Share

Bab 20

"Bagaimana? Kamu masih mau menerima dan memaafkanku, kan?" terangku saat aku berhasil mengajak Namira bertemu di sebuah restoran di pusat kota.

Tak sedikitpun ia mau menatapku. Apakah sudah sebenci itu ia padaku? Padahal bukankah setiap manusia itu pasti selalu ada salah dan khilafnya?

"Nay ...."

"Jangan panggil aku dengan sebutan itu lagi, sekarang aku bukanlah wanita manjamu seperti dulu lagi," jawabnya menohok hatiku.

Ah, benarkah yang ia katakan itu? Padahal dulu ia sangat senang jika aku memanggilnya dengan sebutan itu. Ya Tuhan ... Apa benar, jika kesalahanku ini sudah tidak dapat lagi dimaafkan?

"Tapi kenapa? Bukankah setiap manusia itu memang tempatnya salah dan dosa? Apa aku tidak pantas mendapat maaf darimu? Bahkan Tuhan yang menciptakan seluruh umat di dunia ini saja Maha Pemaaf," tuturku lagi berusaha membela diri.

Sejujurnya aku malu, malu karena harus merendahkan diriku sendiri dihadapan wanita. Karena selama hidupku, tak sekali pun aku mau merendahkan diriku seperti ini
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status