Kimi mulai pusing dengan tingkah Marsha yang melebihi anak seusianya, bahkan kenakalan Biru dan Segara, tidak ada apa-apanya dengan Marsha yang masih berumur empat tahun.Sore itu Marsha keluar dari rumah, lalu melempar batu hingga mengenai kaca mobil tetangga Kimi, tentu saja hal itu membuat Kimi harus terkena omelan dari tetangganya, kemudian mengganti rugi kerusakan yang dibuat Marsha.Sekarang, Marsha duduk berhadapan dengan Kimi dan Richie. Kimi terlihat murka, bukan masalah uang yang dikeluarkan untuk ganti rugi, tapi dia mencemaskan Marsha, takut jika orang lain bertindak kasar terhadap putrinya yang memang susah diatur.“Kapan kamu bisa berhenti bandel, Sha. Kamu ini masih kecil, kenapa suka melakukan hal-hal berbahaya? Apa kamu tahu resikonya saat melempar batu itu? Bagaimana kalau pemiliknya tadi marah dan langsung memukulmu?” Kimi terlihat cemas tapi juga marah.“Marsha tidak nakal, Mi. Marsha hanya lagi ngejar kucing yang nyuri ikan,” jawab Marsha membantah ucapan Kimi.“N
Marsha pergi ke kamar Kimi, hingga melihat sang mami yang duduk di tepian ranjang dan terlihat begitu sedih. Dia pun mengetuk pintu, lantas masuk meski Kimi tidak mempersilakan.“Mi.” Marsha mendekat dengan sedikit rasa bersalah, terutama ketika melihat maminya yang sedih.Kimi tidak menjawab panggilan Marsha, memilih memalingkan wajah untuk menyembunyikan kesedihannya.“Mi, aku minta maaf,” ucap Marsha sambil duduk di samping Kimi. Dia bahkan menyentuh telapak tangan Kimi agar maminya itu mau menoleh ke arahnya.Kimi akhirnya menoleh, kemudian menatap Marsha yang terlihat menyesal.“Mami marah ke kamu, bukan berarti Mami itu benci atau tidak menyukaimu, Marsha. Mami itu sayang sama kamu, takut jika terjadi sesuatu kepadamu,” balas Kimi akhirnya mau bicara. Sedangkan Marsha hanya diam mendengar ucapan Kimi.“Kamu itu anak satu-satunya Mami dan Papi, jika terjadi sesuatu kepadamu, apa yang akan kami lakukan? Mami pasti akan merasa bersalah,” ujar Kimi kemudian.Marsha hanya diam, bahka
Marsha terlihat meregangkan kedua tangan ke atas setelah kelas selesai. Dia bersyukur bisa melewati hari ini tanpa masalah.“Sya, aku pergi dulu, ya. Soalnya ada perlu.” Zie sudah berkemas dan siap untuk pergi.“Oke.”Marsha menatap Zie pergi, lantas merapikan bukunya dan memasukkan ke tas, kemudian ikut berdiri dan bersiap pulang.Gadis itu berjalan sendiri keluar dari kelas, melangkah ke arah gerbang sekolah di mana siswa lain juga berjalan untuk pulang.Marsha berdiri di bahu jalan, hendak mencari taksi untuk pulang karena hari itu memang tidak ada yang menjemputnya. Hingga tiba-tiba ada sebuah mobil berhenti tepat di depan Marsha. Gadis itu mengerutkan dahi melihat mobil itu, lantas memilih mundur dengan pandangan menengok ke kanan dan kiri mencari taksi.Dua pria berumur tiga puluhan keluar dari mobil, mereka lantas mendekat ke Marsha dan memegang kedua tangan gadis itu.“Hei! Siapa kalian? Apa-apaan ini?” Marsha terkejut dan mencoba memberontak.“Ikut saja!” Salah satu pria mena
Setelah berhasil kabur dari penculik. Andro pun mengajak Marsha ke taman yang ada di kota dan ramai orang berlalu lalang.“Tunggu di sini sebentar,” ucap Andro kemudian meninggalkan Marsha sendirian.Marsha duduk waspada, takut jika penculik tadi mengejar mereka.Andro ternyata membeli minuman, dia datang membawa dua botol air mineral.“Minumlah!” Andro memberikan satu botol untuk Marsha.Marsha menenggak cepat isi botol itu. Dia benar-benar haus karena tadi sempat berlari bersama Andro.“Terima kasih karena kamu menolongku,” ucap Marsha. “Aku tidak tahu apa yang akan terjadi denganku, jika kamu tidak nekat membuntuti,” imbuhnya.Andro baru saja selesai minum, hingga kemudian menatap Marsha yang sedikit tenang.“Untung saja aku datang tepat waktu, coba terlambat sedikit saja, mungkin kamu sudah diapa-apain sama penculik itu,” ujar Andro yang malah menakut-nakuti Marsha.Marsha menelan ludah susah payah, dia memang ketakutan tadi dan sudah berpikir macam-macam. Bahkan dia sampai takut
