Dion langsung berpamitan kepada Bu Sisi, memaksa untuk mencium tangannya. Lalu ia keluar dan berteriak kepada adiknya Maxel, “Gua pulang udah harus kelar....” kata Dion
Dibukanya gerbang rumah dan bergegas masuk ke dalam mobil Pak Johan. Ia duduk persis disampingnya. Mereka akan pergi ke klinik Siloam, tidak jauh dari tempat Dion tinggal.
Sesampainya disana, kebetulan klinik Siloam sedang sepi. Tidak ramai orang yang sakit. Dion dan Pak Johan segera mendaftarkan diri, mereka mendapat antrian nomor 05.
Di sela menunggu pasien nomor 03, Dion membuat instastory. Hanya iseng, di fotonya lorong klinik itu. Sedangkan Pak Johan sedang mengabari Bu Sisi dengan menelfonnya.
***
Setelah 3 menit berlalu, keluar lah pasien nomor 03 dari ruang periksa. Dan selanjutnya pasien nomor 04 dan nomor 05 memasuki ruang periksa, yang akan di cek dokter secara bergantian.
Selanjutnya nama Dion terdengar dibalik ruang periksa.Max sudah selesai mandi, ia memakai pakaian rapi. Bu Mala pun sudah berada di ruang tamu, menunggu putranya siap dan memakai sepatu."Yok mah." ajak Max"Yok, mampir dulu ke toko buah ya. Mamah mau bawain parcel aja 1.""Siap ibu negara." ucap Maxim dengan suara lantangLalu mereka pergi, menggunakan sepeda motor maticnya itu. Perjalanan rumah Max ke rumah Dion cukup jauh.Selang beberapa menit perjalanan, mereka mendapati toko buah. Terlihat buah segar-segar sekali yang dipajang di depan. Jenis buah di toko ini lumayan lengkap.Bu Mala dan Maxim turun, dan memasuki toko buat tersebut. Memilih buah yang akan dijadikan parcel."Mah, mau berapa buah yang bakal jadi parcel?" tanya Max putranya"5 aja kali ya?" jawab Bu Mala"Buah apa aja mah?"Dilihatnya sekeliling toko itu, dan akhirnya Bu Mala sudah menemukan kombinasi buah yang akan dibungkus.
"Apaan si mah, mana ada hidung kaya badut." gerutu Maxim Senyum Bu Mala melebar, suara tawanya sangat keras. Mereka sedang berkumpul di ruang tamu, terkecuali Maxel. Ia sedang berada di alam bawah sadarnya. *** "Ig lu rame banget dah." ucap Maxim yang melirik ke arah Dion Dion yang duduk di sebelahnya sedang bermain ponsel, lalu menunjukkan isi dm di aplikasi i*******m. "Gila buaya banget lu." ngegas Maxim sambil memukul kepala Dion "Haha mana ada yang gak suka sama gua Max." kekeh Dion "Dih anjing! Gua ga suka sama lu." "Ya iya lah! Nanti gay dong!" kekeh Dion lagi, kali ini disusul Maxim Pak Johan, Bu Sisi, dan Bu Mala yang mendengar hanya geleng-geleng kepala atas kelakuan anak mereka itu. "Eh Max, lu nginep ya? Temenin gua. Anggap aja buat perayaan persahabatan kita, perayaan kita akur lagi. Nanti gua traktir deh, kaya di youtube itu. 24 jam bilang '
Maxel yang sudah di kamarnya, dan tertidur. Pak Johan juga sudah kembali ke kamar tidurnya lagi.Suasana sangat hening, benar-benar sepi. Max dan Dion sedang asyik bermain ponsel. Tiba-tiba Dion membuka obrolannya."Max clubbing yok. Gua ajak Angel nanti, atau kita nongkrong di cafe aja? Tapi gua pengin minum." ucapnya"Sekarang banget nih? Kalo gitu ke hotel aja gas, ke cafenya terus lu pesan minuman. Mabok tinggal ke kamar, beres." jawab Max berlaga seperti orang pintar"Bener juga lu. Ya udah ayok."Mereka berdua siap-siap. Dan tak lama mereka menuruni anak tangga, mengetuk pintu kamar Bu Sisi dan Pak Johan.'Tok tok tok'"Mah pah, Dion sama Max izin keluar ya kita mau main." ucap Dion sedikit berteriak"Om, tante izin pergi dulu ya." sahut Max jugaMereka terbangun, tetapi masih keadaan setengah sadar. Pak Johan mengiyakan, sedangkan Bu Sisi memberi tau agar jangan lupa
Mereka bertiga sudah check out dari hotel. Angel yang pulang, Max dan Dion yang bingung harus mengambil langkah apa. Hari ini hari senin, try out berakhir dalam minggu ini. Tetapi Max dan Dion memilih untuk bolos. Mereka memilih untuk pergi ke luar kota, dan rencana nya akan pulang pada sore hari. Tujuan mereka adalah ke pantai, dan menyewa 1 villa kecil disana. Parahnya mereka berdua ini menghasut teman-teman kelasnya untuk menyusul. Memang ada beberapa teman mereka yang benar-benar cabut dari sekolah. Tentunya teman yang serupa dengan Max dan Dion, sekumpulan anak-anak pembuat onar di sekolah. "Bas, pulang-pulang mati kita bas." ucap Max khawatir "Tenang si, orang lu aja sama gua. Kan jadinya lu punya teman buat dimarahin." kekeh Dion "Dih tolol!" sahut Max kesal *** -Rumah Dion- Bu Sisi seperti biasa, menyiapkan sarapan dan bekal untuk dibawa Pak Johan serta Maxel.
