Tiara tersenyum mengamati wajah tidur Andra yang menurutnya sangat polos seperti anak kecil itu. Tangannya mengelus rambut Andra dengan pelan, lalu turun menuju ke alisnya."Aku baru nyadar loh kalau ternyata alisnya Mas Andra tuh tebel gini bagus deh," gumam Tiara sambil tersenyum."Hidungnya juga mancung ih bagus juga deh," kata Tiara sambil menarik hidung Andra. Dia tertawa jahil melihat suaminya itu bergerak sedikit."Kok bisa sih kita jadinya nikah gini?" Tiara ternyata masih tak menyangka jika kini dia sudah menikah dengan Andra. Dia lalu menggeleng-gelengkan kepalanya karena tersipu malu dengan situasi saat ini."Mendingan aku ke dapur aja deh mau bikinin sarapan yang enak banget buat suami aku," ucap Tiara yang diakhir kalimat dia kembali tersipu malu dengan ucapannya sendiri itu.Namun belum sempat Tiara turun dari tempat tidur mereka itu, Andra langsung menarik pinggangnya sehingga dia kembali berbaring, kali ini dia berada di atas suaminya itu yang memeluknya erat."Mas, ud
"Jangan manja gini deh, kamu nggak malu apa sama anak kamu?" Tiara mengusap rambut Andra sambil tersenyum."Lagian kan Nayla nggak liat ini," jawab Andra lalu dia mencium kening Tiara."Mas, udah deh bangun ayo," pinta Tiara.Andra tersenyum. "Nggak mau," rengeknya seperti bocah saja dia. "Aku masih ngantuk makanya tugas kamu tuh nemenin suami kamu ini."Tiara tersipu malu jika dia mendengar kata itu keluar dari mulut Andra. Sekarang dia sudah menjadi istri Andra! Perasaan yang begitu bahagia memenuhi hatinya. Ya, mereka sudah menikah sekarang."Tapi istri kamu ini udah masakin kamu udah nyiapin semuanya buat kita sarapan di meja makan. Makanya kamu cepetan bangun dong.""Ya udah iya, tapi cium dulu dong," pinta Andra."Apaan sih kamu ini," balas Tiara tersipu lagi sambil menatap ke arah lain."Kok apaan sih bilangnya? Cium dong biar aku langsung semangat bangunnya," timpal Andra sengaja ingin menggoda Tiara."Kan semalem udah, Mas.""Paginya juga aku pengen dicium lagi," balas Andra
Tiara menyiapkan semua yang dibutuhkan untuk pergi berbulan madu di Paris besok.Dari pakaian dan semuanya sudah masuk ke dalam koper."Apa lagi ya? Kok kaya ada yang kurang ya?" Gumam Tiara sambil menggigiti kukunya tanda dia sedang berpikir keras."Udah semuanya, Sayang?" Tanya Andra yang memasuki kamar mereka. Dia lalu memeluk Tiara dari belakang dan mencium pipinya membuat istrinya tersenyum."Udah kok," jawab Tiara."Kalau gitu sekarang kita tidur istirahat biar besok bisa seger bangun paginya," saran Andra dan Tiara mengangguk patuh."Oke," ucap Tiara tersenyum manis.Andra lebih dulu tidur di atas kasur mereka lalu dia tersenyum begitu Tiara berbaring di sampingnya. Dia langsung memeluk Tiara dan mencium pipinya.Paginya mereka bangun dan sesuai jadwal mereka berangkat ke bandara dengan Bu Mirna dan Nayla sudah pasti ikut.Nayla terus bernyanyi di gendongan Andra dia terlihat gembira sekali karena akan jalan-jalan pikirnya."Kita mau ke mana, Sayang?" Tanya Andra pada anaknya i
"Kok kamu bilang gitu sih Mas? Bukannya Bunda tinggalnya masih di rumah yang lama itu?" tanya Tiara.Andra menggeleng pelan. "Udah nggak tinggal di sana lagi, waktu itu aku iseng mau pulang ke sana tapi rumah itu udah ditempatin orang lain penghuni baru," jawabnya.Tiara tersenyum bahagia. "Kamu pulang Mas? Berarti itu tandanya kamu udah mau maafin Bunda dong iya kan?""Nggak juga," jawab Andra datar. "Udahlah jangan dibahas lagi soal itu udah masa lalu kok.""Masa lalu gimana sih maksud kamu Mas? Beliau itu Bunda kamu loh, jangan bilang kaya gitu ah," tegur Tiara. Dia tak ingin suaminya itu menjadi orang yang pendendam apalagi terhadap ibu kandungnya sendiri.Andra diam saja tak ingin membalas lagi, dia tersenyum sambil balas melambaikan tangannya pada Nayla yang melambaikan tangannya itu.Tiara melirik ponsel Andra lalu dia punya sebuah ide cemerlang di kepalanya. "Mas?""Iya sayang?" tanya Andra sambil menoleh menatap Tiara."Kamu mendingan sekarang temenin Nayla deh, anak kamu itu
