Delice sedang mengurus segala hal di New York. Selain lelah, ia juga benci terhadap sikap yang seseorang yang hanya terpaku dalam satu penilaian. Hingga Delice tidak mampu lagi menahan emosinya.
Sam terkulai tidak berdaya. Ia akhirnya merestui hubungan antara Zeki dan Kiana. Akan tetapi, sepertinya restu itu datang terlambat karena saat ini, Zeki membawa Zea bersamanya untuk melindunginya dari dua orng asing yang ingin menusuknya.
"Zeki, apa yang sedang kau lakukan?" tanya Gerald.
"Maaf, Paman. Zea terlibat karena menolongku."
"Oh, dia wanita yang kau ceritakan itu?" tanya Gerald.
Zeki mengangguk. Terlihat kekhawatiran dari wajah Zea. Ia takut kehadirannya tidak diterima. Sedangkan rumah yang ia gunakan untuk bersembunyi dari dunia, sudah diketahui oleh orang yang sangat berbahaya.
"Namamu, Zea?" tanya Gerald. Ia mengulurkan tangannya. "Selamat bergabung. Semoga kau nyaman t
Dua puluh enam tahun yang lalu, Loid dan Sien memiliki sebuah cerita yang menarik, keji, dan terlewat sadis. Hubungan Loid dengan Delice yang begitu kental seperti darah, membuatnya murka ketika Sien menganggap semua anggota Naga Hitam bodoh. Sien membuat acara palsu yang melibatkan beberapa rekan bisnis. Acara yang didanai oleh Hamid Gul. Meski itu adalah kisah masa lalu yang sudah teramat lampau, tapi mereka berdua masih menyimpan dendam yang sama. Berkat tipuan yang dibuat oleh Sien begitu rapi karena Sien merupakan salah satu orang yang memegang anak perusahaan milik Delice di Jepang, Sien bisa membuat Delice kehilangan satu ginjalnya. Saat itu, Loid yang teramat marah, membunuh semua keluarga Sien tanpa terkecuali termasuk keturunan dan istrinya. Akan tetapi, Loid menyisakan nyawa Sien karena ia ingin membuat Sien hidup dalam amarah
Buagh! Entahlah. Arta yang santai langsung menyilangkan kedua tangannya. Ia terpukul mundur setelah mendapatkan satu tinju dari dua tangan yang tiba-tiba menyerangnya tanpa persiapan."Kau!" hardik Arta."Kenapa? Orangtua itu jelas kalah, jadi tugasku untuk menyeret kalian, akan aku lakukan sekarang.""Menyeret katamu? Sepertinya aku terlihat kurang tampan," ujar Arta."Apa hubungannya dengan tampan, sialan?""Ada. Ingin tahu? Biar aku perlihatkan."Buagh!Buagh!Buagh! Arta menyerang mereka. Akan tetapi, ia bergerak sangat lamban seperti orang yang tidak terlatih. Bahkan pukulannya sama sekali tidak terasa sakit. Dalam situasi yang membuatnya terjebak dalam lingkaran lawan yang kuat, Arta masih membuat candaan yang membuat hatinya puas sebelum menggila."Kenapa pukulanmu mengecewakan sekali? Aku kira set
"Kalian kembalilah ke markas," pinta Naura."Tapi, Nyonya…" kata Vanya tanpa melanjutkan kalimatnya."Kita memang harus bertemu langsung dengan Dexel. Tapi, sepertinya sistem mereka sedang kacau. Itu sebabnya aku meminta kalian untuk kembali. Perburuan kita sudah selesai," jelas Naura. Perburuan sudah selesai, akan tetapi Naura tidak mendapatkan apapun. Bahkan Ben bisa kabur dari kejarannya."Kalau sistem mereka sedang kacau, tentu saja tidak akan seru kalau mereka menyambut kita dengan panik. Aku sudah mengirimkan signal pada kelompok lain," ujar Naura lagi."Baik, Nyonya. Mari kita kembali," ujar Jenny."Hanya kalian. Urusanku masih belum selesai," jawab Naura."Saya tidak akan membiarkan Nyonya seorang diri," kata Vanya."Bibi, setidaknya biarkan aku yang menemani Bibi," sahut Eren."Kalian tidak perlu khawatir. Aku hanya akan menarik paksa hasil buruanku yang tidak patuh." &n
Naura membawa Ben ke markas utama. Begitu juga dengan kelompok Loid yang membawa buruannya. Di sana sudah ada Rai yang duduk sendiri tanpa membawa kelompok manapun. Rai bahkan tidak membawa buruannya kecuali ponsel yang terus ia genggam. Sedangkan hasil buruan milik Zeki, dibawa oleh Gerald."Bibi, tangan Bibi." Eren membalut tangan Naura yang memar menggunakn pita yang melekat dirambutnya."Tidak apa-apa. Luka seperti ini wajar didapatkan," ujar Naura. Semuanya berjaga. Kecuali Naura dan Eren yang kembali ke mansion. Mansion yang digunakan mereka untuk singgah ketika ada pekerjaan yang mengharuskan untuk datang ke Jepang. Awalnya, semua terlihat baik-baik saja. Pelayan yang menyambut kedatangan Naura dan semua anggota yang sedang mengerjakan tugasnya. Akan tetapi, ada sesuatu yang membuat Naura terkejut."Eren, apa kau mengenalnya?" tanya Naura.
