Happy reading!
------
Memacu pelan laju mobil dengan iringan suara merdu dari musik klasik menemani pria bermanik emerald di sana. Fokusnya tetap terjaga meski telinga kirinya di sumbat dengan earphone bluetooth kecil. Menembus jalan malam yang masih nampak ramai, semua lampu di sana turut serta melengkapi keindahan malam kota New York.
Saat ini, Dave sedang berbincang dengan Andrew. Meski siang tadi pria itu diizinkan untuk pulang. Namun, tetap saja sang dokter harus memantau pasiennya walau dengan cara seperti ini. Setiap lima atau delapan jam, Andrew akan menanyakan bagaimana dan apa yang dirasakan Dave.
“Dulu aku memang memintamu untuk jangan mengkonsumsi obat jika ingin bertemu dia, tapi sekarang keadaannya berbeda, Dave.”
“Jangan cemas,” singkat Dave. Mereka sedang membicarakan tentang dirinya yang ingin menjemput Estelle sendirian.
Sejujurnya ... Dave juga ragu, meski begitu dirinya harus tetap me
Happy reading!------"Di mana ini?" tutur Estelle bingung, akhirnya kembali mengeluarkan suara setelah kurang lebih lima belas menit dirinya membisu karena kesal."Sudah mau bicara denganku?" sarkas Dave seraya memarkirkan mobilnya ke garasi.Dua mata yang sedang memindai keadaan di luar mobil langsung beralih sinis untuk pria di sampingnya. Estelle membatin, apa Dave benar-benar ingin bertengkar dengannya?Tarikan napas pun segera dilakukan dengan cepat, Estelle membiarkan dadanya mengembang puas agar ia bisa segera meredupkan amarah yang tiba-tiba kembali memuncak hanya karena mendengar satu kalimat sarkas tadi. Namun rasanya sia-sia, saat ini tangannya sudah begitu gatal ingin memukul ketika melihat senyum menantang dari pria di sampingnya itu.Estelle meyugar rambut ke belakang sambil mengembuskan napasnya. "Haah ... jangan menguji kesabaranku, oke?" tegasnya memperingatkan. Memandang berani pada Dave yang masih melempar s
Happy reading!------Dua pria duduk saling berhadapan. Kebisuan di antara mereka menambah sunyi rumah baru di sana. Sudah lebih dari setengah jam, Joe Alexander berada di kediaman Dave Alexander.Membicarakan tentang Joe yang sudah mengetahui semua masa lalu Dave dan apa yang Dave alami, juga tentang Louis dan bagaimana ia mendapatkan sebagian informasi semua ini dari Bertha."Jangan mengulur waktu dengan cerita basi itu. Katakan saja apa maumu setelah mengetahui itu semua?" tukas Dave, muak berlama-lama dengan anak Louis.Joe menundukkan pandangan, dengan cepat mengumpulkan udara ke dalam rongga dada dan mengembuskannya perlahan. Aksinya ini bukan untuk menghilangkan rasa gugup, melainkan hanya untuk menghilangkan sesak dan mengganti rasa lega saat melihat Dave yang terlihat baik-baik saja. Joe berpikir, mungkin fobianya sudah sembuh? Benar, buktinya Dave bisa datang ke pesta pertunangan sialannya waktu itu.Joe menengadahkan
Happy reading!------Dengan napas memburu, dua pasang mata yang memiliki warna berbeda itu saling melempar tatapan benci di tengah ruang kamar tidur mereka. Suara tamparan yang menggema membuat sepasang suami istri di sana membisu. Kebisuan yang tetap tidak bisa mengusir amarah dari dalam hati mereka. Bahkan rasa bersalah telah saling melukai juga tidak muncul sedikit pun di hati mereka."Benar-benar sudah gila! Apa yang kamu lakukan, hah?!" seru Callie.Tangan gemetarnya memegang pipi kiri yang mulai memerah. Perdebatan di antara mereka membuat Louis kehilangan kendali dan berakhir menampar Callie. Bukan hanya Louis, tetapi Callie juga kehilangan kendali dengan melemparkan vas antik yang berada di samping meja riasnya ke arah Louis."Katakan padaku, siapa yang membantumu!""Itu bukan urusanmu!" tandas langsung Callie suaranya tidak kalah tinggi dari suami yang beberapa hari lagi mungkin akan secara sah menjadi mantan suami.
