Aveline tidak ingin membiarkan berbagai pikiran negative tentang Cassian terlalu lama di kepalanya. Baginya, Cassian melakukan itu pasti dengan alasan yang kuat. Aveline tidak ingin terjadi sesuatu pada Cassian, dan membantu Daniel serta Laura untuk berbicara pada Cassian adalah pilihan yang diambil oleh Aveline. Tapi sebelum itu, dia membutuhkan penjelasan dari Papa Vincent terkait tindakan Cassian.
Untuk itulah setelah bertemu Daniel dan Laura, Aveline tidak kembali ke kantor melainkan pergi ke rumah orang tuanya.
“Papa ada, Bi?” Tanya Aveline pada salah satu pekerja di rumah orang tuanya.
“Bapak ada di ruang kerjanya, Non.”
Aveline mengangguk dan melangkahkan kakinya menuju ruang kerja Papa Vincent yang ada bersebelahan dengan perpustakaan di lantai dua.
Tok tok
“Masuk!”
Cklek
“Papa sibuk, gak?” Tanya Aveline saat membuka pintu dan melihat Papa Vincent yang du
Aveline menatap hotel bintang 5 di hadapannya dengan ragu. Ibu Diana bilang kalau Cassian mendapat undangan pesta pernikahan sepupunya di pihak ayah. Pesta pernikahan itu diselenggarakan di salah satu Ballroom yang ada di hotel ini. Cassian kemungkinan menyewa salah satu kamar disini, mengingat jarak rumah mereka dengan hotel ini lumayan jauh. Tapi yang aneh adalah Cassian pulang lebih awal dari kantor. Entah apa yang dilakukannya selama Aveline mencarinya. Apa sebenarnya Cassian tau kalau Aveline mencarinya di kantor dan bersekutu dengan Randy untuk tidak menanyakan keberadaannya karena takut Aveline meminta ikut ke pesta keluarga besarnya ini? Ibu Diana meminta sebaiknya Aveline menyusul Cassian agar bisa mengenal keluarga mereka. Yang dimana Aveline sedikit paham maksud dari ibu mertuanya itu. Dia ingin menunjukkan bahwa Cassian berhasil mempersunting sang pewaris Rinaldi Corp. dan membuatnya tergila-gila pada Cassian. Aveline menghela napasnya pelan. Kalau bukan karena keingina
Orang-orang bilang, jangan percaya pada laki-laki yang tiba-tiba bersikap manis. Mereka melakukan itu karena tengah menyembunyikan sesuatu. Jadi itu sebabnya tadi pagi Cassian membuat Aveline melayang dengan panggilan sayang yang pertama kali diucapkan olehnya? Ingin menyenangka Aveline sebelum kembali pada Valen? Aveline mengepalkan kedua tangan di sisi tubuhnya. Dia menatap geram pada dua orang yang sejak tadi menjadi objeknya. Meskipun ingin segera menghampiri keduanya, dia tetap menahan diri. Biar saja Cassian merasakan tatapan marahnya dan menyadari dirinya disini. Seperti yang diharapkan Aveline, Cassian merasakan tatapan menusuk dari seseorang untuknya. Dia sudah mengedarkan pandangannya namun tidak bisa menemukan si pelaku. Akhirnya dia hanya bisa mengusap tengkuknya tak nyaman. Kemungkinan yang menatapnya itu adalah salah satu anggota keluarga yang membencinya. “Bang Ian..” Cassian menatap datar pada orang yang memanggilnya dan kini t
Aveline berjalan sendirian menyusuri jalan kecil di sebelah hotel. Ah sebenarnya bukan sendiri, melainkan berdua dengan pria yang dipanggil Cassian tadi, Max. Tentu saja Max berjalan jauh di belakangnya. Dia berjalan tak tentu arah sambil menangis. Hatinya sakit, Cassian tidak memilihnya. Padahal Aveline seharian mencarinya. Cassian sudah menegaskan siapa pemilik hatinya pada Aveline. Meskipun hubungan mereka baik-baik saja akhir-akhir ini, bukan berarti dia melupakan Valen. Bisa saja Cassian memperlakukannya dengan baik karena menghormatinya sebagai istri, dan secara tidak langsung berterimakasih telah dibantu dalam rencanannya. Aveline menghapus air matanya dengan kasar. Dia lelah jalan kaki sedari tadi. “Max?” Aveline berbalik dan memanggil bodyguardnya. Max dengan segera menghampiri Aveline. “Saya nyonya..” “Kamu bawa mobil kesini?” Tanya Aveline. Max mengangguk. “Nyonya mau pulang sekarang?” Aveline mengan
