“Sayang.” Jagat berjalan mendekati Jasmine yang baru saja keluar dari kamar mandi.
“Jangan panggil aku sayang! Hanya dengan menyebutku Sayang, kamu udah langsung bisa membuat aku seperti ini dan aku nggak suka hal itu!” seru Jasmine seraya menatap tajam Jagat. Ia berjalan dengan sekuat tenaganya menahan rasa nyeri di area pangkal pahanya. Dan rasa kesakitannya ini gara-gara pria menyebalkan di hadapannya ini.
“Oke ... Jasmine. Aku udah pesan sarapan buat kita. Sebaiknya kita sarapan dulu.” Jagat harus ekstra bersabar menghadapi Jasmine. Selain dirinya yang merasa bersalah, ia juga tak ingin jika sampai Jasmine meninggalkannya hanya gara-gara ia terus-menerus menentang perkataan Jasmine.
“Aku mau siap-siap pulang.” Jasmine mencari keberadaan ponselnya untuk memesan tiket pesawat. Kali ini ia akan mengurus kepulangannya sendiri tanpa ingin melibatkan Jagat.
“Mama? Mama khawatir sama aku. Maafin aku, Ma,
“Dasar Duda nggak tahu diuntung, nggak tahu diri! Baru tiga jam pergi udah cari yang lain aja.” Jasmine memasukan semua barang-barangnya di dalam koper.“Sayang.” Jagat mengikuti setiap gerakan Jasmine.“Ini yang kamu bilang cinta?! Ini yang kamu bilang kalau kamu nggak bakalan ninggalin aku, iya?! Kamu baru pergi tiga jam dan udah segampang itu kamu cari perempuan lain? Kamu hobi koleksi perempuan?!” seru Jasmine.“Sayang, dengerkan penjelasan aku dulu. Dia itu teman lama yang nggak sengaja ketemu di sini, lagipula dia di sana tadi juga sama suaminya.” Jagat mencoba menjelaskan kepada Jasmine yang sebenarnya namun sepertin ya kekasihnya itu sudah gelap mata hingga tak ingin mendengarkan apapun lagi.“Oke, kalau kamu ngga percaya, aku bisa bawa dia sama suaminya datang ke sini buat ketemu sama kamu.” Sambung Jagat karena ia tak mendapat respon apapun dari Jasmine.Jasmine sudah selesai men
Jasmine terkejut saat ia merasakan pelukan dari belakang tubuhnya. Ia merutuki kebodohannya karena ia lupa mengunci pintu kamarnya dan kamar mandi sehingga Jagat bisa menyusul dirinya di kamar mandi seperti ini.“Kamu kenapa ke sini?”“Aku kan juga mau mandi.” Jagat tak ingin melepaskan pelukannya dari tubuh Jasmine.“Kamu bisa mandi di kamar kamu atau di mana saja kan? kenapa harus mandi di sini?”“Karena aku mau mandi sama kamu.” Jagat membalikan tubuh Jasmine agar menghadap ke arahnya.Jasmine membuang mukanya saat Jagat menatapnya intens. Namun Jagat kembali mengarahkan wajah Jasmine agar menghadap ke arahnya.“Jagat, aku malu. Kamu keluar sana.”“Gimana aku bisa keluar kalau aku aja belum masuk.” Jagat mengecup bibir Jasmine seraya memajukan miliknya yang sudah menegang hingga mengenai perut Jasmine.Bulu
Tak terasa dua bulan sudah berlalu, kini hubungan Jagat dan Jasmine semakin dekat. Kini Jagat tak perlu lagi mengantar jemput Jasmine karena sudah mulai satu bulan yang lalu Jasmine mulai mengemudikan mobilnya sendiri. Meskipun hal itu membuat Jagat khawatir namun ia tetat tak bisa melakukan apa-apa karena itu sudah menjadi keputusan Jasmine.Sayangnya sampai detik ini Jasmine masih tak ingin membuka hubungannya dengan Jagat pada khalayak umum termasuk pada orangtuanya sendiri dan orangtua Jagat. Dan Jagat pun terpaksa harus menuruti keinginan Jasmine karena Jasmine selalu saja mengancamnya akan mengakhiri hubungan mereka.Jagat mengangkat kepalanya saat ia menyadari kalau pintu ruangannya terbuka. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, ia sudah tahu siapa yang saat ini sedang mengunjunginya karena hanya ada dua orang yang tak ingin repot mengetuk pintu saat memasuki ruang kerjanya dan kedua orang itu adalah ppa dan mamanya.“Papa ingin mengajak kamu makan
