"Dubrarakkk!" Aryo membuka pintu kamarnya dengan kencang lalu berlari ke kamar mandi.Mendengar Aryo yang tengah sibuk di kamar mandi seperti sedang menyiram sesuatu yang pasti bukan mandi.'Aduh! Pasti panas banget tuh!' gumam Via pelan sambil menahan tawanya yang hampir lepas.Via tersenyum mengernyitkan bibirnya kala mengingat apa yang telah lakukan tadi sore.*Setelah membaca percakapan Aryo dan Salsha, Via membawa hati yang terasa panas keluar kamar. Di lihatnya Salsha sedang senyum-senyum sendiri duduk santai di sofa sambil menggoyang-goyangkan kakinya.Via sangat geram dengan tingkah Salsha yabg berlagak seperti bos dirumahnya, ia pun menghembus napas kasar lalu berjalan perlahan menghampiri Salsha, " Sha!"Seketika Salsha gelagapan. Dengan cepat ia berdiri, "I—iya Non."&nb
Tidak ada makanan dirumah, Via sengaja mengajak Aryo sarapan diluar, karena ia tahu kalau Salsha tidak bisa masak dan tidak punya uang.Setelah makan ia pun ikut Aryo ke kantor.Sudah hampir magrib, Aryo dan Via pun tiba dirumahnya. Setelah menghabiskan seharian waktu diluar."Kok sunyi, Mas?" tanya Via saat membuka pintu"Salsha!" teriak Aryo langsung masuk"Sha!""Mungkin Salsha sedang tidru mas, aku langsung cek ke kamarnya ya," lanjut Via. Lalu berjalan setelah Aryo mengangguk"Kemana perginya perempuan itu?" gumam Via setelah melihat kamar dan lemari yang Salsha tempati kosong."Apa mungkin dia pergi karena kelaparan atau takut ketahuan kalau nggak bisa masak?" tebak Via.Via pun keluar dari kamar itu dan&nb
Diperjalanan lagi-lagi Aryo merasa sangat bersalah karena telah membohongi Via lagi, sebenarnya ia mendapatkan telpon dari Salsha bukan dari kantor.Didalam telponnya Salsha mengabarkan kalau ia sakit di apartemen yang dulu ia tempati.Padahal Aryo sangat ingin tahu perkembangan janin dikandungnya istrinya, awalnya ia tidak suka dengan kehamilan istrinya, namun entah kenapa seiring berjalannya waktu tumbuh rasa kasih sayang yang sangat besar untuk calon anaknya itu.Tidak dapat dipungkiri, Aryo merasakan kalau sekarang ia menjadi takut jika harus kehilangan sosok wanita polosnya, wanita yang selalu menemaninya dalam suka maupun duka."Aku tidak mau kehilangan kamu, Via." gumamnya lalu menelan ludahnya dengan kasar."Aku harus melepaskan Salsha secepatnya. Jujur aku sudah tidak tahan dengan sikap ego-nya yang selalu ingin menang sendiri, s
Jam 1 dini hari Via belum juga memejamkan matanya, ia masih asyik dengan ponselnya berbalas chat denga Intan.[Tadi pas kamu ikutin mas Aryo, kamu nggak meninggalkan jejak kan?] tulis Via di pesan singkatnya untuk Intan[Ya enggaklah! Emangnya lo meragukan kemampuan gue?] Balas Intan langsung.[Bukan begitu, kan kali aja. Hehe, kamu emang sahabat yang bisa diandalkan.][Iya dong! Tapi lain kali lo nya jangan kasih tugas mendadak gitu. Baru hari pertama buka kedai pelangan juga lumayan. Eh, malah disuruh ngikutin Aryo. Untung aja Evan mau jagain kedai.][Soalnya aku juga dapat idenya mendadak Tan, maafin aku ya.][Eh, jangan baperan dong. Kan gue bercanda.] Balas Intan lagi[Nggak Tan, aku udah lama kenal kamu.][Hehe! Bumil tidur gih, jaga kesehatan deb
