Share

Part 10

“Bagaimana? Suka nggak dengan gaunnya?” Tanya Rendy lembut.

Gadis itu tersenyum malu-malu. “Suka Mas.”

Merasa gemas dengan tingkah malu-malu Melissa, Rendy memeluk erat gadis itu dari belakang. Sejak lamaran mendadak semalam, perasaannya ke gadis itu semakin menggila. Seakan tak mau berpisah walau hanya sebentar.

“Malu Mas.” Melissa menggeliat. Mencoba meregangkan pelukan erat calon suaminya itu. Tapi sia-sia. Pelukan itu semakin erat. Rendy terkekeh. Ia tak menghiraukan rengekan Melissa.

“Yakin mau yang itu aja?” Tanya Rendy ke sekian kali.

“Yakin Mas. Udah ah, kita ditungguin Mama loh.”

“Ya udah. Ayok.” Rendy menautkan jemari tangannya ke jemari Melissa. Mereka saling bergandengan dan melempar senyum sebelum keluar dari Butik tersebut.

Tak jauh dari posisi mereka, sepasang mata tajam tak mengalihkan pandangan sejak ia melihat interaksi keduanya.

*

“Gimana? Suka sama makanannya?” Ningrum tak sabaran.

Melissa mengangguk pelan. “Iya Ma. Ini enak banget.”

Senyum di bibir Ningrum mengembang. “Ini spesial loh buat mantu Mama yang cantik.”

Melissa tersipu. “Terima kasih, Ma.”

“Jangan sungkan. Kalau mau makanan yang lain, nanti kamu bilang saja. Mama udah dapet Chef yang bisa masak berbagai jenis masakan.”

“Mama ini ,,,, Apa tidak terlalu berlebihan?”

Ningrum menggeleng cepat. “Tentu saja tidak. Kamu itu anak Mama sebentar lagi. Ah, bukan. Kamu kan anak Mama sekarang. Iya kan?”

“I-iya Ma.”

Rendy tersenyum, melihat keakraban kedua wanita yang ada di hatinya itu.

Kini kedua wanita berbeda umur itu berada di taman belakang rumah. Taman yang begitu indah. Terdapat bermacam-macam bunga kesukaan Melissa di sana. Membuat gadis itu berbinar-binar. Yang tak Melissa tahu, taman itu memang dibuat untuk dirinya.

Ningrum tersenyum puas, saat calon menantunya begitu menyukai taman yang sengaja dibuat olehnya sehari setelah acara pertemuan keluarga lalu. Ya, sejak bertemu dengan Melissa, wanita paruh baya itu langsung jatuh hati padanya. Hingga ia mencari tahu semuanya tentang gadis itu. Mulai dari makanan,  hobi, cita-cita dan semuanya. Ia benar-benar ingin menjerat sang menantu.

“Lelah?”

Pertanyaan singkat Rendy membuat Melissa menoleh. Kini ia sedang bersantai di salah satu ayunan yang sengaja dipasang disana. Taman ini benar-benar seperti taman impian Melissa.

“Iya Mas. Soalnya aku tadi muter-muter lihat bunga sama Mama. Bunganya indah semua Mas. Lissa suka, kalau begini Lissa pasti betah di sini.”

Rendy menaikkan satu alisnya. “Betah di sini?”

Melissa yang menyadari ucapannya tadi menunduk  malu.

Astaga ,,,

Kok aku kelepasan sih

Mas Rendy pasti mikir yang lain

Mana sekarang dia ngegodain aku lagi

Rendy dengan cepat meraih tubuh mungil itu ke dalam pelukannya. Ia tak tahan dengan tingkah malu-malu calon istrinya.

“Kalau kamu kayak gini terus, Mas bakalan makin gemes loh.”

Melissa tersenyum dalam pelukan Rendy. “Mas sekarang suka peluk-peluk Lissa. Suka cium ...”

Upss ....

Oh My God

Ini bibir kok gak bisa di rem sih

“Kayak gini maksudnya kamu?” Rendy menarik dagu Melissa, dan secepat kilat mengecup bibir Melissa yang terasa manis.

Pipi Melissa bersemu. Calon suaminya memang paling pintar membuatnya terdiam.

