Kami tiba di kampus dengan statusku yang terlambat. Aku sudah memucat, ini adalah kelas perdana semester pendekku, dan aku terlambat setengah jam? Sangat impressive.
Lucas sepertinya paham aku sedang gugup, terlepas aku membentaknya tadi…karena ia menuduhku perempuan matre.
“Aku akan mengantarkanmu ke kelas, dan mengijinkanmu agar bisa masuk kelas.” Ucapnya santai. Niatnya baik, tapi karena aku sedang emosi, aku hanya mencebik.
Saat keluar dari mobil, ada beberapa mahasiswa yang memperhatikanku, ada Rowena yang sedang berbicara dengan Gracia…teman sekomplotannya. Aku menoleh berlawanan arah, aku tak perlu memperburuk moodku saat ini.
Aku dan Lcuas berjalan cepat, aku melihat jadwal mata kuliahku. Hanya ada dua mata kuliah, dan kelas pertama berada di lantai tiga di gedung baru.
Aku mempercepat langkahku, untung saja aku memakai sebuah flip-flop, saat aku menaiki tangga aku setengah berlari karena cemas. Lcuas sepanja
“Kenapa? Kau keberatan kalau kupanggil kekasih?” Tanyanya dengan santai, wajahnya tersenyum kecil. Ia seperti sedang menggodaku.Aku menaikkan bahu, memang aku harus jawab apa? Aku sendiri bingung mau menjawab apa. Aku ingin berkata Iya, tapi aku terlalu keras kepala untuk itu. Aku ingin berkata tidak, tapi aku menginginkannya.Aku menghabiskan kue nikmat dengan suka hati, kuhapus ingatan mengenai kata kekasih tadi. Aku akan menikmati masa ini sebelum masuk lagi. Mata kuliahku berikutnya tak terlalu serius.Aku berjalan menuju kelas berikutnya, aku tahu kalau Lucas berjalan di belakangku. Dia mau apa? Aku malas bertanya, aku masih dalam fase diam setelah kejadian barusan.Saat tiba di kelas yang tertulis di jadwal, aku berbalik. Akhirnya tak sanggup menahan rasa penasaranku.“Kau tak boleh masuk ke kelas!” Ucapku dengan tangan berada di pinggang.“Kenapa? Setahuku…dosenmu berikutnya adalah orang yan
Aku bangun dini hari, aku lihat ke kananku Dave masih terlelap dengan dada telanjangnya. Ia telah bercinta denganku beberapa kali tadi malam, dan aku diam saja! Bodoh! Aku sangat bodoh! Aku benci dengan diriku sendiri. Aku melepaskan pelukannya di pinggangku. Aku bangun dan meringis nyeri di bagian bawah.Rasanya sangat sensitive dan menusuk. Sepertinya aku akan sangat sulit untuk berjalan. Akududuk dan meminum segelas air putih. Aku harus berpikir apa yang akan kulakukan setelah ini. Benar Dave dan aku sudah bertunangan tadi malam… tapi apakah aku mau hidup bersama dengannya selamanya, aku takut kalau aku sampai hamil..Dave akan menyusun rencana pernikahan sebentar lagi. Apakah aku mau menikah dengannya? No.Aku tak yakin ia adalah pria yang akan membuatku bahagia, ia menuntut dan tak memperdulikan kemauanku…perasaanku, terbukti kejadian tadi malam… aku pernah bilang kepadanya no-sex before marriage, bahkan berulang kali… dan tadi malam ia
“Hai Travis…” Sapaku dengan suara agak kencang, agar pria dengan rambut semi gimbal itu mendengarku. Ia menoleh ke arahku dan matanya membelalak. Tangannya yang ia gunakan memeluk perempuan di sampingnya ia berjalan menghampiriku.“Kau Rose Watson? As in Rose? Teman sekolahku dari Texas?” Tanyanya dengan senyuman sangat lebar seperti orang kerasukan, ia berjalan ke arahku. Ia memakai sebuah kaus dan celana bahan berwarna hitam dengan sebuah apron putih bertuliskan ‘Baker of Mrs. Munn Bakery.’Aku mengangguk kepadanya dengan senyuman kecilku. Aku takut mengeluarkan ekspresi berlebihan, karena aku tak tahu siapa gerangan perempuan tadi.Padahal saat ini bukan jam operasional normal bagi para pedagang, ini masih terlalu pagi.. masih jam enam pagi. Tapi ia sudah membuka tokonya dengan seragam rapih.“You look good!” Pujinya saat berada di depanku. Ia memelukku erat dan aku membalasnya. Kami dekat, ralat&h