Setelah mereka selesai nongkrong di cafe, teman-teman Dion dan Max ingin sekali berenang. Rasanya sangat segar jika tubuh ini basah terkena air. Walaupun cuaca panas sekali.Karena sia-sia jika tidak mencicipi air pantainya, untuk sampai ke cafenya saja harus melewati rimbunnya hutan. Dibalik pepohonan, baru lah mereka menemukan surga dunia.Sampai saatnya senja tiba, matahari yang akan tenggelam. Sinarnya yang menyinari seluruh seisi pantai, membuat jiwa yang melihat menjadi damai.***Mereka kembali ke villa pada pukul 17.30 sore, dimana langit samar-samar mulai gelap. Suara daun pohon yang terkena angin, menemani perjalanan mereka. Udara terasa sangat dingin.Sesampainya disana, mereka beres-beres.Mengecek barang apa saja yang tadi mereka bawa. Lalu tak perlu waktu lama, mereka sudah meninggalkan villa tersebut.Teman-teman Dion dan Max sudah berpencar menuju arah rumahnya masing-masing.Sisa mereka be
Mereka memberhentikan motornya, menempatkan dengan posisi bersebelahan. Melepas helmnya, mengibaskan rambut. Bercermin di kaca spion, dan pergi ke kelas.Sisa try out kurang lebih 6 hari lagi. Siswa kelas 3 dimohon untuk keseriusannya dalam mengerjakan soal latihan, agar para guru bisa menilai sejauh mana mereka menangkap materi yang guru mereka ajarkan.Suasana hening, para adik kelas berusaha mengatur nada bicaranya agar tidak mengganggu kakak kelas yang sedang mengerjakan latihan soal try out.Untuk jam pelajaran kelas 3 hanya sampai jam 12 siang, karena mereka tidak ada kegiatan mengajar. Lain halnya dengan kelas 2, mereka di jadwalkan pulang pukul 3 sore.***Bel istirahat berbunyi, pertanda waktunya sudah selesai. Anak-anak kelas 3 segera mengumpulkan kertas latihan soal try out kepada guru. Max dan Dion sudah berjalan maju ke depan untuk ikut serta mengumpulkan.Disambung dengan ucapan pengawas di dalam kelasnya.&l
Maxel berjalan sambil menghentakkan kakinya. Sesampainya di depan pintu kamar Dion, ia segera mengetuk pintunya kencang. ‘Tok, tok, tok’ Maxel mengetuknya dengan emosi. Sedangkan Dion yang terkejut, segera mengabaikan ponselnya yang ia lempar tepat di samping kanannya. Dan mengambil kaos yang akan ia kenakan. Dion membuka pintunya, ia melihat Maxel sedang menatapnya tajam. “Cepat turun ke bawah! Axel udah lapar pakai disuruh segala! Koko turun sendiri ya, jadi Axel ga disuruh. Cape!” ucap Maxel ngegas Ia langsung membalikkan badannya dan mulai menuruni tangga sembari menghentakkan kakinya lagi. Kali ini suara hentakan kakinya lebih kencang. “Ya santai bro. Pulang-pulang kok emosi.” ledek Dion yang juga sedang menutup pintu kamarnya. *** Maxel sudah sampai di meja makan, disana sudah ada Bu Sisi dan Pak Johan sedang makan siang. Ia makan dengan wajah cemberut. Disusul Dio
Mereka berdua sudah berada di kamar Dion. Max menjalankan misi pamer ponsel barunya, ia melirik ke arah mata Dion dan berdehem sebanyak 2 kali. Dion yang peka terhadap suara deheman Max, ia membalas lirikan matanya. “Kenapa lu?” ucap Dion kepada Max “Gua mau pamer nih, lihatin gua Bas. Sini lihat sini Bas!” jawab Max bersemangat “Apaan!” Max mengeluarkan ponsel versi terbaru dari saku jaketnya. Matanya berbinar-binar, senyumnya merekah. “Wah gila lu! Beli kapan nih? Gua aja belum punya versi ini. Harus nabung dulu gua mah, ga ada sejarah gua minta beginian ke nyokap bokap. Anjir tapi ini baru dirilis sehari yang lalu, dan lu udah punya bangke.” ucap Dion sambil terkagum “Barusan banget datang paketnya, biasa nyokap yang beliin. Makanya gua kesini, pasti lu kepengin kan? Lu iri kan? Tapi kan Bas, selama-lamanya lu nabung ga bakal sampai sebulan. Paling lama sekitar seminggu lu udah dapat duit