Happy reading!------Ramainya jalan membuat semua suara di sana bercampur. Memandang diam roda-roda yang berputar cepat dan lambat. Rutinitas yang selalu Estelle lakukan setiap kali pulang kerja. Duduk di halte, mendengarkan musik lewat satu headset sambil memandangi jalan seraya menunggu bus yang akan mengantarkannya pulang.Sekedar informasi, setelah peristiwa Dave yang marah-marah di halte ini, sekarang Estelle hanya memakai satu handsetnya agar ketika ada yang memanggil, ia bisa segera merespon dengan cepat.Meliarkan pikiran pada kejadian kemarin. Estelle menghela samar, membuat dua bahunya turun merileks. Duduk di sudut membuat sisi kepalanya bisa bersandar pada tepi kerangka papan iklan di sana.Sejak pagi, Estelle sibuk menelaah perasaannya di tengah tumpukan pekerjaan. Memikirkan apa yang sebenarnya hatinya inginkan dan memastikan kalau dirinya sudah siap untuk melepaskan Joe. Benar, ia benar-benar sudah siap melepaskan Joe,
Happy reading!------“Ketimbang marah, kamu lebih merasa sedih, bukan? Bagaimanapun, dia adalah orang yang terus berada di sekitarmu, baik itu sebagai antagonis atau protagonis. Jadi, wajar kalau kamu merasa sedih dengan apa yang menimpanya. Jangan mencoba mengelaknya lagi, Dave. Ingat apa yang aku katakan waktu itu? Berdamailah dengan masa lalumu.”Kalimat Estelle terus terngiang di benak Dave sejak dua puluh menit lalu dan selama itulah hatinya terus mencari alasan agar bisa berdamai dengan masa lalu. Tidak--Dave sudah memikirkan hal tersebut semenjak Estelle menyarankan seperti itu.Namun, sulit. Ia tetap ingin membenci orang-orang yang sudah membuat jiwanya terluka juga hancur seperti ini, termasuk orang yang sudah melahirkan dirinya. Sengaja atau tidak, ketiga orang itu benar-benar meninggalkan luka terdalam di hidupnya.Dave yang sedang berjalan sontak menghentikan langkah. Membuat wanita yang sejak tadi mengiringi
Happy reading!------Sam melambaikan tangan sambil menawarkan seutas senyuman kecil pada Estelle yang baru saja keluar dari gedung hotel tempat wanita itu bekerja. Tidak lama, senyumnya berubah menjadi sebuah kekehan kecil ketika mendapati ekspresi terkejut akan kehadiran dirinya. Sama seperti Dave, Sam juga tidak lebih dulu menghubungi wanita itu, kalau ia akan datang ke sana.Dari kejauhan delapan langkah, Sam memperhatikan Estelle yang berpisah dengan seorang wanita dan bisa ia pastikan kalau seseorang itu adalah rekan kerja Estelle.Punggung yang sengaja ia sandarkan pada mobil, dua tangan yang bersedekap hangat di dada, serta dua kaki yang saling bersilang... posisi paling nyaman untuk membingkai wanita bercoat cokelat susu yang kian mendekat kepadanya.“Aku datang untuk meringankan kegundahan hatimu,” kata Sam begitu Estelle berada dalam jarak dua langkah di depannya.Estelle menyipitkan mata sambil mendengus
Happy reading!------Riuh angin malam menemani hati yang muram. Dave melempar pandang jauh ke tengah laut. Seakan ikut terbuai pada ayunan ombak yang menderu di sana, Dave puas melayangkan pikiran.Tidak ada yang mengganggu, urusan pekerjaan ia singkirkan. Sangat tidak bertanggung jawab--benar--dan Dave tidak peduli akan anggapan seperti itu. Hidupnya sudah kacau, untuk apa bertanggung jawab pada hal yang sudah mati-matian ia pertahankan? Yang pada akhirnya, semua terasa sia-sia.Dirinya hanyalah objek pembalasan dendam. Apa mereka pikir dirinya ini adalah manusia tanpa hati? Tidak mengertikah mereka bagaimana ia menjalani hidup selama ini? Bertahan dalam sebuah ancaman yang berakhir dengan menanggung rasa sakit. Ingin mengasihani diri sendiri, tetapi suara tawalah yang keluar membaur bersama riuh angin.Dave tidak tahu harus bagaimana lagi. Ia cukup kagum dengan Callie yang begitu tega menyimpan fakta sepenting ini dan muncul pertan
Happy reading!------Empat hari berlalu ....“Lalu, apa keputusanmu?” ucap Andrew, terlihat tenang saat melayangkan pertanyaan setelah mendengarkan cerita Dave tentang kedua orang tuanya. Telunjuk kirinya mengetuk-ngetuk pelan meja kerja. Pun posisi punggung yang bersandar, statement yang cukup menguatkan bahwa dirinya sedang menanti pasien sekaligus temannya itu untuk membuat keputusan. Sebuah keputusan yang terkait erat pada asal mula fobia Dave.Tatapan yang sejak tadi terpaku memandang jemari yang saling terkait di atas pangkuan, mulai naik dan membingkai wajah sang dokter dari kejauhan lima langkah. Binar keraguan juga kebingungan jelas terpancar dari mata emerald itu. Dua suara yang sejak satu jam lalu saling bersahutan kini meredam cukup lama.Beberapa kali Dave mengeratkan rahang juga membuka sedikit bingkai mulutnya. Namun, selalu berakhir sama. Suara untuk jawaban dari pertanyaan Andrew enggan kelu