Share

bab. 8

Arumi menghampiri Dinda yang tengah menonton televisi di ruang tengah.

"Anak Mama makan dulu, yuk!" ucap Arumi sembari mengalungkan lengannya ke pundak bocah itu.

"Nanti aja, Ma. Filmnya lagi seru!" sahut Dinda. Matanya awas menatap layar televisi yang menayangkan film animasi hewan kesayangan Dinda.

"Nontonnya kan bisa nanti lagi. Dinda belum makan lho dari siang, nanti Dinda sakit!" bujuk Arumi.

"Tapi, Ma, filmnya lagi seru. Sebentar lagi si Ochan akan bertemu dengan ayahnya!" sahut bocah polos itu. Tiba-tiba ekspresi wajah Dinda berubah. Dinda yang awalnya tertawa senang saat melihat film kesayangannya, tiba- tiba menjadi murung saat menyebut kata ayah. Arumi tahu Dinda sangat merindukan papanya.

"Kamu kenapa, Sayang?" Arumi menyentuh pipi bakpau bocah itu. Menatapnya penuh cinta kasih.

"Dinda kangen papa, Ma," ucap bocah itu. Matanya terlihat sayu menatap mata sang mama. "Kapan sih, papa akan pulang ke rumah ini?" ucapnya lagi.

Arumi membalas tatapan Dinda. Ia menarik sudut bibirnya, tersenyum ke arah Dinda.

"Papa bilang hari ini papa akan pulang, Dinda jangan sedih lagi ya," ucap Arumi.

Mata bocah itu mengerjap. Sesaat kemudian binar bahagia terpancar jelas dari matanya, setelah mendengar perkataan Mamanya. Gadis kecil itu kemudian berdiri dan tersenyum lebar. "Beneran papa pulang, Ma?" Sekali lagi bocah itu bertanya pada Arumi.

"Ya tentu saja bener, apa pernah Mama bohongi Dinda?"

Gadis kecil itu mengangguk lalu berjingkrak senang. "Asyik papa pulang!" teriaknya sambil berlari mengelilingi sang Mama yang masih berjongkok di atas lantai. Arumi bisa tersenyum lega, melihat buah hatinya itu kembali ceria. Namun itu hanya sesaat. Karena sampai malam tiba, Ardi tak kunjung pulang ke rumah.

"Ma, kenapa papa belum juga pulang?" ucap Dinda. Ia mulai lelah menunggu kepulangan papanya. Berkali- kali gadis kecil itu menguap, tapi ia belum mau beranjak ke kamarnya.

"Sabar ya, Sayang. Mungkin papa sedang di jalan. Dinda tidur saja dulu, nanti kalau papa sudah pulang, Mama bangunin Dinda," ucap Arumi membujuk Dinda. Namun Dinda tetap keras kepala. Ia bersikeras menunggu kepulangan papanya.

Arumi melirik jam di layar gawainya, sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Sirna sudah harapannya untuk mendapati suaminya pulang ke rumah. Arumi menatap Dinda yang sudah tertidur di atas sofa, dengan rasa iba. Anak sekecil itu masih membutuhkan kasih sayang ayahnya. Namun Ardi terlalu baik pada Dinda. Bahkan ia justru membencinya.

Dengan lembut, Arumi mencium kening bocah itu. Kemudian ia menggendongnya menuju ke kamar. Arumi duduk tepi ranjang, lalu meraih gawainya untuk menghubungi Ardi. Dengan gusar  Arumi menekan delapan digit nomor telepon Ardi.

"Hallo!" Arumi dibuat terkejut dengan suara wanita yang terdengar dari ujung telepon, saat sambungan telepon itu terhubung. Arumi kembali melihat layar gawainya, memastikan jika ia telah menekan nomor telepon dengan benar. 

