Share

Bab 48

Pov Elman

Zila masih menangis, ketika Nira menyerahkannya ke gendonganku. "Sudah dong, sayang. Jangan nangis terus, nanti jelek lho!" bujukku, sambil menepuk pelan punggung anak gadisku ini, berharap tangisnya reda.

Aku sungguh tak sanggup melihat Zila seperti ini. Ku akui dia begitu dekat dengan Nira daripada aku, ayah kandungnya. Bisa kurasakan ikatan batin di antara keduanya, meski tak darah yang sama, yang mengalir di tubuh mereka. Nira tulus mencintai Zila.

"Hu ... hu ... Zila mau Bunda pulang ke rumah," ucap Zila disela isak tangisnya.

"Kan tadi Bunda sudah bilang, kalau Bunda dan papa nggak boleh tinggal satu rumah lagi," jelasku mencoba memberi pengertian pada Zila.

Jangan tanya bagaimana rasanya hatiku, patah hati terberat sepanjang umurku adalah hari ini. Kehilangan istri tercinta, dan yang paling menyakitkan adalah melihat patah hati yang dialami Zila.

Percayalah, mengakhiri pernikahan di meja pengadilan bukan hal yang menyenangkan. Seandainya aku diberi pilihan, aku t
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status