Setelah lebih dari setengah jam memeriksa lokasi dan juga para pekerja serta Keanu, akhirnya polisi itu pun menyimpulkan kalau laporan yang mereka terima adalah laporan palsu. "Maafkan atas tindakan kami, kami akan mengusut masalah laporan palsu ini," ucap salah satu polisi sambil menatap Keanu dengan tegas."Ya, tidak masalah. Tapi lain kali tolong, jika ada laporan semacam ini, tolong selidiki lebih dulu," ucap Keanu dengan tenang."Baik Tuan, sekali lagi mohon maaf." Pada akhirnya polisi pun meninggalkan tempat tersebut, sedangkan para pekerja yang ada di belakang Keanu langsung kembali mengangkat alat kerja mereka.Keanu pun akhirnya melangkah dan menepuk pundak salah satu pekerja. "I-i-iya Pak," sahut orang yang ditepuk pundaknya dengan gugup."Katakan pada semua orang agar istirahat bekerja lebih awal," ucap Keanu yang kemudian kembali melangkah."Baik Pak," sahut orang tersebut dengan semangat pada akhirnya. Keanu terus melangkah, hingga tak lama kemudian te
"Benar," jawabnya tegas."Dari mana kamui mendapat bahan makanan ini?" tanya Keanu."Bahan makanan ini di kirim dari perusahaan.""Bumbu penyedap dan sejenisnya?""Sebagian dari perusahaan, sebagian lagi ada yang akan membelinya di distrik terdekat dari sini," jawab Kepala Dapur dengan tegas."Siapa orang yang bertugas membeli benda itu?" tanya Keanu dengan tenang.Kepala Pelayan tersebut mengerutkan dahinya. "Orangnya sudah kembali sebelum kalian datang ke sini," jawabnya."Buang semua benda yang dibelinya," perintah Keanu dengan tenang."Apa maksud kamu? Kamu—"Leon pun menyela, "Tenang saja, apa kamu tidak tahu siapa dia?"Kepala Dapur pun terlihat bingung mendengar kalimat Leon. Sesaat kemudian, ia dan beberapa orang di belakangnya pun kembali menatap ke arah Keanu."Hah, aku puas," ucap Leon yang langsung menarik perhatian Kepala Dapur dan anak buahnya. "Akhirnya ada yang tidak mengenalmu," ejeknya.Mereka pun kembali menatap Keanu dengan cepat."Dia Keanu Alexander Howgins," ter
'Nomer Leon?' batin Eve sembari mengerutkan dahinya menatap ke arah layar ponselnya. Kemudian ia pun dengan cepat membuka isi pesan tersebut.*Tolong jangan beri tahu Yualit dan bisakah kita bertemu di cafe x sekarang? Aku menunggumu di sini* isi pesan tersebut."Apa ada yang salah Ve?"Pertanyaan istri Leon tersebut langsung membuat Eve tersadar. "Ah tidak, tapi ada sedikit masalah di perusahaan saat ini," jawab Eve dengan sebuah senyum canggung yang ia tempelkan di wajahnya."Kalau kamu memang sibuk kamu bisa pergi, aku tidak apa-apa," ujar Yualit sambil mengambil selembar tisu lagi."Ah iya, nanti aku akan kembali lagi," ucap Eve sambil memasukkan ponselnya ke dalam tas miliknya. "Apa kamu perlu sesuatu?""Tidak. Ada pembantu di rumah, kamu tenang saja," jawab Yualit."Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu, jaga dirimu baik-baik," ucap Eve sebelum bergerak meninggalkan rumah itu. Sepuluh menit berlalu, kini Eve sudah sampai di halaman cafe yang dimaksud oleh Leon. Sopir pri
"Nyonya," ucap Sopir sambil menatap ke arah Gabriel yang saat ini masih menatap ke arah Eve.Eve yang saat ini berada di dekat pintu mobil pun menatap Gabriel dari pantulan kaca di depannya. "Biarkan saja, dia mengundangku ke pesta pernikahannya, Keanu tidak akan marah karena hal ini," ucap Eve sambil mengangkat undangan yang ada di tangannya.Kemudian Sopir itu pun membukakan pintu mobil yang ada di depan Eve. "Silahkan Nyonya," ucap Sopir tersebut dengan sopan.Eve pun masuk ke dalam mobil tersebut dan menyenderkan tubuhnya di jok mobil dengan wajah yang menghadap ke arah luar. "Huff ...," desah Eve merakan ada sesuatu yang berat di hatinya.Masih teringat di dalam pikirannya ketika terakhir kali ia bertemu dengan Gabriel adalah ketika Keanu memecatnya di perusahaan. Eve tahu persis apa yang membuat Keanu bertingkah seperti itu, semua itu karena rasa cemburu Keanu. Namun, Eve tak bisa meghentikan hal itu karena Gabriel sendiri terus mengejarnya.Hingga ia mendengar gosip kalau Gabri
'Apa ada sesuatu di antara mereka,' batin Eve sembari menundukkan wajahnya, berpura-pura tak melihat apa yang baru saja terjadi."Pergi. Suruh pelayan membersihkan ini dan bawa teh yang baru untukku," perintah Tuan Alex dengan nada dingin dan sorot matanya yang tajam.Selena pun mengangguk dan dengan cepat berbalik meninggalkan tempat itu. Sedangkan Eve saat ini terus berpura-pura memperhatikan pionnya sambil sesekali melirik, memperhatikan interaksi antara Tuan Alex dan Selena yang memiliki usia terpaut jauh.'Kenapa aku jadi penasaran? Akh, lebih baik aku fokus pada hal yang lebih penting,' pikirnya yang mencoba menepis pikiran-pikiran tak penting yang mencoba masuk ke dalam otaknya."Aku dengar Keanu sudah kembali?" Tuan Alex bertanya sambil menjalankan pion caturnya."Iya, Pa, dia sudah kembali." Eve mejawab tanpa mendongakkan wajahnya."Bagaimana kabarnya?""Kami belum bertemu, mungkin nanti," jawab Eve sembari mengangkat kudanya dan memakan salah satu pion milik ayah mertuanya.
