Naya mendudukkan dirinya dibawah pohon setelah lelah mencari jalan keluar. Tadinya gadis itu hanya ingin berjalan-jalan disekitar tenda, Namun tiba-tiba dia melihat kupu-kupu sangat indah yang membuatnya tanpa sadar berlari mengikuti kupu-kupu itu hingga tersesat seperti sekarang . "Aku lelah. Aku harus jalan kemana lagi." KRIEK..... Dengan cepat gadis itu menoleh saat mendengar suara sesuatu, daun yang berada tidak jauh dari nya tiba-tiba saja bergerak. "Apa itu? Angin? Tapi jika angin kenapa hanya pohon itu yang bergerak," gumamnya. "Bagaimana jika hewan buas ?" Naya langsung berdiri tegap, matanya tak lepas menatap daun -daun yang masih bergerak semakin kencang. Hingga beberapa detik kemudian suara teriakannya keluar begitu saja setelah melihat seekor hewan entah apa itu keluar dari daun-daun yang bergerak tadi. Naya berlari cepat, tidak peduli jika kakinya benar-benar sakit karena terlalu lelah. Tanpa di sangka ternyata hewan itu mengikuti nya yang berlari membuat naya terus m
Waktu sudah menunjukkan pukul 5 pagi. Pak Arka dan Naya memutuskan untuk kembali mencari jalan keluar. "Pak, saya bisa jalan sendiri." ucap Naya saat pak Arka sudah duduk didepan nya, meminta Naya agar naik keatas punggung nya. "Kakimu masih sakit, Nay." "Tapi lengan bapak juga sakit." "Kamu mau naik ke punggungku atau aku gendong didepan seperti koala?" Naya tahu ini pilihan yang harus dipilih, dengan berat hati akhirnya dia naik keatas punggung pak Arka. "Pegangan nanti jatuh." "Bapak yakin lewat sini?" tanya Naya ragu. Sudah lebih dari 10 menit mereka berjalan namun belum menemukan tanda tanda jalan keluar. "Kamu meragukanku ? Lihat itu." Naya menoleh kearah tunjuk pak Arka, di tanah terdapat banyak tanda yang sengaja dia buat semalam saat mencari Naya agar memudahkannya untuk kembali. Semalam dia tidak bisa melihat tanda nya karena gelap jadi itulah alasan kenapa semalam mereka tersesat kembali. Pak Arka terus berjalan mengikuti petunjuk itu, keadaan benar-benar hening, h
Sejak tadi Naya berpura-pura fokus pada kertas ulangannya karena pak Arka tidak berhenti menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan. Biasanya pak Arka selalu mengganggunya saat mengajar, seperti menyuruh nya mengerjakan tugas didepan kelas atau sekedar menyebut namanya ditengah aktifitas mengajar nya. Namun kali ini sedikit berbeda, bahkan sejak 1 jam yang lalu pak Arka memantau ulangan, dia belum menyebut nama murid kesayangannya itu sekalipun. dia hanya diam memandang tanpa mengeluarkan suara apapun. "Waktu kalian tinggal 15 menit lagi. Koreksi jawaban kalian dengan teliti karena saya tidak akan memberi tambahan waktu jika kalian salah megerjakan atau belum menulis nama," Seru Pak Arka. "Naya, Stt." panggil Juna pelan. "Kenapa?" "Boleh pinjam bolpoin kamu? Punyaku mati." Naya mengambil salah satu bolpoin dari tempat nya lalu memberikannya pada pria itu. "Thanks, Nay," Ucap Juna namun gadis itu hanya tersenyum menanggapi nya. Dia sempat melirik kearah pak Arka sekilas sebel
Naya hanya bisa berdiri diam sambil menunduk karena sudah tertangkap basah oleh guru gila nya itu. "Kamu tahu kan yang kamu lakukan ini merupakan tindakan yang melanggar aturan sekolah? Kamu bisa dikeluarkan dari sekolah karena sudah tertangkap basah masuk kedalam ruang guru tanpa izin dan mencuri soal ulangan..." "Saya tidak mencuri pak ! Saya hanya mencari hasil ulangan saya," sahut Naya cepat. "Bukankah sudah kubilang tidak ada hasil ulanganmu ?" "Karena bapak menyembunyikannya. Bapak yang mensabotase hasil ulangan saya. Saya akan melaporkan bapak pada kepala sekolah," Ancam gadis itu membuat Pak Arka tersenyum sinis. Melaporkan ke kepala sekolah? Yang benar saja, bahkan Pak Arka jauh mempunyai bukti rekaman cctv Naya yang masuk ke ruangan nya diam-diam. "Coba saja kalau kamu berani. Dan kita lihat siapa yang akan menang, Nayena Lim." Naya mengepalkan tangannya kesal mendengar apa yang baru saja gurunya itu katakan. "Bagaimana bisa bapak melakukan ini pada saya? Apa salah saya
