Happy reading!
-----
Beberapa saat sebelumnya ....
Bola mata yang bergerak perlahan dalam selimut pelupuk itu mulai nampak. Dave yang sudah terlepas dari pengaruh obat biusnya mulai terbangun, seluruh indranya pun segera bekerja kembali.
Detak jantung dan panasnya suhu tubuh bisa ia rasakan. Sorot lampu yang menyerang pupil, membuat kelopaknya mengerjap perlahan.
Jemari yang bergerak merasakan tekstur kain sprei, membangunkan rangsang impuls untuknya menghela napas lega. Bagaimanapun, bisa terbangun dari mimpi aneh lagi memilukan itu, sungguh hal yang patut ia syukuri. Detik berikutnya, ingatan Dave kembali melayang pada kejadian yang telah terjadi sebelum ia terbaring di sana.
“Iya, sebentar lagi aku pulang. Jangan khawatir, aku bersama Sam.”
Keberadaan Estelle yang baru ia sadari sontak membuat kepala Dave bergerak ke samping. Matanya membulat menangkap postur tubuh wanita yang sedang duduk menyamping di de
Happy reading!-----Dave merenung di atas bar stool dapurnya. Di bawah lampu sorot yang menyinari gelap di sana, ia memandang botol obat yang sudah menemaninya selama bertahun-tahun. Obat yang dokternya dulu dan sekarang resepkan untuk membuat tubuhnya bisa merasa tenang.Pria bercelana pendek selutut dengan kaus berwana gelap itu mendebas pusing. Entah mana dulu yang harus ia pikirkan. Pertemuannya dengan Bertha kali ini membuatnya sampai kehilangan kendali.Awal pertemuan, Dave mengira kalau ia hanya terkejut saja, tetapi tadi itu benar-benar terasa aneh, semakin ingin bergerak, tubuhnya malah semakin sulit terasa kaku. Andrew pun menjelaskan, bahwa hal yang ia rasakan adalah wajar.Bertemu secara langsung dengan si penyiksa. Membuat alam bawah sadarnya terbangun. Apalagi Bertha melakukan hal menjijikan yang sewaktu kecil selalu ia alami. Tubuh Dave otomatis langsung bereaksi seperti dulu ... diam, pasrah, dan ketakutan.Bug
Happy reading!------Benturan di antara pisau dan piring terdengar samar dari meja makan panjang yang hanya di huni oleh sepasang suami istri. Beberapa hidangan menu sarapan pagi terhampar lezat di sana. Sebuah hiasan lilin juga turut serta berdiri tegak dalam rengkuhan candle holder kristal, terpajang hanya untuk mempercantik penampilan isi meja.Sayang, aura di antara keduanya tidak cocok untuk isi meja yang penuh warna itu. Suasana hati mereka ikut berbaur dingin bersama cuaca di luar rumah besar tersebut. Sepasang suami istri itu, hanya fokus pada makanan dengan wajah yang sama sekali tidak mengekspresikan apa pun."Aku akan keluar kota lagi," ucap Louis membuka kesunyian dengan suara rendah, tangannya menusuk bagian kecil roti berisi daging dan sayuran terakhir.Callie Jasmin, wanita bersurai pendek sebahu itu sedikit mengerutkan kening. "Lagi? Sampai kapan?"Tidak langsung dibalas, Louis menghabiskan potongan kecil makan
Happy reading! ------ "Sakit bukanlah alasan untuk bermalas-malasan dan melupakan tanggung jawab, bukan? Jadi, aku akan istirahat kalau pekerjaan ini sudah selesai," seru Dave tanpa memandang orang yang duduk tidak jauh darinya. Menimpali ucapan berisi ketulusan Gavin dengan kalimat yang terdengar sedikit keras kepala itu. Gavin hanya menelan saliva, dalam hati ia menggerutu. Sudah ia duga, hanya sakit saja tidak akan bisa menghentikan sifat workaholic direkturnya itu. Padahal ia hanya meminta Dave untuk beristirahat sebentar. Namun, pria berwajah pucat itu masih saja ingin menyelesaikan pekerjaan yang sebenarnya bisa dikerjakan di hari esok.. "Tidak perlu khawatir, kemarin aku sudah banyak istirahat." Bohong. Tanpa Dave sadari, Gavin sudah memicing sinis, bibirnya menekuk ke bawah, tanda ia sedang meremehkan bosnya dalam diam. Pagi tadi ketika ia tiba di penthouse ini, bau semerbak alkohol telah menggantikan wangi mint yang sel