“Nanti ketahuan Mama loh Mas. Lissa malu nanti, kayak yang waktu di rumah Lissa kemaren.”

Ya, kemaren saat mereka berdua berciuman di taman kecil di rumah Melissa, terpergok oleh Ningrum. Rendy sih biasa saja, tapi tidak dengan Lissa. Gadis itu takut. Takut bila calon mertuanya berpikir yang tidak baik. Karena saat itu wajah calon mertuanya tampak terkejut dan syok. Padahal yang membuat Ningrum terkejut itu karena sikap Rendy yang mesum.

“Santai aja. Mama nggak akan mikir kayak gitu kok.”

“Tapi tetap saja Lissa malu.”

Rendy yang berencana menggoda Melissa pun, kembali mengecup bibir gadis itu beberapa kali. Hingga ia merasa tak cukup untuk kecupan saja, ia melumat bibir pink itu dengan sensual.

Tak siap dengan serangan Rendy, Melissa hanya mampu menerima tanpa bisa membalas. Ia merasa terombang-ambing karena tersulut oleh permainan bibir Rendy.

Tanpa sadar satu desahan tertahan keluar dari mulut Lissa. Membuat Rendy semakin bersemangat melakukan hal lebih. Ia menaburkan kecupan basah di wajah Melissa. Membuat gadis itu mengerang.

Sial

Kalau dia pasrah kayak gini, bisa-bisa gue khilaf

Arghhh ,..

Dasar hasrat sialan

Rendy menarik diri, sebelum hasrat sialan itu menguasai otaknya terlalu dalam. Lihat,  kedua pipi itu begitu menggoda dan bibir yang basah karena saliva. Membuat Rendy meneguk ludah berkali-kali.

Keduanya terdiam. Itu bukan pertama kali Rendy mencium Melissa. Namun, kali ini auranya berbeda. Rendy tampak menggebu dan bergairah. Hingga bunyi notifikasi pesan di ponsel Rendy memecahkan keheningan mendadak itu.

Dimas

Semua undangan sudah tersebar, Tuan

Untuk persiapan keamanan pun sudah saya atur

Dan mengenai permintaan anda sudah saya laksanakan

Rendy tersenyum puas mendapatkan laporan dari anak buah Papanya, yang ia tugaskan mengatur keamanan disaat pesta pertunangannya nanti.

Bagus.

Pastikan semua sesuai rencana

Aku mempercayakan semua padamu

Jangan sampai ada yang terlewat

Tak sampai satu menit pesan itu mendapat balasan.

Dimas

Tentu Tuan Muda

Saya akan bekerja sesuai dengan perintah anda

Rendy memasukkan ponselnya kembali. Ia pun mendekat ke arah Melissa, dan melingkarkan tangannya di pinggangnya. Serta meletakkan dagu di pundak Melissa. Menikmati sore ini bersama calon istrinya.

Setelah mengantar Melissa pulang, ia pun segera pulang ke rumahnya sendiri. Mengingat besok akan menjadi hari yang melelahkan. Ya, pesta pertunangannya besok malam akan digelar di sebuah ballroom Hotel Pandawa dengan pesta mewah tentunya.

“Ck, segini hebohnya mereka.” Gumam Rendy lirih.

Rendy tak berniat membalas pesan-pesan itu. Ia hanya membuka pesan dari salah satu grup chat di sana.

Playboy Kampus UI

Dino  :Rendy bener-bener mau tunangan. Serius?

Fadly :Emang Lo gak dapet undangan apa?

Dino   :Dapet kok. Tapi gue cuma mastiin aja. Itu anak bener-bener gak lagi konslet kan?

Baim   :Hahahaha ,,, Lo pikir dia kabel listrik!?

Fadly  :Kayaknya otaknya Dino yang konslet. Padahal nih ya sejak cewek itu dibully sama gengnya Vera dkk, Rendy kan udah kayak yang bucin banget sama tuh cewek.

Baim    :Yang benar saja. Rendy  bucin? Mana bisa Playboy cap kadal kayak dia bucin. Yang ada dunia bakal kiamat.

Dino    :Jangan kiamat dulu donk. Gue kan belum kawin.

Baim   :By The Way, