Share

Sakit yang Terpendam

Di dalam kamarnya, tangis Della benar-benar meledak. Bukan sekedar penumpahan emosi, melainkan juga perasaan bersalah. Seumur-umur, tidak pernah dia membantah apalagi membentak orang tuanya. Ternyata rasanya lebih menyakitkan daripada rasa sakit itu sendiri.

Suara ketukan di pintu, dia abaikan. Pintunya memang tidak dia kunci, tapi jika itu bibinya, maka pintu itu tetap tidak akan dibuka tanpa izin darinya. Nyatanya, terdengar pintu didorong pelan, Della menutup wajahnya dengan bantal. Bayangkan betapa engapnya disaat dada terasa sesak menahan emosi yang menguras, juga hidung mampet karena menangis. Tapi, peduli apa dengan engap. Dia hanya tak mau memperlihatkan wajah sembabnya.

"Nduk ..."

Salah! Ini bibinya. Bibi nya tetap masuk meski belum dua izinkan.

"Maafkan bulek, karena masuk tanpa permisi."

Della tak menyahut. Menahan isaknya supaya tidak terlalu keras. Belain lembut terasa di lengannya.

"Bulek tahu, bagaimana perasaanmu."

Hembusan napas
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status