ANAKKU JUGA CUCUMU, BU# PART22(27) Klontang!! "Maaf, Pak, Bu sudah mengganggu," ucap seorang Roomboy yang baru saja menjatuhkan besi yang dipegangnya. Naila yang merasa malu kedapatan berpelukan segera menjauh dari Rendi. Rendi lebih bisa menguasai suasana mempersilakan pria itu pergi. "Terima kasih, Nai," ucap Rendi yang kemudian segera berlalu dengan senyum manisnya. Sungguh malam ini hati Rendi bahagia. Dia telah mengatakan beban yang selama ini menghimpit dadanya. Dan serasa mimpi dia bisa memeluk seorang Naila. Sementara Naila merutuki kebodohannya. Dia merasa tak seharusnya melakukan hal bodoh semacam itu. Dia menyesal sungguh-sungguh menyesal. Untuk menghilangkan perasaan bersalahnya, dia mencoba mengirim pesan pada Sang Suami. Naila membuka aplikasi berwarna hijau lalu melihat kontak suaminya. Ternyata suaminya sedang online."Mas, Ikhsan kenapa tak menghubungiku sama sekali?" batin Naila. [Mas, udah tidurkah?]" Na
Naila mencoba menelpon suaminya untuk mengabarkan bahwa dia akan pulang. Tiket pesawat sudah dipesannya. Setelah beberapa kali mencoba menghubungi namun tak tersambung juga. Naila akhirnya memilih mengirim pesan pada suaminya itu, [Mas, mungkin nanti malam aku udah pulang] namun ternyata ponsel suaminya tak aktif. Hari- hari Ikhsan semakin berwarna, kali ini pria itu benar-benar jatuh cinta. Begitu juga dengan Amanda, dia seakan mabuk kepayang dengan pesona yang dimiliki oleh atasannya itu. Malam ini Ikhsan berniat menyatakan secara resmi perasaannya pada gadis yang menjadi idaman lain di hatinya. Dia telah menyiapkan kado spesial untuk Amanda. Bahkan dia juga sudah memesan tempat di restoran yang akan menjadi tempat spesial dia dan Amanda nanti malam. Seolah lupa statusnya, Ikhsan sama sekali tidak memikirkan perasaan Naila. Dia takut jika terlambat menyatakan hatinya, maka Amanda akan menjadi milik orang lain. Siapa yang tak suka dengan gadis secantik Amanda. Muda, cantik dan
Esok harinya, Ibu mertua Naila datang ke rumah. Dia ingin bertemu dan berbicara degan Naila secara langsung. Sementara Naila sedang menjaga Raka yang bermain di halaman rumah. Bocah kecil itu aktif sekali tak berhenti bergerak kesana kemari. "Naila, kata Ikhsan kamu baru dari luar kota?" tanya Bu Sukma. "Iya, Bu. Dari Yogyakarta." sahut Naila. "Pasti dapat oleh-oleh dong kalau dari sana. Mana bagian Ibu sama saudara iparmu?" tanya Bu Sukma. "Aku gak sempat beli oleh-oleh. Jadwal di sana kemarin padat banget, Bu." balas Naila. "Alasan aja kamu itu. Masa sama keluarga sendiri perhitungan." ketus Bu Sukma. "Yaudah, Naila kasih duitnya aja ya. Nanti Ibu bisa belanja sendiri sama Irda," sahut Naila. Bu Sukma tersenyum sumringah mendengar penuturan Naila. Setelah mendapatkan uang itu, Bu Sukma pamit dengan alasan Bagas nanti mencarinya. Ia bahkan tak menggendong Raka-cucunya-sama sekali. Naila tak ingin berurusan terlalu
ANAKKU JUGA CUCUMU, BU# PART24A(30) Amanda melihat-lihat foto di galeri ponselnya, gadis itu tersenyum sendiri melihat kemesraannya dengan sang kekasih. Dia selalu mengabadikan momen saat bersama dengan Ikhsan, saat di mobil, bergandengan mesra di mall, bahkan ada beberapa foto vulgar di sana. "Ehem." Seseorang di belakang Amanda berdehem membuatnya terkejut. "Eh kamu, Rik. Selau bikin kaget orang," gerutu Amanda. "Akan lebih kaget lagi kalau Naila yang ada di belakangmu saat ini," ketus Rika. "Ngapain tiba-tiba bahas soal Naila," sahut Amanda. "Manda, aku sudah pernah bilang padamu. Aku gak mau punya teman pe-la-kor!" Rika mengingatkan Amanda. "Apa hubungannya, Rik. Ak-aku gak ngambil suami orang kok,"elak Amanda. "Masa? By the way, foto-foto kamu sama Pak Ikhsan barusan bagus ya. Lebih bagus lagi kalau dibikin viral," Rika tertawa sinis dengan candaannya sendiri. "Apaan sih, Rik. Jadi serem gitu ngomongnya," gerut
Permainan panas Ikhsan dan Amanda tak hanya berlangsung sekali saja. Seolah ingin melampiaskan hasrat liarnya, mereka melakukan untuk yang kedua kalinya. "Aku sayang banget sama kamu, Manda," bisik Ikhsan ditengah pergumulannya. "Aku juga, Mas," sahut Amanda. Ting ... ting ... ting! Ponsel Ikhsan berbunyi tanda ada panggilan masuk. Pria itu tak mempedulikannya, dia lebih memilih memadu kasih bersama wanita idaman lainnya. Setelah selesai menuntaskan hasratnya, Ikhsan mengucapkan kata-kata mesra pada Sang Kekasih. Manda beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sementara Ikhsan masih duduk bersandar di ranjang. Pria itu meraih ponsel yang berada di atas nakas. Dilihatnya ada panggilan masuk dari Rani dan Bapak Mertuanya. Merasa penasaran kenapa mereka berdua kompak menelponnya, Ikhsan pun menghubungi Rani. "Halo, Ran. Tadi kamu menelponku?" tanya Ikhsan. "Iya, Mas. Mbak Naila tadi pingsan." jawab Rani.
