Max baru saja mendapat telefon dari Robert. Ia menanyakan tentang kelanjutan band nya, apakah Dion tetap bersedia menjadi vokalis atau tidak. Dan tentang grup yang akan Dion buat untuk diskusi pembawaan lagu.
Tetapi sayang, Max belum mempunyai jawabannya. Dirinya saja belum mendapat kabar apa-apa dari sahabatnya itu.
Setelah 20 menit mereka mengobrol, akhirnya Robert mengakhiri pembicaraannya dengan Max.***
Ponsel Max yang sudah berbunyi ‘tutut’ tanda panggilan telah berakhir, ia langsung membuang ponselnya sembarang.
Mengacak-acak rambutnya dan meluapkan semua emosinya dengan berteriak sambil menutupi wajahnya dengan bantal tidur.
Tangannya meraba-raba sekelilingnya mencari ponsel yang ia buang tadi. Setelah menemukannya, ia segera menghubungi Dion. Panggilan terus ia lakukan, tetapi sudah 10 menit berlalu belum sama sekali mendapat jawaban dari sahabatnya.
“Astagfirullah, anak dajjal k
Terdengar samar-samar suara seseorang memanggil-manggil nama Dion. Ia pikir itu hanya bagian dari mimpi semata, tetapi berubah setelah suara ketukan pintu yang sangat kencang membangunkan tidurnya.“Koko, koko! Koko! Udah jam 5 pagi nih, ayo bangun kemas barang-barangmu.” teriak Bu Sisi dari balik pintuDion seketika langsung terbangun, badannya terduduk lemas tidak berdaya. Ia hanya menyahuti akan segera membereskan barangnya, dan suara langkah kaki Bu Sisi pun mulai menjauh.1 jam telah berlalu, rumah yang mereka huni saat ini sudah siap di tinggalkan. Barang-barang sudah selesai mereka kemas, dan beberapa dalam perjalanan menuju rumah baru. Dion dan Maxel seperti biasa tetap berangkat ke sekolah sebagai rutinitasnya, sedangkan Pak Johan ia mengambil cuti sekaligus menemani istrinya mengurus pindahan rumah mereka.***-Di Sekolah-Pak satpam sedang duduk di dalam posko, sembari menyeruput segelas kopi hita
Semua personil Cornel band sudah memegang propertinya masing-masing. Dion yang sedang mengecek micnya, Max sedang bermain instrumen dengan gitaris kedua bernama Arlo. Dan yang terakhir Nathan, ia sibuk memainkan drum nya sembarang.Robert yang sudah selesai menghubungkan audio laptop dengan speaker kecil diatas meja, segera bergegas menutup pintu aula dan menguncinya. Lalu ia memberikan satu tepukan dan menyetel lagunya di laptop dengan suara kecil.Nathan giliran pertama, ia sangat lihai memainkan stik drumnya. Hasil suara yang dibuatnya sangat pas dengan instrumen lagu. Disusul oleh Max dan Arlo, jari-jari mereka sangat terampil memetik senar gitar, lagi-lagi semuanya cocok dengan lagunya. Tidak ada yang sumbang. Dan yang terakhir Dion, ia mulai membuka mulutnya untuk bernyanyi.Robert terhanyut dalam suasana, ia sangat menikmati Cornel band tampil. Bakat dari teman-temannya ini sangat luar biasa.Menuju pertengahan lagu, Dion meloncat t
Kamar Dion terlihat sangat rapi, jendela bagian balkon terbuka lebar. Membuat angin di siang hari itu cukup terasa panas. Kamarnya juga dilengkapi fasilitas kamar mandi dalam berukuran kecil.Dion dan Max menghabiskan waktu siang bolongnya hingga senja datang dengan bermain Ps. Tidak lupa mengajak adiknya Maxel, untuk segera ikut bergabung. Dion segera mengirimkan pesan kepada Maxel untuk cepat menyusul dirinya di kamar tidur.Sampai hari mulai petang pun mereka belum berhenti. Senja sudah berlalu beberapa menit yang lalu. Bu Sisi yang menyadari kelakuan anaknya yang terlalu berlebihan, segera menyusul ke lantai 2. Tepatnya di kamar Dion.Dirinya mulai mengetuk pintu yang sedikit terbuka.‘Tok-tok-tok’ ketukan pintu dengan suara penuh penekanan“Seru banget nih mainnya. Lanjut sampai pagi saja kalo begitu!” ucapnya dengan nada meninggiDion langsung terbangun dari duduknya dan membu