Marsha duduk bersama Kimi dan Richie saat kedua orantuanya itu sudah pulang semua."Kamu tadi bilang kalau mengalami hari yang berat, memangnya ada apa?” tanya Richie.Marsha berpindah duduk di antara Kimi dan Richie, membuat orangtuanya itu terkejut dan menatapnya heran.“Ada apa sih, Marsha?” tanya Kimi keheranan.Marsha menggenggam telapak tangan Kimi dan Richie, sebelum kemudian menyandarkan kepala dengan manja di lengan sang mami.Kimi menatap Richie, menaikkan satu sudut alis seolah sedang melempar pertanyaan melalui tatapan. ‘Apa yang terjadi dengan putrimu.’“Mami dan Papi tidak tahu kalau aku tadi sangat ketakutan,” ucap Marsha mulai bercerita.Kimi mengerutkan dahi karena tidak tahu dengan hal yang terjadi.“Memangnya dikejar hantu, sampai kamu ketakutan,” ucap Kimi dengan nada candaan.“Bukan hantu lagi, tapi ini penculik, Mi. Aku sampai berpikir tidak bisa melihat kalian lagi,” balas Marsha dengan mimik wajah takut dan sedih, meski sebenarnya sudah tidak merasa seperti itu
Kimi dan Richie berada di kamar berdua. Keduanya menghabiskan malam sambil berbincang di atas tempat tidur.“Aku tidak bisa berhenti mencemaskan Marsha, Pi.” Kimi mulai mengeluh tentang Marsha seperti hari-hari berikutnya.“Sabar, mau bagaimana lagi. Memang anaknya begitu,” ujar Richie.Kimi mendesau hingga kedua pundaknya turun.“Bagaimana tidak cemas, putrimu itu badungnya minta ampun. Sampai-sampai ada yang menculiknya, jangan-jangan para penculik itu melakukannya karena dendam ke Marsha. Bisa sajakan Marsha melakukan sesuatu hingga membuat orang-orang marah, lantas mereka ingin balas dendam,” ujar Kimi menduga-duga.Richie menghela napas kasar, juga tidak bisa menebak kenapa ada yang mau menculik sang putri. “Semoga dengan kemarin kita menasihatinya, Marsha bisa berubah. Kita saat ini hanya bisa berdoa dan bersabar saja,” balas Richie akhirnya.Kimi pun mengangguk, hingga tiba-tiba terlintas sebuah keinginan di pikirannya.“Rich, menurutmu kalau aku ikut promil, apakah masih bisa
Hari itu Nova mengadakan pesta di rumahnya. Richie, Kimi, dan Marsha pun hadir di pesta itu. Banyak teman Nova yang datang, termasuk teman Nova yang ingin menjodohkan cucunya dengan Marsha.“Richie, Kimi, ini Cantika teman Mama.” Nova memperkenalkan temannya.Richie dan Kimi tentunya bersikap sopan dengan menyapa dan memperkenalkan diri.“Ini Jeremy. Cucunya Cantika.” Nova lantas memperkenalkan seorang pria yang berdiri di samping temannya.“Dia itu yang Mama ceritakan kemarin dan mau Mama jodohkan sama Marsha,” bisik Nova ke telinga Richie.Richie langsung menoleh sang mama karena kembali membahas masalah perjodohan Marsha.“Selamat malam, Om, Tante.” Jeremy menyapa dengan sopan, sedikit membungkukkan badan untuk memberi hormat.Kimi sedikit terkesima dengan sikap Jeremy yang ramah dan sopan, jarang ada pria seumuran Jeremy yang bisa menghargai orang yang lebih tua darinya.Setelah berkenalan, Richie meminta bicara berdua dengan Nova, sedangkan Kimi memilih menemani Cantika dan Jerem
“Aku ada urusan bisnis ke luar kota selama beberapa hari.”Richie yang baru saja pulang dan kini sedang melepas manik kemejanya, langsung mengungkapkan perjalanan bisnis yang harus dilakukannya.“Ke mana?” tanya Kimi.“Ke Semarang,” jawab Richie.Kimi terlihat berpikir, kemudian kembali memandang Richie.“Berapa hari?” tanya Kimi kemudian.“Mungkin lima atau enam hari. Soalnya mau peninjauan lokasi pabrik baru di sana,” jawab Richie.Kimi tiba-tiba bangun dari duduknya, lantas berjalan dengan cepat ke arah Richie berdiri.Richie mengerutkan dahi, menatap Kimi yang tersenyum-senyum.“Kenapa kamu tersenyum seperti itu?” tanya Richie dengan satu alis tertarik ke atas.“Rich, aku boleh ikut nggak?” Kimi bicara dengan manja, bahkan memainkan jari di dada suaminya.Richie merasa aneh karena Kimi mau ikut, tapi kemudian tersenyum dan mengangguk.“Boleh, sekalian honeymoon lagi. Kita sudah lama tidak pergi bersama,” ujar Richie, dia ingin memanfaatkan waktu bersama.Kimi mengangguk-angguk set