Rasanya sungguh sulit untuk mempercayai segala yang telah terjadi disini. Kenyataan kalau aku bukan sedang disekap oleh paman, namun sepertinya aku ada di dunia atau jaman lain membuat ku heran sendiri. Terlebih lagi keadaan serta orang-orang di tempat ini benar-benar aneh. Mereka semua bersikeras kalau aku kehilangan ingatan ku dan aku merasa tempat ini aneh karena aku telah tak sadarkan diri dalam waktu yang lama.
Maksud ku, aku memang sepakat kalau tempat ini jauh berbeda dari Korea Maupun Amerika tempat tinggal ku dulu, sangat jauh malahan. Tapi kenapa aku bisa terlempar kesini? tak ada yang bisa menjawab pertanyaan ku itu, mereka juga tidak tau apa itu Korea atau Amerika. Yang tak kalah aneh adalah aku bisa memahami dan berbicara dalam bahasa mereka!
Aku yakin bahasa ini bukan bahasa Korea atau pun bahasa Inggris. Aku baru pertama kali mendengarnya tapi sudah menguasainya. Satu-satunya hal yang masuk akal sekarang adalah, k
Sehabis pulang dari pesta itu, kami kemudian pulang dengan kereta yang terpisah. Ini merupakan suatu kebiasaan dalam kerajaan Graftan, untuk menghindari kecelakaan yang bisa terjadi sehingga seluruh anggota keluarga tidak boleh berada dalam kereta yang sama. Sepanjang perjalanan pikiran ku terus dipenuhi dengan kejanggalan-kejanggalan. Terutama mengenai kecelakaan yang membuat tubuh ini tidak sadarkan diri. Maksud ku, jelas saat itu tubuh ini telah berusia dua belas tahun. Kenapa tubuh ini bisa tidak sadar kalau danau itu cukup dalam untuk membuatnya tidak tenggelam? bukan hanya itu, ibu yang segera masuk danau untuk menolong ku juga aneh. Bukan kah keluarga bangsawan tidak akan mau melakukan hal itu? walau kemungkinannya ada tapi tetap saja aku merasa aneh, apalagi saat itu kastil yang berada di belakang danau itu sedang dibangunkan? tidak mungkin tidak ada pekerja yang melihat ku tenggelam kalau begitu. Fisik ku yang jauh berb
Secara refleks mata ku tertuju pada akuarium yang ada di depan ku saat ini. Bagai gerakan spontan aku perlahan mendekat pada akuarium itu sembari menatap pantulan wajah ku di dalamnya.mata biru dengan darah dari keluarga Ophelium. Fakta yang tidak dapat kubantah sama sekali. Apa yang dimaksud dalam kutukan itu memang tubuh ini? Tapi seharusnya bukan aku yang dimaksudkan dalam kutukan itu. Aku bukan berasal dari dunia ini, kutukan itu juga tidak secara spesifik menyebutkan hal lain yang berkenaan. Jika kutukan itu ditafsirkan secara sempit makanyawa ku berada dalam bahaya! Tempat ini seperti peradaban jaman dulu, sehingga hal mistis pasti akan sangat dipercaya, terlebih yang membuat kutukan adalah seorang pendeta agung yang dilipur kesedihan mendalam setelah ditipu oleh raja terdahulu. Bahkan hingga saat terakhirnya ia masi diselimuti oleh kemarahan dan dendam. Ak
Malam ku dipenuhi dengan berbagai tanda tanya dan kecemasan. Aku cemas dengan keamanan ku disini. Jika aku mati disini aku juga tidak tau selanjutnya aku akan kembali berenkarnasi atau malah hidup menjadi Kim Taevin lagi. Sepanjang malam aku terjaga karena sibuk dalam pikiran ku sendiri. Esoknya aku dijemput oleh kepala pelayan untuk makan bersama keluarga ku di rumah utama. Kepala pelayan juga berpesan mereka akan mulai memindahkan barang-barang ku ke kamar ku semula di rumah utama. Mau tidak mau aku menurut pada kepala pelayan, aku juga tidak mau berbicara lama dengannya karena kepala ku terasa sakit efek terjaga semalaman. Ketika sampai di ruang makan, seperti biasa aku akan disambut dengan sejuta pertanyaan dari ibu, terlebih mata ku yang terlihat bengkak ini pasti memberikannya celah untuk mengajukan banyak pertanyaan. Dulu aku merasa sedikit senang dengan sikap ibu yang terlihat mirip dengan tante Nam, yang selalu khawatir
Setelah Nyonya Serevia pergi dari kediaman Ophelium, ibu kembali mencoba mendekati ku. Dia bertanya apa Nyonya Serevia mengatakan sesuatu dan apakah Nyonya Serevia menyiksa ku seperti saat aku masi kecil. Aku lalu menjawab bahwa kami hanya belajar biasa saja. Aku juga balik bertanya apa Nyonya Serevia pernah menyiksa ku saat aku kecil pada ibu. Ibu lalu menundukkan kepalanya. Dia bercerita saat kecil aku sangat takut pada Nyonya Serevia yang selalu menyudutkan ku. Ibu juga bilang Nyonya Serevia sering mengejek mata biru ku. Ibu bercerita dengan muka yang sangat meyakinkan, tapi aku tidak bisa percaya padanya. Fakta bahwa aku bukan anaknya yang ditutupinya hingga saat ini membuat ku muak. Dia lalu bercerita ia sengaja meminta Nyonya Serevia untuk tidak mengajar ku lagi ketika aku berumur tujuh tahun karena memergoki ku tengah menangis akibat dimarahi oleh Nyonya Serevia. Aku menangis saya umur tujuh tahun?