Lima belas menit berlalu, kini Eve bersama sopirnya masuk ke dalam sebuah restoran ternama. Eve menatap ke segala arah, mencari orang uang yang mengundangnya datang ke sana."Nyonya, apa lebih baik saya yang mencarinya terlebih dulu. Jika nanti sudah dite—""Tidak perlu," potong Eve. "Kita langsung mencarinya bersama saja, mereka pasti akan langsung menyuruh orang menemui kita saat melihat kita sudah sampai di restoran ini," lanjut Eve sembari mulai melangkah kembali.Dan benar saja, tak lama kemudian terlihat seorang bertubuh tinggi tegap dengan jas hitam rapinya menemui Eve dan Sopir. "Selamat malam, apakah Anda Nona Eve?" tanya laki-laki tersebut dengan sopan.Eve pun menghembus napas panjang mendengar sebutan Nona untuk dirinya, padahal sudah sangat jelas kalau dia sedang hamil besar."Benar," jawab Eve pada akhirnya."Mari ikut saya," ujar laki-laki tersebut dengan sopan.Akhirnya Eve dan Sopir pun mengikuti laki-laki tersebut ke ruangan lain di restoran tersebut. Eve p
Setelah beberapa saat berbicara dengan kedua orang tua Mac, akhirnya Keanu dan Eve pun berpamitan untuk meninggalkan restoran tersebut."Kamu sangat sopan pada mereka?" tanya Eve yang saat ini sedang berjalan pelan di samping Keanu."Kita baru bertemu dan kamu menanyakan hal lain," sahut Keanu dengan ketus.Eve pun mengangkat sisi kanan bibirnya menanggapi kalimat suaminya tersebut."Kenapa hanya diam?" tanya Keanu.Sebuah pertanyaan yang sebenarnya merupakan sebuah tuntutan itu pun langsung membuat Eve menghela napas berat. "Baik. Bagaimana kabar kamu, lama tidak bertemu. Apa kamu sudah melupakan aku?" Pertanyaan itu membuat Keanu langsung menarik tangan Eve dan membuat mereka berdua berhenti setelahnya. "Aku sangat merindukan kamu," jawabnya lalu mengecup kening Eve.Mata Eve membulat ketika mendapat kecupan di tempat umum seperti itu. Wajahnya pun langsung memerah karenanya. "Ini tempat umum Key," ucap Eve sambil mencubit lengan suaminya itu dan kemudian melangkah mening
Keesokan paginya. Saat ini Eve dan Keanu sedang berada di ruang makan, menunggu beberapa pelayan menyiapkan makanan untuk mereka."Harusnya kamu bilang saja," gerutu Eve sambil mengusap-usap pipinya yang masih memerah, bekas cubitan Keanu semalam."Siapa yang menyuruh kamu berpikir sekonyol itu," sahut Keanu sambil tersenyum hangat menatap Eve yang masih bermuka masam."Ya ... tadi malam aku kan memang tidak melihat seorang pun saat kamu membawa aku ke sana," ucap Eve yang merujuk pada kamar di rooftop semalam."Itu karena aku memang menyuruh mereka untuk pergi," terang Keanu. "Aku pikir kamu tidak akan nyaman kalau ada orang di rumah ini saat kita me—""Key," potong Eve. "Kamu semakin lama semakin tidak tahu malu," komentarnya."Terima kasih pujiannya, ini semua juga berkat ajaran kamu," sahut Keanu dengan ringan."Tidak, aku ini bukan orang yang mes—" Eve memutus kalimatnya karena merasa apa yang ingin ia katakan ini salah."Jangan malu untuk mengakui," ledek Keanu yan