Sekarang Aryo benar-benar sibuk dengan Salsha, karena sejak hamil Salsha jadi banyak menuntut. Tapi semua itu justru membuat Via santai-santai saja, ia sengaja biarkan dulu Salsha menikmatinya sedikit lagi, sampai-sampai bukti-bukti dapat ia kumpulkan.Via juga bosan dirumah sendirian, ia pun memilih untuk menghabiskan waktunya di kedai bersama Intan.Semakin hari kedai semakin ramai, Evan juga sedang melakukan tugas khusus dari Via. Intan terpaksa mengambil 2 orang untuk bantu-bantu di kedai.Sedari tadi Via juga ikut turun tangan karena sudah merasa sedikit capek, Via istirahat diruangan khusus, sedangkan Intan masih melayani pembeli.Saat ia selesai mengantarkan minuman serta cemilan pesanan pelanggan, matanya tertuju pada sebuah mobil mewah yang berhenti di depan kedai mereka.Tak lama kemudian supir membukakan pintu mobil, keluarlah seorang pria berseragam rapi dengan jasnya dan terliha
Saat Via tengah bersantai di rumah, ponselnya berbunyi pertanda ada pesan masuk ke WhatsAppnya. Ia pun segera hentikan aktivitasnya yang sibuk dengan cemilan.[Via, gue udah menemukan semua bukti-bukti tentang Salsha dan aku juga sudah melakukan tugas sesuai rencana kita. Jadi kamu tinggal tunggu kabar selanjutnya.] Via tersenyum miring membaca pesan yang dikirimkan oleh Evan.[Oke Van. Makasih ya! Sekarang kamu ada dimana?] Balas Via.[Di kedai, lagi bersama Intan.] jawab Evan dengan cepat.[Eh, kalian jangan pacaran mulu ya, entar pelangan pada kabur!][Via kali ini gue Intan, kenapa lo? IRI BILANG BOS] balas Intan penuh dengan emoticon ngakak.[Huuu dasa*, Tapi ingat! Nggak ada bos yang iri sama anak buah] balas Via tak kalah seru.[Dahlah malas debat! Mungkin lagi Pe-eM-e
Keesokan harinya saat Via mebuka mata, ia merasa agak sesak karena sebuah tangan melingkar di perutnya. Dengan perlahan ia pun memindahkannya."Sejak kapan laki-laki ini pulang?" Pikir Via.Saat ia hendak turun dari ranjang, ia merasa ada yang mengganjal di pijakannya. Seketika ia menunjukkan kepalanya untuk melihat benda yang ada di bawah telapak kakinya dan ternyata itu adalah ponsel milik Aryo tergeletak begitu saja dilantai.'Ponsel mas Aryo kok disini? Wah, pasti sudah terjadi perang dingin ini.' batin Via sambil meraih ponsel itu lalu meletakkannya di atas nakas.Selesai mandi Via melihat Aryo masih terlelap, ia pun mencoba untuk membangunkannya "Mas, bangun." Via menggoyangkan tubuh suaminya."Emangnya nggak ke kantor hari ini?" tanyanya saat melihat Aryo membuka matanya."Enggak Yank,
Pukul setengah tujuh malam Via sudah terlihat rapi dan cantik untuk menyambut suaminya pulang, karena sejak tadi pagi Aryo pergi sama Andre hingga sudah jam segini belum juga pulang.Via juga sudah sangat banyak memasak, ia masak rujak ikan, sayur, dan rendang. Tak lupa juga ia bikin jus alpukat. Semua yang telah ia hidangkan di atas meja makan adalah makanan kesukaan Aryo.Sambil menunggu ia pun bermain ponselnya, melihat Intan sedang online, ia pun segera mengirimkan pesan kepada Intan memberitahu kalau rencana berjalan dengan mulus semulus jalan tol.[Selamat ya! Semuanya berjalan seperti yang kau inginkan. Terus gimana kedepannya tentang perasaanmu?] Balas Intan[Maksudnya gimana Tan?][Ya perasaanmu terhadap suamimu][Bohong kalau aku bilang tidak ada cinta lagi untuk mas Aryo, Tan. Tapi kebencian dan kekecewaan lebih meno