“Ada yang mau ditambahin lagi gak?”
Aurora menggeleng sambil tersenyum puas. Matanya berbinar menatap tablet yang menampilkan desain kamarnya yang baru. “Lo emang tau selera gue, kak Ave.”
Aveline tersenyum lebar, lega mendengar pujian itu. “Asal lo suka, itu yang paling penting.” Dia memeriksa sketsa di tablet sekali lagi, memastikan bahwa setiap detail telah sesuai dengan keinginan Aurora. “Kita mulai renovasinya besok, ya. Semua bahan udah gue pesan dan tim gue yang bakal eksekusi.”
“Lo-nya nggak?” Tanya Aurora.
Sambil mengedikkan bahu, kepela Aveline ikut menggeleng. “Dibatesin aktivitasnya sama ipar lo. Takut guenya kecapean.”
Aurora mencibir. “Protective banget..” Ucap Aurora dengan nada iri.
Aveline tertawa kecil mendengar komentar Aurora. “Iya, tapi itu juga karena sayang. Lagian, Kak Ian tuh worry-worry club soal kehamilan gue
“Bang Ian..”Cassian celingukan mencari sumber suara, suara yang mirip dengan suara adiknya. Dan benar, di meja seberang mejanya lah Adelia melambaikan tangan dengan antusias. Setelahnya, sang adik terlihat menghampirinya dan meninggalkan Letta yang melemparkan senyum padanya.Café yang didatangi oleh mereka memang tak jauh dari kampus milik Adelia. Cassian bahkan sudah menduga sebelumnya peluang akan bertemu dengan adiknya disini itu sangat besar. Hal itu dikarenakan teman diskusinya kali ini adalah seorang dosen di tempat Adelia mengenyam pendidikan. Wajar kalau dia memilih tempat yang tak jauh dari tempat kerjanya.“Kok Bang Ian gak bilang mau kesini?” Tanya Adelia yang sudah berdiri di sebelahnya.“Abang ada urusan disini dan buru-buru mau selesain secepatnya. Duduk dulu!!” Cassian menepuk kursi di sebelahnya, mengajak Adelia untuk duduk.Adelia duduk sambil memberi anggukan sopan dan senyum sapa pada
Cassian mengetukkan jarinya ke atas meja. Adelia sudah pamit bersama Letta semenit yang lalu, dan ini adalah saatnya untuk melanjutkan pembicaraan seriusnya dengan Ryan.“Jadi, lo mau buka identitas sebagai pemimpin Fortress?” Tanya Ryan.Cassian mengangguk. “Menurut lo, dampaknya ke Fortress sama Rinaldi Corp bakal kayak apa?”Ryan memiringkan kepalanya, tampak berpikir keras sebelum menjawab pertanyaan Cassian. "Bro, kalau lo buka identitas sebagai big boss di Fortress, itu pasti bakal bikin heboh banget. Di satu sisi, ini bisa bikin orang lebih percaya karena ada wajah nyata di balik operasi. Tapi, lo juga harus siap sih dengan risiko keamanan yang mungkin ada, buat lo sendiri dan juga buat keluarga serta bisnis lo."“Untuk Rinaldi Corp, efeknya bisa bervariasi,” lanjut Ryan dengan serius. “Positifnya, ini nunjukin kalau keluarga lo kuat dalam kepemimpinan. Ini juga bisa buka banyak peluang bisnis baru
“Masa terapi selama ini, sih?” Gerutuan itu berasal dari Aurora yang sedari tadi menunggu kepulangan Nicholas dari rumah sakit.Seperti yang diucapkan Nicholas kemarin, Aurora tidak diizinkan untuk ikut dengannya. Padahal Aurora juga ingin melihat apa saja yang akan dilakukan oleh Nicholas selama proses terapi agar kakinya bisa berjalan dengan baik lagi, sekaligus juga ingin memberikan dukungan.Nicholas sudah berangkat sejak pagi tadi, dan sekarang sudah sore. Suami dari Aurora itu bahkan belum menginjakkan kaki di rumah mereka.Proses terapi tidak akan membutuhkan waktu selama itu. Mau dikatakan Nicholas pergi bekerja, juga tidak mungkin. Aurora itu tau semua jadwal pekerjaan Nicholas, karena dia yang mengatur semuanya.Nicholas memiliki tiga kasino. Salah satunya berbentuk bangunan fisik, dan dua lainnya berbentuk virtual. Tidak ada yang mengetahui itu kecuali orang-orang tertentu yang bekerja untuk Nicholas, termasuk Aurora. Tentunya keber
Aurora berdiri mematung di ambang pintu penghubung ruang makan dan ruang keluarga rumah pasutri Cassian-Aveline, sambil menutup matanya dengan kedua tangannya. Karena tidak ada yang mendengarkan kedatangannya, dia memutuskan untuk langsung masuk saja, berhubung juga para bodyguard mempersilahkannya. Mana dia tau ketika menghampiri si tuan rumah, karena dia mendengar suara keduanya yang berasal dari ruang makan, dia justru disuguhkan pemandangan yang membuatnya malu sekaligus iri.Aveline dengan cepat turun dari pangkuan sang suami ketika menyadari keberadaan Aurora. “Eh, Ra. Kapan datang?” Tanyanya dengan gugup.“Baru aja..” ucap Aurora setelah menurunkan tangan yang menutupi matanya.Aveline mengangguk sebagai balasan. “Udah makan malam?”“Gabung aja sama kita, Ra!!” Celetuk Cassian.Aurora menggeleng dengan wajah aneh. “Gak, deh. Bisa-bisa nanti eneg liat kebucinan kalian.” Cibi
