangan pernah berharap bisa menjadi bagian dari keluarga Blair. Kau tidak pantas dan tidak akan pernah pantas.” Nada bicara Susan tajam menusuk.Tak ada yang akan sanggup menghadapinya tanpa terluka.Fay tidak luput dari tusukannya. Apalagi akhir-akhir ini dia menjadi cukup peka tentang status sosialnya. Hal itu pula yang membuatnya pergi dari tempat tinggal Cade dan melepas kehidupan yang nyaman sebagai pengasuh si kembar.Namun Fay tentu saja tidak akan membiarkan dirinya ditindas dengan
Fay dengan sukses jatuh di pelukan Cade Goldwin. Terlihat persis seperti dalam film-film roman. Trik murahan seorang gadis demi menarik perhatian lawan jenis.Untuk beberapa waktu ada kesunyian yang menakutkan. Ruangan pesta yang semula ramai mendadak hening. Semua pandangan tertuju pada satu titik, Fay yang terjatuh dalam pelukan Cade Goldwin.Para wanita mulai mengutuk Fay dan berharap agar Cade memberi hukuman. Mereka semua cemburu. Bagaimana bisa seorang gadis asing yang tidak jelas status sosialnya menyentuh Cade dengan mudahnya.Sementara wajah dingin Cade semakin muram. Kalau saja hal ini dilakukan gadis lain dan bukan Fay Willmer, dia akan menuduhnya sebagai trik kotor paling menjijikkan. Tak pernah ada seorang pun wanita yang berani mencoba melakukan ini padanya. Tapi gadis dalam pelukannya adalah Fay Willmer yang suka mencari masalah dengannya. Cade mencoba menebak adakah ini sebuah ketidaksengajaan atau ada maksud lain.Sesaat Fay hanya bisa meringis. Dia masih mencengkeram