“Ya ampun! Jangan kaget gitu lah wajahnya. Hahaha! Aku bercanda doang kok,” “Dih, siapa yang kaget! Aku juga gak peduli kamu mau pulang dalam keadaan seperti apa. Bukan urusan aku sama sekali! Cuma kamu jangan macam-macam sama lelaki lain di luar sana saat kita masih suami istri!” Qiara hanya tersenyum manis dan menganggukkan kepalanya untuk mengiyakan kata-kata Vince. Moodnya benar-benar membaik setelah melakukan sesuatu yang sudah ia pendam selama ini. Malam pun berlalu dengan cepatnya. Keesokan paginya mereka berdua dikejutkan dengan kedatangan orang tua mereka yang secara tiba-tiba muncul di dapur. Untung saja saat ini mereka berdua sedang sarapan bersama. Seandainya keduanya masih berada di dalam kamar pasti mereka bakal ketahuan. “Mama, Papa! Kok kalian main masuk aja sih? Gimana kalau kami sedang melakukan hal yang aneh-aneh saat kalian main masuk tanpa permisi!” Vince berkata dengan dingin. “Iya deh, iya! Mama janji ini terakhir kalinya kami masuk tanpa keizinan kalian. M
“Kalau hanya seminggu di sana, bisa nggak?” Tanya Qiara nada manja ke arah mamanya. “Kan kemarin sudah mama bilang, gak boleh! Minimum tiga minggu baru kalian bisa pulang. Soal kerjaan gak usah khawatir. Kan sudah dititipkan sama orang kepercayaan kalian masing-masing!” “Ah... Mama gak asik banget sih!” Qiara langsung menggandeng tangan Vince dengan sangat mesra. Dia ingin membuat lelaki itu jengkel karena suaminya itu dari kemarin tampak seperti benar-benar ingin pergi untuk meraikan bulan madu mereka ke Paris. Vince begitu asyik memandang pemandangan kota yang begitu sibuk dari kaca mobil, secara tiba-tiba Vince merasakan ada sebuah cubitan kecil di bagian pinggulnya. Qiara tersenyum dengan penuh arti saat Vince menoleh ke arahnya.Saat ini mereka sedang dalam perjalanan menuju ke bandara. Qiara merasa resah karena dia harus menunda untuk memberikan Darwina pelajaran. Setelah tiba di sana nanti dia akan memikirkan cara untuk pulang kembali ke kota ini dengan cepat. “Semua dokum
“Tapi bo’ong! Aku, gak bisa jauh dari kamu… Tidak akan pernah terjadi di dalam kehidupan ini!” Vince tersenyum sinis. Mendengarkan itu, otomatis tangan Qiara membanting bantal yang ada di tangannya. Dia merasa jengkel mendengarkan kata-kata Vince. Sifat Vince terkadang bisa manis hingga membuat hatinya merasa deg degan. Kini sepertinya ia harus membiasakan dirinya untuk tidak mudah merasa jatuh cinta kembali. Manakala tidak jauh dari kamar Qiara dan Vince ada seorang lelaki yang memakai hoodie menatap dengan penuh tajam ke arah kamar pasutri yang baru saja tiba itu. Pandangannya terlihat mengandungi seribu arti. “Mereka telah tiba! Aku akan memerhati mereka selama mereka ada di sini!” “Ha ha ha, selamat menikmati! Kamu akan mengerti dengan sendiri apa yang sudah aku sampaikan soal mereka. Tapi ingat ini, jangan sampai ketahuan kamu berada di sana. Ingat sama rencana kita!” “Kamu sok ngatur-ngatur aku sekali lagi, bisa ku pastikan batang lehermu akan ku patahkan saat kita bertemu
“Kamu kenapa panik begitu? Mana jelek banget lagi namanya, Mawar Sakura Berduri! Gak jelas sekali orang yang ngasih nota ini!” Qiara memilih diam dan berlalu meninggalkan Vince yang masih menikmati sarapannya. Seleranya terasa mati setelah mendapat nota itu. Hanya satu orang yang selalu memanggil nama gelarannya dengan penuh. Akhirnya Qiara memutuskan untuk berjalan-jalan secara bersendirian. Vince segera menyudahi aktivitas nya setelah menyadari Qiara telah menghilang dari restoran itu. Dengan wajah yang dingin ia melangkahkan kakinya mencari keberadaan istrinya. Puas mencari kesana kemari, akhirnya Vince pun menemui Qiara sedang berbicara dengan raut wajah yang serius bersama seorang lelaki yang mengenakan hoodie berwarna merah. “Apa lelaki itu yang telah memberikan nota pada, Qiara? Seperti yang dikatakan sama pelayan tadi?” Gumam Vince. “Qiara!” Lelaki yang sedang berbicara dengan Qiara segera pergi setelah melihat Vince sedang berjalan menghampiri mereka. “Kamu kok pergi ga