“INI BENERAN???”Pekikan yang mengandung keterkejutan sekaligus bahagia itu datangnya dari Hans. Aurora bahkan me-rem langkahnya dengan mendadak ketika mendengar itu. Dengan penasaran, dia mulai mengambil tempat agak tersembunyi karena merasa penasaran hal apa yang membuat orang kepercayaan dari Nicholas itu tampak begitu shock.Mata Hans terlihat berbinar saat menatap layar ponselnya. Aurora merasa semakin penasaran dengan apa yang ada di layar ponsel tersebut.“Gila.. serius Fortress yang ngirim email kek gini?” Tanya Hans pelan pada dirinya sendiri. Dia sungguh tidak menyangka akan mendapat email dari Fortress yang menyatakan membuka perekrutan untuk Warrior baru. Tentunya itu hal yang sangat langka mengingat Fortress adalah organisasi besar dan misterius yang tidak merekrut sembarang orang untuk bergabung. Sehingga kesempatan yang diberikan kepada Hans pasti merupakan hal yang luar biasa.Aurora semakin memper
“Arghhh…”Nicholas berusaha menggerakkan kakinya ke depan dan ke belakang, meskipun setiap gerakan memicu rasa sakit yang tajam. Bahkan teriakan tadi itu tak sengaja lepas dari tenggorokannya.“Heh.. lo santai aja kali.. Suami gue kesakitan bego!!”Seorang pria yang merupakan seorang therapist, mendelik kesal pada seorang Wanita yang mengatainya ‘bego’ hanya karena sedang membantu Nicholas untuk melatih kembali kakinya agar bisa berjalan kembali.“Maaf, yah, mbak. Saya tau kalau mbaknya cemas. Tapi saya harap mbak bisa paham kalau saya melakukan yang terbaik untuk membantu suami mbak pulih," ucapnya dengan suara tenang meskipun di dalam hatinya merasa tersinggung oleh kata-kata wanita tersebut. Dia berdiri di samping Nicholas yang sedang berjuang untuk berdiri, peluh mengucur di dahinya.Nicholas yang masih meringis kesakitan, memberi kode dengan tatapan mata kepada Hans, yang langsung dipah
“Maksudnya, dek?” Kening Aveline berkerut saat mendengar ucapan Aurora yang penuh dengan penekanan.“Iya.. Gue mau buat perhitungan ama bang Ian karena udah bikin suami gue menderita.” Mata Aurora mulai berkaca-kaca. Itu adalah cerminan dari hatinya yang ikut tersiksa melihat Nicholas yang sedang berjuang sembuh. Dan semua itu karena Cassian. “Suami gue berjuang banget buat sembuh. Dia kadang kesakitan pas beraktivitas.” Aurora mulai terisak.Aveline memilih duduk di sebelah Aurora. Tangannya terangkat untuk menenangkan sang adik.Dia paham perasaan Aurora karena dia sendiri pun sudah merasakannya. Melihat orang yang dicintai menderita, juga membuat kita merasa sakit.Aurora menundukkan kepalanya, air mata mulai mengalir di pipinya. Aveline merangkulnya erat, mencoba memberikan dukungan sebisanya.“Abang turut prihatin dengan kamu, Ra. Tapi abang gak bakal minta maaf buat apa yang udah abang lakuin.”
“Bisa jelaskan apa maksudnya ini, Hans?”Aurora memperlihatkan sebuah pesan yang masuk ke ponsel Nicholas kemarin yang sempat dipotretnya kepada Hans. Wanita yang mirip dengan istri Cassian itu berdiri di samping sebuah layar besar di ruangan kakak iparnya. Sedang sang empunya tengah duduk di kursi kebesarannya.Hans menelan ludah, jelas merasa tertekan oleh situasi ini. Semua pandangan mata tajam dan menuntut tertuju padanya, termasuk Samuel dan Max yang duduk dihadapannya.“S..saya udah bilang semuanya, Nya. Termasuk orang yang kerja sama Boss Nicho, kan?” suara Hans bergetar, mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia telah jujur.“Iya kita tau..” Ujar Aurora. “Tapi ‘dia’ yang disebut dalam pesan ini ditujukan ke siapa sebenarnya?” tanyanya dengan nada menuntut.Hans menelan ludah sekali lagi, matanya berkedip cepat saat dia berusaha menemukan kata-kata yang tepat. Terlihat jelas kala