Hari telah menjelang sore. Kala Clarisa terbangun. Dia mulai berjalan menyusuri kamar hotel. Dia duduk di sofa ruang tamu. Menatap pemandangan yang sangat indah dari balik jendela besar yang berada di ruang tamu.
Pemandangan yang indah itu terlihat begitu jelas dari sana. Clarisa sedikit merenung sedetik kemudian perut nya berbunyi karena lapar.
Clarisa mengetuk pintu kamar.
Tok... tok... tok... sayang apakah kau sudah bangun. Berulang kali Clarisa mencoba memanggilnya namun tidak ada jawaban.
Dia segera mendorong pintu kamar. Dan mendapati Christian yang tidak ada di kamarnya.
“Christian... Christian...” panggil Clarisa. Dia sedikit panik, hingga menggedor pintu kamar Jay.
Jay yang terbangun karena sebuah keributan. “Ada apa Nyonya?” ucap Jay. Seraya mengucek matanya yang masih kantuk.
“Christian tidak ada di kamarnya, bagaimana ini?” ucap Clarisa yang sedikit cemas.
Jay terkejut. “APA
Di penjara Yunita cukup tertekan. Teman satu selnya bahkan berani memukuli wajah cantiknya. Setiap malam dia pasti merasa kesakitan karena ditindas. Dia begitu tersiksa, bagaikan ingin mati hari itu juga. “Aaahhh,” teriak Yunita. “Hei nona cantik, di sini penjara.” “Kau teriak sekeras apa pun tidak akan ada yang menolongmu,” ucap seorang tahanan. “Ku dengar kau menyinggung tuan muda Lukas Jiang, hingga kau berakhir di sini.” “Sungguh kau sangat sial, jika berurusan dengannya. Kau tidak akan keluar dengan cepat dari sini.” “Kau pasti sangat menyesal, karena perbuatanmu.” Yunita berkata. “Ini semua karena wanita itu. Jika saja dia tidak kembali ke sini, aku tidak akan mengalami hal seperti ini,” umpatnya. “Dan sekarang kau harus bertugas membersihkan ruangan, mencuci, dan juga membersihkan toilet,” ucap sang tahanan yang telah lebih lama berada di penjara. “Apa!” Yunita terperanjat kala harus melakukan semua tugas
Yunita di bawa kembali ke dalam sel. Dia di lemparkan begitu saja oleh petugas sipir, dia masih meringkuk kala yang berkuasa di sel itu menghampirinya. “Hei. Bangun... cepat bangun...” perintahnya. Seraya menggoyang-goyangkan tubuh Yunita dengan kakinya. Yunita tetap saja tidak bergeming. Hingga akhirnya teman satu selnya memukulinya tanpa ampun. Namun Yunita tak bergerak maupun melawan. Pikirannya masih melayang kala Marco telah menceraikannya. Perlahan air matanya kembali menetes, seraya merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Bahkan sipir penjara pun tidak melihat keributan yang sedang terjadi dalam selnya. Teman satu selnya menarik tubuhnya. “Hei bangunlah. Kau harus menyelesaikan pekerjaanmu,” ucap seorang wanita yang lebih muda. Yunita menatap nanar kedua wanita yang sedang menindasnya, dia sedikit menyunggingkan senyuman sinis. “Ah. Tidak bisakah kalian memberiku sedikit waktu. Hatiku bahkan masih terluka,” ucapnya. Yunita
Di rumah sakit.Kondisi Conan telah stabil bahkan Conan sudah bisa keluar 2 hari lagi, Lukas cukup bahagia kala mendengar kabar baik itu, di tambah sel kankernya belum berkembang.Tok... tok... pintu kamar di ketuk.“Masuk,” ucap Marvel.Clarisa masuk ke dalam. Di lihatnya Conan sedang tidur, begitu pula dengan Lukas di ruangan satunya. Clarisa tersenyum kala melihat keduanya.“Apakah Christian tidak ikut?” tanya Yo Han.“Ah. Iya dia tidak ikut, saat aku pergi dia masih tertidur bersama tuan Gerald,” jawabnya.“Ah ya,” ucap Yo Han.“Baiklah karena kakak ipar sudah datang kami ingin undur diri lebih dulu,” ucap Marvel.“Mmm.,, silakan,” Clarisa menganggukkan kepalanya, seraya mempersilakan merek untuk pergi.“Kami pergi dulu ya, tolong jaga Lukas,” ucap Raymond.Clarisa hanya menganggukkan kepalanya. Kini langit telah gelap.