[ Jangan Di angkat : "Sayang jangan lupa bawakan makan siang untukku nanti. Aku tunggu diruanganku." ] Naya melotot geli membaca pesan dari guru gila nya itu. Oh ayolah bahkan sekarang gurunya itu sedang mengajar, bagaimana bisa sempat sempat nya mengiriminya pesan apalagi dengan panggilan sayang? Dasar sinting, pikirnya. [ Jangan di angkat : "Sayang, kamu mengabaikanku? Ah apa perlu aku ingatkan tentang perjanjian itu?" ] [ Jangan di angkat : "Kamu bermain ponsel disaat jam pelajaran tapi tidak membalas pesanku? Ah apa aku harus menghummu?" ] [ Naya : "Baik pak." ] Pak Arka tersenyum senang setelah mendapat balasan pesan dari Naya walupun hanya kata singkat. [ Jangan di angkat : "Jangan menekuk wajahmu seperti itu,apalagi memanyunkan bibirmu. Kamu ingin merasakannya lagi?" ] "Apa?!" teriak Naya tanpa sadar setelah membaca isi pesan dari guru gilanya itu. membuat semua murid langsung menoleh kearah nya. "Ada apa, Nayena Lim?" tanya pak Arka seolah tidak tahu apa apa. Naya mena
"Nay!" teriak Jihan saat melihat Naya yang baru saja keluar dari kelas. Jihan bersama Sina, Dahya dan Yuna berlari menghampiri nya "Pulang bareng yuk? Sekalian kita mau nongkrong bentar di cafe baru deket sekolah." "Tenang katanya Yuna yang mau traktir," sahut Dahya karena Naya itu anti buang buang uang hanya untuk nongkrong. "Iya Nay, sebagai ucapan terima kasih karena kalian mau terima aku jadi temen kalian," kini Yuna mulai bersuara. "Hmm iya boleh.." Belum sempat gadis itu membalas ucapan temannya, Ponselnya sudah lebih dulu bergetar. [ Guru Gila Mesum : "Pulang denganku. Tunggu aku di parkiran. Tidak ada penolakan! Ingat kamu masih ada perjanjian denganku." ] Gadis itu sudah mengganti username gurunya itu sejak kejadian tadi siang. "Kenapa Nay? Ada masalah?" tanya Jihan menyadari perubahan ekspresi sahabatnya itu. "Mm sorry sepertinya aku tidak bisa ikut. Ibuku baru saja mengirimiku pesan katanya aku harus pulang sekarang. Kedai sedang ramai." "Yah padahal kita udah lama
"Malam ini kamu menginap disini," Kalimat itu masih berputar di kepala Naya, guru gila nya itu memang benar benar gila. Dengan gampang nya dia menyuruh murid nya untuk menginap? Astaga benar benar guru gila. "Kenapa masih diam? Cepat makan makananmu," perintah pak Arka pada Naya yang hanya diam menatap ayam goreng yang sudah di pesan tadi. "Pak, saya ingin pulang. Ibu saya pasti khawatir saya tidak pulang. Ibu saya hanya tinggal sendiri di rumah jadi biarkan saja pulang." Pak Arka meletakkan sendok yang baru saja ia gunakan, tangannya kini menyila didepan dadanya "Sekali aku bilang tidak ya tidak. Kamu lupa? Kamu masih terikat perjanjian denganku. Ini belum ada 24 jam, perjanjian itu akan berakhir besok jam 12 siang " jelas Pak Arka. "Tapi pak bagaimana dengan ibu saya ? Dia pasti mencari saya." "Kamu bisa menghubunginya, bilang saja kamu menginap di apartmentku," jawab pak Arka santai sambil melanjutkan acara makannya. "Apa? Apa katanya? Benar benar gila! Yang benar saja, ibuku
"Hah! Beneran kamu Nay?!!" teriak Jihan kaget setelah Naya menceritakan semua nya, hubungannya dengan pak Arka ah lebih tepat nya perjanjian konyol itu. Naya terpaksa bercerita buat minta perlindungan teman temannya karena setelah kejadian semalam Naya benar benar masih takut. "Beneran psycho tuh guru," geram Dahya kesal. "You got me feeling like a psycho psycho." sahut Sina bernyanyi. BUGH.... "Akh sakit, Han," rintih Sina saat Jihan memukul lengannya. "Jangan bercanda." "Cihh ternyata tampang tidak mencerminkan perilakunya," lanjut Dahya. "Apa tidak sebaiknya kamu lapor pada kepala sekolah saja, Nay? ?" sahut Yuna. "Tidak semudah itu. Aku pernah melaporkannya soal hasil ulangan tapi semua justru kacau. Dia bisa memutar balikkan fakta. Kalian jangan bilang siapa siapa ya tentang ini ? Aku benar benar takut," Naya menunduk takut, sebentar lagi bel masuk sekolah. "Kita tidak bisa menolong mu Nay karena kita beda kelas. Jadi bagaimana ini?" "Apa kita minta pindah kelas?" "Tida