“Aku mau kamu membuat sepupuku jatuh cinta denganmu. Dan aku yakin kamu bisa melakukan itu!” “Kamu pikir aku perempuan murahan, gitu?” “Kalau kamu merasa tidak, maka jawaban aku juga tidak! Dengan wajah datarnya Vince berbicara. Qiara tak langsung menjawab perkataan Vince. Dia masih menimbang-nimbang akan rencana lelaki dingin itu. Nanti kalau sepupunya Vince cinta mati dan jadi psikopat hanya gara-gara ingin mendapatkan dirinya. Kan bisa berabe urusannya. Qiara bergidik ngeri memikirkan itu. Vince dengan sabar menunggu putusan dari sang istri. Seandainya Qiara menolak pun dia tidak akan mempermasalahkan. Dia bisa mengatur kembali rencana yang lain. “Ok! Aku setuju…” “Yakin? Setelah kamu menyetujuinya, kamu gak bisa menolaknya lagi. Karena aku akan melanjutkan rencana yang sudah aku siapkan sebelumnya!” “Yup! Aku sangat yakin. Lebih cepat lebih baik untuk hubungan kita.” Vince berdehem seketika saat mendengarkan perkataan Qiara. Ada rasa tidak rela jauh di dasar hatinya. Man
“Kamu kenapa, Honey? Kok pucat begitu sih wajahnya? Sini biar aku obati kalau sakit!” Qiara masih dalam mode ingin mengerjai Vince. Siapa suruh lelaki itu dengan lancang berani mengganggu privasinya yang ada di dalam ponsel miliknya. Dengan wajah yang dibuat sepolos yang mungkin, Qiara menatap sang suami. Sadar Qiara masih ingin mengerjai dirinya, membuat Vince ingin membalas permainan yang sedang Qiara lakukan. Secara perlahan, dengan wajah datarnya Vince berjalan menuju ke arah Qiara. Dan ya, itu berhasil membuatkan wanita itu melototkan matanya. “Benar-benar sudah gila ya kamu! Jangan mendekat, kamu mau ngapain sih!” “Hanya wanita yang otaknya mesum saja akan berpikir yang aneh-aneh! Jangan geer, aku hanya ingin mengambil ponselku saja, istriku sayang!” Vince tersenyum smirks. “Ya ya ya, si paling tau apa isi otak manusia! Padahal aku mengira kamu mendekat karena pengen muntah di sini. Kalau sampai itu terjadi, aku bisa pastikan kamu bakal babak belur di tanganku!” “Sok kuat!
Tak lama kemudian, panggilan dari Qiara pun dijawab oleh sang mama. Ya, Qiara menelpon mamanya karena ingin memastikan apakah reaksi mamanya akan sama seperti sang mertua. Ada rasa khawatir yang menerpa dalam dirinya. “Eh, pucuk dicita ulam pun tiba! Kebetulan mama baru aja mau melakukan panggilan video call ke kamu, Sayang. Gimana kabar kalian di sana?” “Dingin, Ma! Qiara gak betah lama-lama di sini.” “Kan sekarang anak mama udah gak sendiri lagi, minta peluk sana sama menantunya mama kalau lagi dingin!” Goda Thea. “Ih, mama! Apaan sih. Ma, sebenarnya Qiara mau menanyakan sesuatu nih…” Vince memberi kode pada Qiara agar tidak meneruskan pertanyaannya. Siapa tau mungkin semua ini tidak seperti yang mereka pikirkan. Begitulah kira-kira bila sedang melakukan sebuah kesalahan, pasti akan merasa kekhawatiran sepanjang waktu. “Qiara, Sayang? Kok malah melamun sih! Tadi kamu mau tanya apa sama mama?” “Anu, Ma! Qiara mau minta tip buat menggoda suami!” Separuh berbisik Qiara menanyaka
Setelah melewati pagi yang penuh dengan cekcokan tanpa ada seorangpun yang mau mengalah terlebih dahulu, eh kini malah keduanya sedang asyik menonton film bersama. Vince yang merasa jengah dan bosan seharian di kamar akhirnya memilih untuk membuka televisi dan mencari cerita di Netflix.Saat melihat Vince begitu larut ketika menonton film aksi yang ia pilih, membuat Qiara merasa penasaran seperti apa cara dan trik si tukang pemain film. Lalu ia pun secara diam-diam duduk di sofa yang sama dengan sang suami. “Yah! Kok lemah banget sih pameran utamanya. Harusnya kan dia tidak bertele-tele saat ingin menghajar lawannya.” Ketus Qiara. “Ya, suka-suka dia lah. Kok malah kamu yang sewot! Ini ngapain kamu ikut duduk di sini?” “Ya, suka-suka aku lah!” Qiara membalas dengan nada mengejek. “Ck! Kalau mau nonton, jangan berisik, jangan protes apa pun itu! Aku lagi malas mendengarkan suara jelekmu!” Mendengar itu membuat Qiara menampar bahu Vince dengan kuat. Tiada hari tanpa lelaki itu menje