Keseharian ku disni mulai berubah sajak saat itu. Aku lebih berfokus untuk mencari tau kebenaran-kebenaran. Aku juga sering bermimpi tentang masa kecil ku disini, dari mimpi itu tidak banyak hal yang menarik perhatian ku. Salah satu hal menarik hanya ketika aku, ibu ku dan ayah ku beserta Nyonya Sereviera dan suaminya sedang meminum teh bersama dikediaman Frattan. Wajah kami terlihat sangat bahagia saat itu. Selain itu pendidikan untuk calon penerus yang seharusnya sudah lama aku terima namun ditangguhkan karena permintaan ibu akhirnya dipercepat atas keputusan tuan Duke. Diwaktu senggang aku akan pergi ke ruang baca untuk mencaritau sejarah keluarga ku dan juga kerajaan secara lebih mendetail. Tapi aku tidak menemukan banyak hal yang bisa menjawab kecurigaan ku. Aku mulai berfikir untuk mencari tau tentang kuil suci Charlemagnel serta kutukan dari pendeta Charlemagnel XI, ntah bagaimana aku merasa alasan ku ada ditempat ini ada hubungannya den
Perkataan tabib tadi jelas mengusik pikiran ku. Budak, budak katanya! di kerajaan ini ada budak dan sistem perbudakan? padahal aku jelas membaca peraturan kerajaan yang menentang perbudakan! kenapa Sammy dan Emily dikatakan anak budak? apa mereka berasal dari kerajaan lain sehingga dicap budak disini? aku tau orang yang hidup disini bersikap terlalu berlebihan dengan sistem kasta mereka, tapi aku heran kenapa kasta budak bisa ada? Sibuk bermonolog dalam pikiran ku, aku tidak sadar kalau kami sudah sampai di rumah mereka. Dari pada menyebutnya rumah, menurut ku tempat ini lebih terlihat seperti sepetak kamar! Aku syok melihat tempat yang mereka bilang rumah sekecil ini. Ukuran rumah mereka sepertinya seukuran dengan kamar pelayan dengan pangkat terendah. Tidak hanya itu, ventilasinya juga tidak ada. Satu-satunya tempat keluar masuk udara hanya pintu masuk dan sebuah jendela kecil. Sebelum kami masuk ke dalam rumah mereka, ada seora
Dalam perjalanan menuju kediaman Nyonya Serevia, aku terus merasa gugup dan tidak tenang. Apakah itu benar? apakah raja memnag tau kalau rakyatnya terancam dijual menjadi budak ke kerajaan lain tapi tidak melakukan apa pun? Di gerbang kediaman Nyonya Serevia kereta kuda ku ditahan karena kami datang tiba-tiba tanpa membuat janji. Bagaimana pun Nyonya Serevia adalah mantan seorang duchess, tentu saja penjagaan di kediamannya ketat, bagaimana aku bisa lupa? Aku lalu meminta penjaga tersebut untuk bertanya pada Nyonya Serevia apakah Huxley Ophelium dapat bertemu dengannya. Penjaga itu melotot mendengar nama ku. Ia lalu melihat ku dengan tatapan curiga. Seorang pemuda dengan pakaian rakyat biasa ditambah kereta kuda sederhana tanpa pengawal mengaku sebagai putra seorang duke, jelas saja pengawal itu sulit percaya. Aku lalu menunjukkan lambang keluarga Duke Ophelium yang sengaja ku bawa. Di tempat ini Lambang keluarga berfungsi layaknya tanda pengenal. Se
Malam itu aku merasa resah dan tidak bisa tidur. Kenapa tadi aku memprovokasi tuan duke seperti itu? Ah sial bagaimana kalau dia berencana membunuh ku? ayah dan ibu ku saja yang sangat berkuasa pada saat itu bisa berakhir di tangan nya! sedangkan aku hanya anak yang tidak punya apa pun tapi dengan berani menyulut api tepat di mukanya. Ah kepala ku benar-benar terasa akan meledak! Aku memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar keluar sembari mencari udara segar. Walau aku berencana berjalan menuju taman, kaki ku tetap saja melangkah ke danau yang dulu hampir merenggut nyawa ku. Dari kejauhan aku dapat melihat seseorang yang tengah menatap pantulan bulan di danau itu. Itu adalah tuan duke! Saat ini aku tidak dalam keadaan baik untuk memulai pembicaraan dengannya. Aku harus lari dari tempat ini. Perlahan-lahan aku berjalan menjauh dari danau itu. Tapi sialnya kaki ku tidak sengaja menginjak ranting dan menghasilkan bunti kecil, tapi ti