“Kamu nanti nginep di sini ya, Sayang.”“Nggak bisalah, aku nggak bisa sering-sering nginep di sini. Nanti bisa-bisa Mama sama Papa curiga,” sahut Jasmine.“Jadi kapan aku bisa menemui orangtua kamu buat melemar kamu?” tanya Jagat.Saat ini Jagat dan Jasmine baru saja selesai melakukan satu sesi percintaan mereka di kamar yang baru saja mereka putuskan untuk menjadi kamar mereka. Sebelumnya Jasmine selalu tak ingin kalau Jagat memintanya untuk memasuki kamar ini karena Jasmine menganggap kamar ini adalah kamar milik Jagat bersama Aakriti.“Aku masih belum siap, lagipula Kakak aku juga masih belum punya pasangan dan dia juga masih belum mau nikah jadi aku harus menunggu dulu,” sahut Jasmine.“Kita sudah menjalin hubungan selama empat bulan kan, ini sudah lebih dari cukup.”“Baru empat bulan, Jagat. Pasangan di luaran sana juga banyak yang pacaran selama bertahun-tahun tapi teta
Jasmine menunggu Jagat dengan cemas di dalam kamar. Saat pintu kamar terbuka, ia langsung menghampiri Jagat.“Jagat, bagaimana?” tanya Jasmine.“Mama sudah pulang.”“Kamu nggak bicara yang macam-macam kan sama Mama kamu?” tanya Jasmine cemas.“Nggak , kamu tenang aja. Oh iya, kamu jadi nginap di sini kan?”“Nggak ah, aku pulang aja.”“Tunggu sampai makan malam, kita makan malam bersama,” pinta Jagat.“Ya udah. Kalau gitu aku mau ke kamar Shagun dulu, aku mau ngecek belajarnya Shagun dulu.” Jasmine keluar dari kamar menuju kamar Shagun.Sampai di kamar Shagun ternyata Shagun memang masih belajar.“Ada kesulitan? Ada yang mau kamu koreksikan sama Kak Jasmine?” tanya Jasmine.“Iya, Kak. Tolong koreksikan tugasku yang ini.” Shagun menyodorkan sebuah buku tuli miliknya pa
Jasmine merasa cemas memikirkan tentang perjodohan yang akan dilakukan oleh keluarga Jagat. Jika itu sampai terjadi maka ia harus sanggup kehilangan Jagat untuk selama-lamanya. Dan itu tak akan pernah ia biarkan terjadi karena selamanya Jagat hanyalah miliknya. Jagat sudah mengambil harta berharga yang selama ini sudah ia jaga dan selama empat bulan berpacaran ia juga sudah memiliki gaya pacaran yang kelewat batas.Diakui atau tidak, saat ini Jasmine memang sudah sangat merasa nyaman dengan Jagat. Jagat tak hanya berperan sebagai pacar namun juga sebagai sahabat dan kakak laki-laki untuknya karena selama dirinya menjalin hubungan dengan Jagat, Jagat selalu mengayomi dirinya, melindungi dan melimpahkan semua cinta dan kasih sayang kepadanya.Pusing memikirkan soal Jagat, akhirnya Jasmine memutuskan untuk keluar dari kamarnya lalu menuju dapur.Sampai di dapur ia langsung menyalakan lampu karena rumah sudah sangat sepi di tengah malam seperti ini. Ia mencari-cari
“Dengan keluarga pasien?” Seorang perawat baru saja keluar dari ruang IGD.“Saya, Suster. Saya suaminya, istri saya sudah sadar?” sahut Jagat.“Sudah, Pak. Silakan masuk, Dokter ingin bicara pada Anda.”“Baik.” Jagat mengikuti perawat itu memasuki ruangan.“Bagaimana, Dokter?” tanya Jagat.“Bu Jasmine hanya syok, jadi tidak perlu khawatir. Emm setelah saya periksa sepertinya istri Anda sedang hamil.”“Hamil?!” seru Jasmine dan Jagat bersamaan.“Iya, untuk pemeriksaan lebih lanjut Anda bisa mmebawa istri Anda ke dokter kandungan.”“Ba-baik, Dokter. Terima kasih.” Dengan senyuman yang terbit di bibirnya, Jagat menjabat tangan Dokter.“Permisi.” Jasmine turun dari rajang lalu keluar dari ruangan bersama Jagat.“Ayo, Sayang, kita daftar ke poli kandunga
Kedatangan Monica dan Barmal disambut para pelayan di depan pintu rumah.“Di mana Jagat?” tanya Monica.“Tuan ada di kamarnya, Nyonya.”“Dia bersama siapa?”Mendengar pertanyaan Monica, para pelayan itu pun menundukkan kepalanya. Bekerja di rumah mewah ini patang bagi para pelayan mencampuri urusan majikannya apalagi sampai membocorkan hal yang dianggap rahasia oleh majikannya.Monica mendesah karena jengah dengan kebisuan pelayan di rumah putranya ini. Ia pun berjalan memasuki rumah mendahului suaminya.“Mama ini sebenarnya kenapa?” Tanya Barmal yang berjalan mengikuti langkah kaki Monica.“Papa tunggu di sini sebentar. Mama mau memastikan sesuatu dulu.” Monica melanjutkan langkah kakinya menuju kamar Jagat, sedangkan Barmal duduk di ruag tengah mengikuti intruksi Monica.Monica mengetuk pintu kamar Jagat seraya memanggil nama