Di kamar hotel Gerald terbangun, dilihatnya wajah Christian yang tertidur. Dia begitu damai dalam tidurnya. Dia berbisik. “Tidurlah lebih lama, aku akan pergi sebentar.” Gerald meninggalkannya, pergi perlahan-lahan karena takut membangunkan Christian.Dan saat dia keluar kamar dia begitu terkejut kala semua teman-temannya berada di kamarnya. Saat keluar kamar Gerald terlihat begitu semringah, wajahnya berseri-seri.“Astaga. Apa yang kalian lakukan di sini?” Dengan sedikit kaget dia berkata.“Untuk apa lagi? Kami sangat mengkhawatirkanmu,” ucap Marvel.“Aku?”“Memangnya ada apa denganku?” Tanya nya.“Ah. Sepertinya kita tidak perlu mengkhawatirkannya lagi.”“Lagi pula kalian bisa lihat bukan? Jika dia tersenyum begitu bahagianya,” ucap Yo Han.“Ah sial. Sia-sia aku mengkhawatirkanmu,” ucap Raymond.Marvel berkata. “Sunggu
Ke esokkan harinya Conan telah keluar dari rumah sakit, dia cukup bahagia. Karena ke esokkan harinya mereka akan kembali k3 Jincheng. Tidak lupa juga mereka membawa Athes bersama mereka.Conan terlihat lebih ceria. Di tambah selama beberapa hari ini dia tidak merasakan gejala sakitnya.“Ayah,” panggilnya.Lukas menoleh, seraya tersenyum dia berkata. “ Ada apa?” tanya nya.“Aku ingin makan kue,” pintanya.“Tentu saja,” jawabnya.Conan telah berganti pakaian, dia mengenakan pakaian kasualnya. Dia terlihat tampan. Namun terlihat jelas perubahan tubuhnya yang kehilangan cukup banyak berat badan.“Di mana ibu?” tanya nya.“Mereka sedang membeli sesuatu, bersama Christian,” jawabnya.Conan menganggukkan kepalanya, Lukas kembali melihat laptopnya. Sedangkan Jay membereskan barang-barang yang akan dibawa pulang.“Terima kasih tuan Jay,” uc
“Ayah... kemarilah. Aku tahu ayah ada di sana,” panggilnya.Lukas yang mendengar suara Conan pun segera mendorong pintu, dan tampaklah tubuh tinggi Lukas.Clarisa yang sedang terisak, bergegas menghapus air matanya. Lukas memandang Clarisa, terlihat sebuah kalung cantik yang menghiasi leher jenjangnya.“Kau terlihat sangat cantik,” seraya memegang lembut tangan Clarisa.Clarisa hanya tertunduk malu, menghadapi pujian dari Lukas.Conan berkata. “Ayah ajaklah ibu pergi, ajaklah ibu membeli sesuatu.”“Temanilah ibu jalan-jalan, selagi masih berada di sini,” pintanya.“Habiskan waktu kalian bersama, aku tahu semenjak di sini, ayah dan ibu tidak memiliki waktu bersama.”“Maka pergilah, jangan pula ajak Christian. Nikmati waktu kalian,” pintanya.Lukas tak berkata apa-apa begitu pula dengan Clarisa, mereka seketika membatu.“Kenapa masih
Clarisa dan Lukas menghabiskan waktu mereka hingga malam, sebelum pulang mereka datang ke sebuah restoran. Dia membawanya ke tempat yang romantis, menikmati alunan musik klasik, yang begitu menenangkan hati. Clarisa bahkan menikmati setiap makna yang terkandung dalam musiknya, dia memejamkan kedua matanya, merasakan aliran darahnya yang mengalir begitu lembutnya di bawah kulit tubuhnya. Dalam benaknya dia berpikir. “Ah lagu ini, aku tahu. Nada ini seperti mengalir saja saatku mendengarkannya,” batinnya. Seraya tersenyum lembut. Lukas yang duduk di hadapannya seakan merasakan apa yang Clarisa rasakan. Lukas seakan merasakan ketenangan yang sangat luar biasa, wajahnya begitu damai kala memandangi Clarisa yang ada di hadapannya. Setiap detiknya begitu terasa sangat seakan semua yang berada di hadapannya terhenti seketika. Hingga sebuah suara membuyarkan lamunannya. “Lukas,” panggilnya. Lukas terperanjat kala Clarisa menepuk punggung tangan Lukas.
Lukas beserta Clarisa pun tiba di hotel, mereka memasuki kamar. Di sana masih banyak orang. Mereka menunggui Conan, karena tidak ingin kejadian sebelumnya terjadi lagi. “Kalian masih ada di sini!” ucap Clarisa. Seraya berjalan melewati mereka semua. Sedangkan Lukas dia tidak bicara apa pun, namun raut wajahnya begitu baik. Mereka pikir telah terjadi sesuatu yang baik hari ini. “Apakah kau menikmati harimu bersamanya kakak ipar?” tanya Marvel. Clarisa menunduk seraya menganggukkan kepalanya. Jika mengingat kejadian panas di mobil, wajahnya memerah, dia begitu tersipu malu. “Cie,” semua orang bersorak kala Clarisa menganggukkan kepalanya. Sebuah ketukan di meja membuat semua orang terdiam. Ya itu adalah suara ketukan jari telunjuk Lukas. Dia ingin semua orang berhenti menggodanya. Clarisa yang masih menunduk segera masuk ke dalam kamar Lukas, dia tidak tahan di goda oleh teman-teman Lukas. “Berhentilah,” serunya dengan nada sedik