Kiana berdiri ditempat semua kunci mobil atau motor terletak. Ia tidak tahu, mobil mana yang harus ia pakai. Mungkin lebih tepatnya, Kiana bingung dengan kunci mana yang seharusnya ia ambil.
‘Besok aku bakalan jual semua harta Ayah. Bikin aku pusing saja. Padahal satu orang cukup punya satu. Tidak perlu menumpuk,’ batin Kiana sembari mengambil dengan asal kunci mobil itu.
Kiana keluar dari mansion. Ia tidak memperdulikan berapa banyak para pelayan bertanya tentang kondisinya. Kiana benar-benar menutup telinganya rapat-rapat.
“Hanya darah sedikit saja sudah pada khawatir,” gumam Kiana.
Kiana akhirnya menemukan mobil yang akan ia pakai setelah berkali-kali menekan tombol
Di dalam satu ruangan khusus yang memiliki tujuh kursi dalam satu meja, ada sebuah perkumpulan. Satu kursi yang selalu kosong menjadi misteri bagi mereka yang selalu hadir selama ini. Mereka adalah pemimpin dari anak perusahaan HG Group. Semua pemimpin berkumpul bersama Tuan muda yang tidak mereka ketahui siapa dia sebenarnya. Namun, status yang Tuan muda miliki di atas kepala mereka. Ia sebagai pemegang mutlak dalam bisnis tersebut. “Aku berharap, tidak ada pasar gelap dalam bisnisku!” ujar Tuan muda. “Bagaimana mungkin bisa ada? Tentu saja semua berjalan dengan prosedur yang Anda inginkan, Tuan!” ucap Lukas. “Kalaupun Ada, asal tidak membuat reputasi Anda buruk, bukankah tidak masalah?” sahut Jordan. “Kau memang selalu bisa membuat orang terkejut, Jordan,” ujar T
Kiana kembali ke mansion. Semua pelayan yang melihatnya langsung terpekik."Nona! Luka Nona!""Tolong, panggilkan semua penjaga yang bertugas malam ini. Katakan kalau aku menunggu mereka di tempat latihan," ujar Kiana tanpa tersenyum sedikitpun kepada pelayan yang mengkhawatirkannya. Kiana menunggu mereka semua ditempat pelatihan. Ia tidak bisa membiarkan hal itu terjadi. Mansion yang ia tinggali, seharusnya tidak mudah dimasuki oleh penyusup. Selain alarm bahaya ditempat tertentu, ada penjaga yang selalu ada disetiap sudut. Jika keluar, mungkin akan lebih mudah dibandingkan masuk. Kiana akan lebih menegaskan lagi kepada mereka yang digaji tinggi."Apa semuanya sudah berkumpul?" tanya Kiana."Kami semua sudah berkumpul tanpa terkecuali, Nona!""Lambat!" ucap Kiana. "Kherry, apa kau tahu kenapa aku memanggilmu dan semua anggotamu?" tanya Kiana."T
Kiana memiliki kesehatan yang buruk. Banyak jadwal yang tidak bisa ia tunda, apalagi ia serahkan ke orang lain. Selain sekolah dan mengurus organisasi, Kiana masih memiliki urusan dengan perusahaan. Kiana merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Napasnya terasa sesak dan panas. Wajahnya memerah karena ia demam."Ibu…" gumam Kiana. Kiana tampak sehat. Namun, setelah ia masuk ke dalam kamarnya, tubuhnya langsung tidak dapat digerakkan.Krek… Samar-samar, ada seseorang yang membuka pintu kamar Kiana. Mata Kiana enggan untuk terbuka."Ya… Nyaman…" Entah tangan siapa yang menyentuh kening Kiana. Terasa nyaman dan mengurangi sakitnya."Kiana, istirahatlah!" Suara siapa itu? Pikir Kiana. Sayangnya, Kiana sudah lebih dulu masuk ke dalam mimpi."Zeki!" 