“Sir.. mobil Tiger tepat di persimpangan jalan sana.” Seru Wolf sembari memperlihatkan layar tabletnya pada Cassian. Cassian menatap layar dengan serius. “Bagaimana keadaan mereka?” Wolf menggeleng. “Tiger terluka parah dan nyonya menghilang.” Cassian mengepalkan tangannya hingga buku-buku jarinya memutih. Sialan si Nicholas itu. Cassian salah telah membiarkannya selama ini. "Beritahu Warrior untuk mengejar Nicholas. Jangan biarkan dia lolos. Cari mati dia berani menculik istriku.” Geram Cassian. “Baik, Sir.” Wolf mengangguk tegas. "Tangani Tiger dengan benar. Jangan biarkan dia mati. Lacak ponsel istriku dan cari tau dimana lokasinya." Wolf mengangguk lagi. Sementara Wolf bekerja pada tabletnya untuk memberikan instruksi kepada tim, Cassian menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri di tengah tekanan yang begitu besar. Cassian tidak bisa menahan rasa bersalah yang melilit dirinya. Coba saja dirinya tadi lebih perhatian pada istrinya dengan mengantarkannya pulang. Atau
“Ave!!” Seru Laura saat melihat Aveline ada di depan apartemennya larut malam begini. Dia merasa terkejut karena kabarnya Aveline tengah diculik. Lalu bagaimana bisa sahabatnya ini berdiri di depannya dengan wajah pucat? “Gue nginap disini, yah?” Ujar Aveline dengan lemah. Laura mengangguk dan membantu Aveline untuk masuk. “Lo sama siapa kesini?” Tanya Laura saat mereka sudah duduk di atas tempat tidur kamar tamu apartemen Laura. “Gue dianterin Nicho.” “What?” Laura tidak bisa menahan rasa terkejutnya. “Dia yang nyulik lo dan segampang itu balikin lo?” “Dia cuma mau ngobrol sama gue, Lau.” “Dasar psiko, pengen ngobrol sama lo pake acara penyerangan dan culik lo segala.” Geram Laura. Aveline tersenyum tipis. Dia enggan membahas tentang Nicholas saat ini. “Lau, gue pengen tanya sama sesuatu sama lo.” “Apa?” Aveline menarik napas untuk menenangkan dirinya. “Kecelakaan dua tahun lalu, apa benar gue yang bawa mobil waktu itu bukannya Rama?” Laura terkesiap mendengar pertanyaan itu
Aveline sangat lelah, tapi dia tidak bisa tidur. Pikirannya terlalu berisik.Banyak hal yang tengah dipikirkannya. Terutama tentang kemungkinan pembalasan dendam Cassian padanya.Entah kenapa ucapan Nicholas mempengaruhinya. Tapi Aveline tidak bisa mengambil kesimpulan begitu saja. Cassian sedikit demi sedikit menaruh perhatian padanya. Aveline harus mempertimbangkan itu juga. Oleh karenanya, dia butuh evaluasi. Misi terakhirnya.Bell apartemen Laura berbunyi, Aveline bisa mendengar dengan jelas. Suara langkah kaki Laura dan gerutuannya juga bisa di dengar oleh Aveline. Sang tamu dan Laura sempat berbincang sedikit, Aveline tidak tau apa yang mereka bicarakan.Tak lama kemudian, pintu kamar yang ditempatinya terbuka. Aveline tetap pada posisinya. Dia terlalu lelah hanya dengan membuka matanya untuk mengintip siapa yang masuk.Namun aroma musk yang sangat dikenalinya, membuatnya menebak siapa orang yang datang.Cassian,suaminya.
Cassian membuka pintu dengan kasar, sehingga mengagetkan dua orang yang ada di salah satu kamar rawat di klinik private milik Fortress. Setelahnya, dia menghempaskan tubuhnya ke sofa empuk yang ada disana.“Kusut amat muka lo? Bukannya istri lo udah balik, ya?” Celetuk Samuel yang sedari tadi sibuk bermain handphone disebelah Cassian. Dia bosan di kantor, jadinya menemani Max yang dirawat akibat luka yang tadi malam didapatkannya.Cassian tidak menjawab. Dia sibuk memijat pelipisnya yang berdenyut.Samuel menatap Max bertanya yang dijawab gedikan bahu tanda tak tau. “Baju lo juga gak ganti. Lo kenapa sih?”“Tiger..” Panggil Cassian mengacuhkan pertanyaan Samuel, membuatnya berdecak.“Yes, sir.” Ucap Max.“Kumpulkan bukti-bukti lebih untuk penjarakan Nicholas. Kalau perlu, buat bukti kecelakaan dua tahun lalu mengarah ke dia.” Ujar Cassian dengan sorot mata dingin.Ma
Mobil yang dikendarai Cassian melaju sangat kencang. Tadi setelah mendengar permintaan tolong Aveline, tanpa pikir panjang dia meraih kunci mobil yang entah milik siapa di atas coffee table. Dia khawatir setengah mati pada Aveline. Takut kejadian tadi malam kembali terulang, atau justru lebih parah.Samuel yang tadi spontan mengikuti Cassian dan masuk ke dalam mobil itu, segera mengangkat telfon yang berasal dari Max.“Ya, Max?”… “Oke..”Samuel menoleh pada Cassian yang wajahnya terlihat tegang. “Langsung ke rumah sakit, Cass. Istri lo dibawa Alberd kesana.” Alberd, salah satu warrior yang ditugaskan sementara untuk menggantikan Max.Kening Cassian mengerut dalam, dia merasa semakin khawatir saja dengan Aveline. “Dia kenapa?” Ucapnya dengan tangan memutar kemudi mobil ke arah rumah sakit.“Pendarahan..” Cicit Samuel sambil menunggu reaksi Cassian.Cassian bungkam, ta