Sementara media sosial milik Naila, Amanda, dan Ikhsan kini sedang ramai oleh banyak komentar. Akun fake telah menandai akun media sosial berlogo biru milik mereka. Video yang dibagikan oleh akun fake itu menunjukkan kemesraan Amanda dan Ikhsan saat menuju hotel tadi sore. Dimulai dari mereka turun dari mobil, bergandengan tangan dan berangkulan menuju kamar, dan Ikhsan mencium Amanda sesaat sebelum masuk kamar hotel. Beragam komentar hujatan dari teman dan sanak famili terus mengalir. Ada juga komentar yang berempati dengan apa yang dialami Naila. [Ya ampun, gak nyangka Ikhsan lo bisa bejat gitu] [Istri udah cantik masih juga selingkuh, tobat Mas] [San, mending istri lo buat gue aja daripada lo sia-siain gitu] [Mbak Naila yang sabar ya, hukum karma pasti berlaku] Dan masih banyak komentar lain yang ditujukan pada mereka bertiga. Naila dan Ikhsan belum tahu akan video itu karena mereka sama sekali belum membuka sosial medi
Naila menutup mulutnya terkejut, begitu pula dengan kedua orang tuanya. Mereka sama-sama tak menyangka dengan apa yang dilakukan Ikhsan. "Apa ini, Mas!?" teriak Naila mendekati Ikhsan. "Nai, a-aku bisa jelasin. Ini gak seperti yang kalian pikirkan," elak Ikhsan. "Ikhsan, kalian ke hotel dengan bergandengan tangan, berangkulan mesra bahkan berciuman di depan pintu kamar. Masih kau bilang tidak seperti yang kami pikirkan? Kau pikir kami semua bodoh, hah!?" teriak Azam. "Dan di dalam kamar seorang laki-laki dan perempuan dewasa, apa lagi yang kalian lakukan jika tidak berzina!?" geram Pak Ahmad. "Nai, kamu masih percaya sama aku, 'kan?" Ikhsan memohon pembelaan Naila. Plak!! "Diam kau, Mas! Aku benci kau! Pergi dari hadapanku sekarang juga!" Naila berteriak histeris. "Kita pergi sekarang, Mas." Amanda yang sedari tadi diam ikut bersuara. Naila menatap tajam gadis di depannya itu. Dia bahkan tak malu memegang tanga
Ikhsan dan Amanda bingung mau menginap di mana malam ini. Mencari kontrakan juga tak mungkin, apalagi mereka belum menikah takut kena grebek. Akhirnya Ikhsan memutuskan untuk membawa Amanda ke rumah ibunya. Dengan motornya Ikhsan membelah jalanan malam yang sepi. Rumah Bu Sukma sudah gelap. Tampaknya penghuni rumah sudah tidur semua. Ikhsan mencoba mengetuk pintu. Setelah beberapa saat, Pak Jaka-Ayah dari Ikhsan-membukakan pintu. "Ikhsan, kenapa pulang malam begini?" tanya Pak Jaka. Amanda muncul dari balik pintu, berlindung di belakang tubuh Ikhsan. Pak Ikhsan merasa kali ini anaknya datang membawa masalah. "Ikhsan, siapa perempuan ini? Kenapa dia bersamamu," Suara bariton Pak Jaka menggelegar ditengah malam. "Dia temanku, Pak," jawab Ikhsan tertunduk tak mampu melihat wajah Sang Ayah. "Teman mana lagi?! Apa tidak cukup masalah Vanya tempo hari, hah?!" hardik Pak Jaka. "Kasihan dia, Pak. Dia diusir orangtuanya, bingung m