Pagi mulai menyapa. Kiana membuka matanya. Ia memegang keningnya yang terdapat kain menempel namun sudah kering. Kiana tidak terbiasa ada orang lain ketika ia baru saja bangun dari tidurnya. Namun, ia segera menoleh saat merasa ada seseorang disamping."Kak Zeki!" gumam Kiana. Zeki tertidur sembari melipat kedua tangannya. Ia tidur sambil duduk di atas kursi. Wajahnya terlihat begitu lelah."Kiana, kau sudah bangun?""Iy--iya..." jawab Kiana. "Kak, siapa yang...""Bukan aku!" Zeki kangsung memotong pembicaraan. "Aku meminta Bibi Jean untuk menggantikan bajumu. Semalam kau demam tinggi karena infeksi pada luka. Jadi aku meminta Bibi Jean untuk memeriksamu," jelas Zeki sebelum Kiana memiliki pikiran yang buruk
Prahara mulai berlalu. Hari-hari baru sudah terencana rapi dengan segala persiapan. Namun, lagi-lagi ketenangan itu mulai terusik."Siapa yang dengan lancang memakai nama Meysha untuk mengundang kita?" gertak Rai sembari meremas undangan yang ia sudah terima."Apa kita akan datang?" tanya Zaila cemas. Otot-otot Rai sampai terlihat. Ia mengepalkan tangannya seolah-olah musuh ada di depan matanya."Tentu saja kita harus datang. Bagaimana mungkin aku membiarkan bajingan itu menggunakan nama Adik kita!" gertak Rai."Kurangi emosimu. Kita tidak tahu siapa yang akan kita hadapi nanti," ujar Zaila."Pasti! Aku akan meratakan mereka semua!" Siapa yang tidak marah dan rasany ingin membunuh saat itu juga, ketika pelaku pembunuhan Meysha belum ditemukan tapi sudah ada orang lain yang menggunakan namanya?"Benar dugaan kita. Pembunuh Meysha pasti salah satu dari pemimpi
Di dalam gedung tua, sekelompok orang sudah berada di sana menanti kedatangan para tamu. Ruangan tersebut sangat terang, kecuali diujung atas tangga yang terdapat satu pria duduk santai dengan dua bodyguard dibelakangnya."Kita lihat saja. Siapa yang akan datang pertama kali," ucap Jordan.Brak! Tentu saja, orang yang datang pertama kali adalah Rai dan Zaila. Ia datang langsung merusak pinta dalam satu kali tendangannya. Ia membawa undangan tersebut dengan cengkraman tangannya yang menggenggam erat."Siapa bajingan yang berani menggunakan nama Meysha!" teriak Rai."Rai, jaga emosimu!" bisik Zaila. Seorang pria dengan wajah misteriusnya, menatap Rai sembari menyumbingkan bibirnya. Pria itu duduk santai dengan bibirnya yang mengepulkan asap."Hanya sebuah nama, apa artinya?" ujarnya."Lukas, hentikan!" pinta Jordan.Grep! &
Kondisi Orchia tidak sebaik yang Kiana pikirkan. Orchia kembali kritis dan harus mendapatkan perawatan lebih baik. Kiana cemas setelah ia mendapatkan kabar dari Gracia. Kiana langsung bergegas datang karena suara Gracia terdengar sangat marah ditelinganya. Orchia berbaring diruangan dengan segala alat yang menempel ditubuhnya. Sadisnya, lengan kirinya patah dan bisa dipastikan ia tidak bisa menggunakan tangan kirinya dalam jangka waktu yang tidak bisa ditentukan.Drap ... Drap ... Drap ... Zeki tidak memenuhi undangan hitam yang mengatasnamakan Meysha. Ia juga bergegas setelah mendapatkan kabar yang sama dengan Kiana.Brak!“Akh!” pekik Kiana. Kiana meminta Osca
Penawaran gila yang baru saja Jordan lontarkan. Di mana orang yang ingin menghancurkan HG Group, diminta untuk berada dipihaknya. Bukan hanya gila, tapi hal itu terdengar lucu dan tidak masuk akal."Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi. Aku tidak akan sudi bergabung dengan iblis seperti kalian!" ujar Rai. "Aku hanya perlu membuatmu turun dari tempatmu itu!" imbuhnya dengan suara yang terdengar lantang."Baiklah! Anda jelas menolak, Tuan muda Rai. Lalu, bagaimana dengan perwakilan keluarga Muchen, Kaleid, ah! Ternyata Keluarga Kinoy yang tidak datang?" ujar Jordan."Bukankah pertanyaanmu itu sangat gila? Kau bahkan sudah mendapatkan jawabannya sebelum keluar dari mulutku sendiri!" kata Arta."Siapa yang sudi bekerjasama dengan kalian? Bajingan!" balas Leon."Selain otak kalian yang kotor, mulut kalian juga bermasalah rupanya!" ujar Eren. Mereka semua kompak membalikkan tubuhnya untuk segera pergi. Berdebat, menolak pena