Tiara kaget mendengar ucapan Andra. "Mas, kok kamu bilang gitu sih?" tegurnya karena dia tak pernah sekalipun mendengar suaminya itu berkata dingin padanya seperti itu.Andra menghela napas berat, tak tahu dia harus bilang apa. "Aku mau balik ke kamar mau istirahat," pamitnya kemudian berjalan menaiki tangga menuju ke kamar mereka berdua.Tiara sedih dengan sikap Andra, diapun menoleh ke arah Sinta dan dia menjadi tak enak pada ibu mertuanya itu yang sekarang menunduk sedih.Tiara ingin menenangkan Sinta jadi dia menghampiri sang ibu mertua."Bunda maaf ya kalau Mas Andra kaya gitu karena dia mungkin lagi capek aja kok kadi Bunda tenang aja ya?" ucap Tiara menenangkan Sinta.Sinta mengangguk paham sambil tersenyum kecut. "Iya, Tiara Bunda ngerti kok.""Lho? Bu Mirna?' sapa Sinta saat melihat besannya itu lewat di sekitar ruang tamu entah dari mana.Bu Mirna menoleh lalu menghampiri Sinta dengan senyuman di wajahnya."Bu besan ya?" sapa Bu Mirna sambil memeluk Sinta."Syukurlah akhirny
Andra kembali teringat percakapan antara Tiara dengan Sinta beberapa tahun lalu saat ibunya itu mendatangi rumah Tiara."Nak Tisra, kamu tau sendiri kan kalau keluarga kami ini orang terpandang jadi jangan sampai kamu membuat nama keluarga kami tercoreng," ucap Sinta.Tiara yang duduk di depannya menahan tangisnya dan juga emosinya."Andra anaknya Tante itu kan masih kuliah jadi jangan sampai masa depannya terganggu hanya karena masalah yang sepele. Jadi saya minta kamu jangan laporin anak Tante itu ke polisi ya, Ra. Kamu kan juga sudah anggap dia itu adik kamu sendiri jadi kamu pasti mengerti bagaimana perasaan kami jika sampai itu terjadi," pinta Sinta lagi.Tiara menatap Sinta dengan tatapan datarnya. "Saya ngerti kok apa maksud kedatangan Tante Sinta ke rumah ini. Tapi Tante tenang aja saya nggak bakalan lakuin itu kok. Saya juga nggak akan mau liat dia di penjara."Sinta tersenyum. "Baguslah kalau begitu, itu artinya kamu paham bagimana caranya menghargai orang tua. Saya membesar
"Mas, udah ya sekarang juga kita turun buat nemuin Bunda. Ya?" bujuk Tiara sambil mencoba melepaskan diri dari pelukan Andra namun dia gagal total karena suaminya itu begitu erat memeluknya seperti takut akan ditinggal."Kita nggak akan ke mana-mana, Ra. Kita di sini aja," balas Andra."Ya nggak bisa gitu dong, kasian itu Bunda udah nungguin kita turun loh dari tadi mau ketemu sama kamu, Mas," bujuk Tiara tanpa henti."Aku bilang kita nggak akan ke mana-mana," tegas Andra.Tiara menghela napas lelah. Mengapa dia punya suami yang sangat keras kepala seperti itu sih?"Duh, kamu jangan kaya anak kecil gitu dong. Buruan, Mas kita turun."Jadilah Andra tetap tak mau beranjak dari duduknya itu dan masih memeluk Tiara. Tiara terpaksa mengikuti kemauan suaminya itu karena dia kasihan pada Sinta yang mungkin masih berada di ruang tamu sedang menunggu mereka.Dua hari setelah kejadian itu Tiara yang sekarang mengunjungi kediaman Sinta. Rumah ibu mertuanya itu ternyata tinggalnya di kawasan elit
"Rumah sebesar ini tapi Bunda tinggal sendiri di sini?" Tanya Tiara tak percaya. Sebelumnya Sinta bercerita padanya jika dia tinggal di rumah itu sendirian saja. Saat ini mereka mengobrol santai di ruang tengah sedangkan Nayla sedang asyik bermain boneka di karpet bulu."Iya, Ra. Lagipula kan Bunda sudah bercerai jadi ya tinggal sendiri," jawab Sinta sedih.Sinta akhirnya bercerita lagi setelah Andra pergi dari rumah mereka yang dahulu yang berada di kota lamanya mereka itu, satu tahun setelahnya pula dia memutuskan untuk bercerai dengan mantan suaminya itu. Karena dia semakin lama semakin tak tahan juga dengan sikap kasarnya dan selain itu mantan suaminya itu sering kali meminta uang padanya padahal sudah tugasnya suami yang menafkahi tapi ini malah sebaliknya.Setelah resmi bercerai Sinta pindah ke kota lain untuk mengembangkan bisnisnya dan hingga sekarang ini bisnisnya semakin lancar jaya dan sukses."Maaf soal itu ya, Bunda. Aku sama Mas Andra malah nggak ada di saat susahnya Bun