Malam yang telah ditentukan sesuai jadwal rencana, akhirnya tiba. Tidak banyak yang datang. Hanya anggota inti tanpa bodyguard. Loid bersama Arta, Vanya dengan Jenny, Naura dan Eren, Zeki juga Gerald, lalu Rai seorang diri. Meski mereka datang ditempat yang sudah ditentukan dengan membawa tawanan yang mereka dapatkan, keadaan mereka seperti tercekik. Mereka tidak bertemu di dalam ruangan. Melainkan di lapangan tempat pelatihan khusus milik anak perusahaan ketiga HG Group. Satu hal yang Zeki pahami. Pasar gelap anak perusahaan HG Group yang ketiga adalah senjata ilegal karena ditempat itu banyak darah yang sudah mengering, juga lapangan tembak."Biasanya Ayah bertarung dengan Ken. Sekarang denganmu. Arta, apa kau bisa Ayah andalkan?" ujar Loid."Ayah tenang saja. Aku tidak pecundang seperti itu. Tapi…" Arta melirik kanan dan kiri. "Aku bergidik ngeri dengan orang
[Kau tidak sedang mencoba untuk menusukku, bukan?] Suara dari telpon yang tersambung, membuat pendengarnya menyeringai. Ia menanggapi pertanyaan yang sudah menjurus pada hilangnya kepercayaan terhadap hubungan penting antara mereka.“Tuan, bagaimana mungkin saya bisa mengkhianati Anda? Bukankah Anda terus mengawasi saya?”[Jordan, jangan sesekali mencoba untuk menjadi pengkhianat. Kau tahu apa akibatnya kalau sampai kau melakukan itu, bukan?]“Hahaha...” Jordan terkekeh. “Tuan, memangnya apa yang bisa saya lakukan dalam keadaan seperti sekarang?” balas Jordan.[Baguslah!]“Saya sedang sibuk sekarang. Saya akan menemui Anda nanti,” ujar Jordan Jordan memutus telpon yang tersambung sembari menatap pria yang sud
"Kau ingin aku hancurkan menggunakan tanganku yang mana? Pilih saja!"Ucapan pilihan atau ancaman yang terlontar dari mulut Rai, tidak bisa mengubah keadaan. Di mana Tuan Dexel sangat santai menanggapinya."Aku memberi kalian kesempatan untuk lari. Kalau kalian tidak pergi, aku akan menganggap ini sebagai peperangan," ujar Tuan Dexel."Kalau kami semua adalah pengecut, tentu saja kami tidak akan pernah datang," ujar Naura. "Atau mungkin, Anda takut kalau bisa dikalahkan?" sambungnya."Kau sungguh ingin melawanku saat keadaan putrimu sedang terancam?" sahut Tuan Dexel.Hahaha… Suara tawa renyah terdengar. Ben dan Sien tertawa tanpa merasakan sakit. Seakan-akan mereka kalah karena memang mengalah untuk memancing kelompok Naura untuk datang."Kau menggunakan putriku? Apa kau tidak akan menyesal?" Suara Naura terdengar begitu menggelegar sebagai perwakilan."Apa hanya ini yang bisa kau lakukan? Menggunakan anak ya
Pembicaraan yang tidak ada titik temu, tentu saja akan berakhir sia-sia. Mereka yang dihadapi adalah Yakuza bersenjata. Untuk menghindari luka fatal, harus memiliki tubuh lentur dan lihai. Naura fokus pada Tuan Dexel, sedangkan Serchan menghalangi Yakuza yang ingin mencegah Naura. Loid dan Arta bekerjasama untuk membantu Naura."Kau pikir hanya aku yang memiliki seorang putri?" ujar Naura. "Dan hanya kau yang memiliki rencana?" sambungnya. Naura berhadapan dengan Tuan Dexel. Mereka beradu pandangan mata. Beradu kecerdasan dan juga licinnya sebuah rencana."Putriku memang tidak sejalan denganku. Kalau kau membuatnya berpihak padamu, aku sama sekali tidak terkejut," jawab Tuan Dexel."Kalau aku membuatnya berpihak pada musuhmu dan itu bukan aku, bagaimana?" kata Naura sembari menyeringai. Suara pukulan dan juga suara diri