Jantung Arumi langsung berdegup kencang, karena memang betul nomor itu adalah nomor Ardi. Tapi siapa wanita yang tadi mengangkat teleponnya? Ia yakin jika itu bukanlah suara Santi. Suara wanita itu begitu lembut dan manja. Tentu juga bukan suara Bu Hilda, karena Arumi sudah hafal dengan suara cempreng mertuanya. Dulu hampir setiap hari ibu mertuanya itu datang dan mengomel kepadanya. Tentu saja suaranya sudah terekam sempurna di dalam memori otak Arumi.

Arumi hendak bertanya, tapi sambungan teleponnya langsung terputus. Hatinya terus bertanya-tanya, siapakah perempuan yang mengangkat teleponnya?

===

Keesokan harinya, seperti biasa Arumi mengantar Dinda berangkat ke sekolah.

"Sayang, kamu belajar yang pinter ya!"

Arumi mencium kening putrinya, dengan lembut. Dinda mengangguk sambil tersenyum. Kemudian bocah itu berlari memasuki gerbang sekolah. Ia berhenti sejenak lalu melambaikan tangan ke arah mamanya, sebelum bocah itu berbalik badan dan membaur bersama teman-temannya.

Arumi tersenyum simpul. Ia bersyukur, Dinda bisa kembali ceria, setelah kekecewaan terhadap sang ayah. Semalaman bocah itu menunggu kepulangan Ardi. Namun hingga pagi menjelang Ardi tak juga kelihatan batang hidungnya.

Arumi masih penasaran dengan wanita yang mengangkat teleponnya semalam. Arumi memutuskan untuk pergi ke kantor Ardi. Ia harus menanyakannya pada Ardi. Ia juga ingin tahu, kenapa Ardi tidak jadi pulang kemarin. Arumi naik angkot, dan turun di depan kantor Ardi. Perlahan ia melangkahkan kakinya, dengan harapan segera bertemu dengan Ardi. Namun ketika sampai di depan gerbang, seorang satpam menghentikan langkahnya.

"Maaf anda dilarang masuk!" Satpam itu berdiri di depan Arumi, menghalangi jalannya. Matanya menatap Arumi dengan tatapan tajam. Menelisik penampilan Arumi dari ujung kaki, hingga ke kepalanya. Wanita berpakaian sedikit lusuh itu, tak pantas berada di kantor semegah ini.

"Maaf, Pak. Saya istrinya Pak Ardi. Apa boleh saya bertemu dengan suami saya sebentar?" ucap Arumi.

Satpam itu mengerutkan keningnya, sebelum berkata, "Pak Ardi hari ini tidak masuk kantor, karena ada keperluan keluarga. Masa anda istrinya tidak tahu?"

"Oh, ya sudah, Pak. Kalau begitu saya cari Mas Ardi di rumah ibu saja, terimaksih," ucap Arumi, lalu pamit undur diri.

Dengan gusar Arumi melangkahkan kakinya ke jalan raya. Kembali menumpang angkot, menuju ke rumah ibu mertuanya. Begitu sampai di sana Arumi begitu terkejut dengan keramaian di rumah Bu Hilda.

Berbagai karangan bunga menghiasi halaman rumah Bu Hilda. Meski tidak begitu ramai, tapi sepertinya di rumah ini sedang ada pesta.

Tega sekali mertuanya mengadakan pesta, tanpa memberitahunya. Dengan cepat Arumi melangkahkan kakinya menuju ke dalam rumah ibu mertuanya. Namun yang dilihatnya sungguh membuat hatinya hancur. Ardi tengah duduk bersanding dengan seorang wanita, sedang di depannya seorang penghulu tengah menjabat tangan Ardi.

"Saya terima nikahnya Aurel Sapta Kusuma dengan mas kawin tersebut, dibayar tunai!"

Ardi dengan lantang mengucap ijab kabul. Suaranya menggema di seluruh sudut  ruangan itu.

"Bagaimana sah?" Penghulu bertanya pada semua orang yang duduk di sana.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Alnayra
astaghfirullah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status