Travis memberikanku sebuah roti yang sangat lezat dengan isian vanilla dan susu. Aku menikmatinya dangen lahap, bahkan aku bisa menghabiskan roti yang kedua. Sungguh lezat roti buatannya.“Kalau kau sudah kenyang, ayo kita ke dokter yang kumaksud. Mumpung Clair masih bisa jaga toko sampai siang ini.” Ajak Travis yang langsung kuberikan anggukan setuju. Aku memberitahu terlebih dahulu kepadanya, bahwa aku tak punya uang…dan aku inginn menjual ponsel yang sekarang dalam keadaan non aktif ini. Aku menceritakan kepada Travis, bahwa bisa saja Dave memasangkan sebuah pelacak di ponsel ini.“Tenang saja… biar kuurus.” Ucapnya tenang dan mantap, ia seperti tahu apa yang harus dilakukan. Ia memintaku memberikan ponsel itu kepadanya.Kami mengucapkan selamat tinggal kepada Clair. Perempuan itu tersenyum lebar kepadaku, aku sempat mengira Clair adalah kekasih dari Travis…tapi ternyata ia memiliki nasib yang hampir sama den
Aku sampai di bakery milik Travis dan ikut membantunya membuat beberapa batch, ternyata Clair memiliki kelas mengajar nanti siang, ia adalah salah seorang dosen pembantu di kampus yang terletak tak jauh dari sini.“Kau mengajar apa, Clair?” Tanyaku kepada sosok yang sudah full make up, ia adalah sosok cantik dan menarik, pantas saja aku salah mengartikan kalau ia adalah kekasih Travis.“Aku mengajar script editing di bagian literature.” Jawabnya santai, ia juga membantu memasukkan roti yang sudah jadi ke dalam kemasan yang sudah memiliki logo, Mrs. Munn bakery.“Wow…kau seorang editor?” Tanyaku kagum.“Kurang lebih, tapi aku suka bekerja di sini… walau si pelit itu tak menaikkan gajiku bertahun-tahun.” Ia menyindir Travis yang langsung tertawa kencang.“Aku juga membayarmu dengan cinta dan kasih sayang Clair…itu tak bisa dinilai dengan uang, kau tahu!” Jawab Trav
Aku dan Travis mempersiapkan keberngakatanku yang tiba-tiba. Ia menyerahkan toko kepada Clair dan menjelaskan segalanya. Sampai saat ini aku aku juga belum tahu mau pergi kemana. Yang jelas Travis berjanji membawaku ke sebuah tempat yang aman, menurutnya.Kalau ibuku sudah bilang bahwa Dave sudah menemukan jejakku dan sudah menyebutkan kota Manhattan, bisa dipastikan ia akan datang mencariku sendiri…hari ini. Not a good Idea…I must run as far away as possible. Atau… haruskah aku memutuskannya sendiri… agar ia berhenti mengejarku? Agar aku bisa hidup dengan lebih baik? Tenang?Aku dan Travis sudah berjalan dengan pace yang cepat. Ia diam dan wajahnya tegang. Ia membantuku membawa beberapa supply lukisanku. Aku membawa pakaianku dalam tas ransel.“Apakah kita akan naik kereta?” Tanyaku yang terengah, Travis berjalan sangat cepat.“Nope. Kalau kau mau cepat ditemukan…kita bisa naik kereta…karena aka
Hariku di tempat ini sangat tenang. Tak ada kabar apapun dari Travis. Alicia yang membertahuku, karena Travis berjanji akan menghubunginya kalau ada kabar.Setiap hari aku menikmati udara segar dan suasana indah tempat ini. Aku merasa seperti ada di Swiss, soothing dan menangkan. Aku bahkan menyelesaikan dua buah lukisan dalam dua hari. Bukankah luar biasa. Aku membantu Alicia dengan pekerjaan rumah. Ternyata ia bekerja di sebuah parlor khusus piercing, ia bekerja kepada seorang pria tua yang sangat ahli dalam bidang tattoo dan piercing. Alicia bilang ia belajar banyak dari bossnya.Alicia tak bisa memasak sama sekali, ia terbiasa membeli makanan. Aku yang mengambil alih dalam urusan memasak, walau Alicia yang membeli semua bahannya. Aku tak berani berkeliaran jauh dari rumah, aku takut ada seorang mata-mata Dave yang melihatku.Ini sudah hari ke lima, dan Alicia menjadi panic karena ia tak mendengar kabar apapun dari Travis.“Apakah mungkin ia lupa
Aku masih sangat kesal dengan kelakuan Lucas. Apa yang ia perbuat tadi di parkiran akan memperburuk kehidupan kampusku. Aku tahu sebentar lagi aku akan lulus… tapi masih setidaknya tiga sampai empat bulan lagi sampai aku benar-benar lulus officially. Lalu aku harus bertahan hidup bagaimana? Apalagi sampai Lucas kembali ke Russia, siapa yang akan melindungku. Bukan berarti aku jadi bergantung dengannya…tapi…para wanita itu sangat buas kalau sedang marah.Aku pernah melihat anak junior yang di bully habis-habisan, karena tuduhan bertindak sombong dengan senior. Like seriously? Junior itu dikurung di kamar mandi paling ujung gedung lama, di tempat koridor yang tak pernah dihuni lagi, ditambah mitos tentang hantu dan penghuni tak kasat mata lainnya. Para senior itu mengancam siapapun yang mau mendekat akan bernasib sama…akhirnya si Junior yang dikurung itu baru bisa keluar saat malam hari, saat paa senior pulang, salah satu petugas keamanan yang menget