“Sorry pah lama, habis diajak kenalan sama tetangga sebelah.” ucap Dion yang baru saja memasuki rumahnya“Siapa?”“Farren namanya.”“Gila! Belum aja full sehari lu pindah ya Bas, ada aja kenalan cewe baru. Heran gua sama lu.” sahut Max gemas sambil menggigit kecil ibu jarinya***3 hari telah berlalu, latihan try out sudah selesai. Hari ini jatuh tepat pada hari minggu. Kebanyakan orang di hari libur seperti ini, dipakai untuk quality time bersama keluarga mereka.Keluarga Dion sudah menjalankan semacam tradisi itu untuk setiap akhir pekan. Tetapi berbeda dengan hari ini, Dion akan pergi untuk tampil band pertama kalinya di sekolah.Acara di sekolah akan dimulai pukul 09.00 pagi, tetapi itu pun tidak langsung menampilkan Cornel band. Melainkan diisi dengan beberapa acara lainnya terlebih dulu, penampilan band ini akan menjadi penutup acara.Dion
Deretan notif berkali-kali terus berbunyi, ponselnya bergetar. Ketika ia cek, banyak sekali pemberitahuan yang mention akun instagram milik Dion. Ternyata, hampir seluruh adik kelas yang mengabadikan momen itu ke dalam instastory mereka.Saking fokusnya menatap layar ponselnya, tanpa sadar Zelen sudah berada di depannya. Arlo dan Nathan yang duduk persis di belakang meja Dion, segera menepuk pundaknya.“Dion!”Lirik mata mereka ke arah gadis itu. Dion terkejut, membuat tangannya sibuk memasukkan ponselnya ke dalam saku celana. Dan menyuruh Zelen untuk duduk di kursi yang bersebelahan dengannya.“Udah lama? Duduk sini.” tanya Dion basa-basi, sambil menyerahkan kursi kepada Zelen“Ngga, barusan banget sih. Dibukain pintu sama Kak Max, kirain Kak Dion yang buka.”Dion hanya menganggukkan kepala, pandangannya sedikit beralih melihat pintu ruang kelas tersebut. Pintunya dibiarkan terbuka
Cahaya matahari yang memasuki celah ventilasi kamarnya, membuat dirinya semakin tidak sabar untuk mengajak Dion keluar.Tetapi lagi-lagi sampai sore hari, ia tidak mendapat balasan. Menunggu sebuah notif pesan masuk, membuatnya merasa sangat bosan. Ia terus mengacak-acak rambutnya.Sampai pada akhirnya ia memilih untuk membersihkan dirinya dan bersiap mengajak Dion pergi, ia akan bersilaturahmi ke rumahnya.Setelah selesai, sekarang ia menghadapi pilihan yang sulit. Dimana ia bingung memilih pakaian apa yang akan ia pakai. Di lemari pakaian miliknya, hanya beberapa baju saja yang sudah ia setrika. Yang setidaknya sudah terlihat rapi, tetapi sebenarnya ini bukan kencan atau apapun. Tetapi mengapa seolah-olah dirinya harus terlihat cantik dihadapan Dion nanti?***15 menit ia berdiri di depan lemari pakaiannya itu. Tubuh mungilnya yang terbalut handuk putih, serta jari kakinya yang mulai menampakkan warna pucat di
Sejak kejadian kemarin sore, Farren dan Dion menjadi renggang. Farren untuk beberapa hari terakhir tidak mengirimkan pesan kepada Dion.***-Senin-Hari sudah pagi, menunjukkan pukul 06.00. Dion terbangun dengan mata sembabnya, matanya menjadi sangat kecil menyipit. Ia terbangun karena Snoopy terus saja menggonggong.Mengecek ponselnya yang sudah tergeletak diatas meja kecil, di samping kasur tidurnya. Baterainya sedang mengisi daya. Banyak notif pesan masuk, tentunya saja dari para adik kelasnya.Lalu ia mengumpulkan niatnya untuk mandi. Matanya menatap kosong langit-langit kamarnya, dan tubuhnya mulai menggeliat ke samping kanan dan kiri.Setelah 10 menit bermalas-malasan dengan kasurnya, ia segera bangun dan berjalan menuju kamar mandi dalam. Tetapi sebelum ia mengarah kesana, rutinitas paginya adalah membuka jendela dan gorden yang dimana di depannya ada sebuah balkon kecil melingkar.Dion berjalan memb
Mereka berdua sudah sampai di bioskop. Banyak pengunjung sedang membeli tiket dan menunggu jadwal film tayang, sembari bersantai di sebuah cafe kecil di lantai 1.Kebetulan mereka sampai sesaat sebelum film di putar. Memilih duduk di dekat pintu bioskop, sementara sambil menunggu petugas bioskop membukakan pintu studio.“Ga takut nonton film horror?” tanya Dion kepada Sofia“Suka banget sama film horror sih, jadi harusnya ga takut.” jawabnya sambil tersenyum menunjukkan deretan giginya***5 menit berlalu, petugas bioskop sudah stand by di depan pintu. Lalu membuka pintu studio, sembari menerima tiket pembelian dari pengunjung. Sofia dan Dion, berdiri mengikuti antrian untuk masuk.Giliran mereka untuk menyerahkan tiket, yang nantinya akan di sobek satu sisi kertasnya sebagai tanda bukti. “1 atau 2 orang?” tanya seorang petugas berbadan besar yang memiliki raut wajah y