Happy reading! ------ "Apa-apaan sekretaris ini!" murka Dave, melihat Gavin malah membiarkan orang asing itu masuk. Dave segera bangkit dari kursi panasnya, kemudian melangkah lebar untuk keluar dari ruang kerjanya. Kenapa dari kemarin orang-orang terdekatnya bisa dengan mudah membawa hal yang tidak ia suka ke dalam rumah ini! ===== Entah harus tertawa atau marah. Begitu keluar dari ruang kerja dan ingin mendekati ruang tengah, Dave langsung tercengang sampai tidak bisa berkata apa pun. Jika di telusuri, Dave yakin rasa kesalnya masih memenuhi relung hati. Namun, kini ia tidak tahu harus bagaimana cara menyampaikan amarahnya itu. Sekali lagi, ini semua karena ia tidak tahu harus marah atau tertawa. Hampir setengah menit mereka saling pandang. Diam membisu seolah sedang menunggu siapa yang akan bersuara lebih dulu. "Kalau tidak ada yang mau di katakan, aku izin meminjam dapurmu, boleh?" Suar
Happy reading!------“Apa lagi yang kamu lakukan, hah?!” seru Dave, matanya memandang tajam Estelle.=====Estelle diam tidak mempedulikan amarah Dave. Ia fokus mengecek obat apa saja yang Dave ambil dari laci bar. Usai memeriksa, Estelle pun mengambil obat antidepresan lalu memberikan obat demam dan yang lainnya pada Dave.Pria itu sedikit mengerutkan dahi melihat tingkah Estelle yang menurutnya sudah melebihi batas. Rahangnya mengeras, Dave masih mencoba menahan amarah yang meronta ingin di luapkan.“Aku bilang, apa--”“Dave... tolong jangan marah dan dengarkan aku ... dokter Andrew menyuruhku untuk melakukan ini. Dia bilang, selama kamu berada di sampingku, kamu harus bisa bertahan tanpa obat ini,” sela Estelleberusaha menjelaskan.Estelle memang akan seperti ini jika sudah berniat untuk melakukan sesuatu. Memiliki tekad yang begitu besar sampai tid
Happy reading!------Beberapa saat sebelumnya.Estelle yang sedang berjalan memenuhi titah tuan rumah itu masih saja mendumal kesal dengan tingkah Dave yang sungguh membuat hatinya merasakan berbagai rasa dalam sekejap. Ia sampai ragu dengan keberadaan gynophobia Dave, melihat tingkah yang berani menyentuhnya dengan tatapan seperti itu terlebih pengakuan yang pernah bertahan tanpa obat, membuat Estelle berpikir ... apakah bantuannya akan menjadi sia-sia?Sepertinya Dave bisa mengurus dirinya sendiri. Namun, kenapa belum kunjung sembuh padahal Dave sudah mendapatkan perawatan sejak usia tiga belas tahun?Estelle mendebas sambil menggeleng pelan, ia bingung. Sepertinya nanti harus berkonsultasi dengan Andrew lagi.Sepertinya Estelle tidak sadar, perhatiannya sudah teralihkan pada dunia barunya ini. Biasanya, dalam keadaan apa pun wanita itu akan tetap mengingat sang tunangan. Di setiap hembusan lelahnya ada kerinduan yang di pen
Happy reading!------“Pfft!” Dave menyemburkan air yang baru masuk ke dalam mulutnya, lalu terbatuk sampai matanya memerah.Estelle hanya bisa melebarkan matanya, terkejut bingung. Bagaimana bisa tiba-tiba membahas cucu? Dari mana asalnya?====="Cucu? Kalian?" gumam Estelle, bertanya pada udara yang tentu suaranya masih bisa di dengar Dave dan Callie. Estelle benar-benar tidak tahu maksud dari orang yang menyuruhnya memanggil Mommy itu. Ia juga tidak berani menjawab ataupun bertanya.Dave yang ingin membantah pun harus lebih dulu menenangkan kerongkongan yang gatal dan perih sebab tersedak air dan obat, untungnya tiga butir obat bisa masuk tanpa halangan meski caranya sedikit berbahaya.Dave berpikir, apa Mommynya sudah kehabisan bahan candaan, sampai hal yang tidak lucu seperti itu tiba-tiba di ungkit? Sudah berkali-kali ia menjelaskan bahwa semua itu tidak benar dan sekarang, kenapa masih sa
Happy reading!------Beberapa saat sebelumnya ....Suara debum pintu terdengar nyaring hingga menghantarkan getar samar pada benda-benda yang menempel di dinding. Dave masih membawa rasa kesal yang diberikan Callie ke ruang kerjanya.Pria tersebut melangkah gusar lalu menghempaskan tubuh ke kursi bersamaan dengan hembusan napas frustasi. Dave kesal dengan pembicaraan yang tentu ia tahu maksud Callie membahas hal itu sampai berulang-ulang. Apa lagi kalau bukan menginginkan seorang menantu? Dave pun tidak bisa menyalahkan, karena harapan itu begitu sulit untuk ia kabulkan.Punggung dan leher yang tegang Dave sandarkan untuk mencari kenyamanan yang bisa membuat urat sarafnya kembali merileks."Haah ...." hela pelan di tengah kesunyian. Dua jarinya memijat sedikit keras pangkal hidung kemudian merambat pada dahi. Tidak ada yang berjalan lancar akhir-akhir ini, begitu pikirnya.Teringat dengan sesuatu di saku, Dave pun merog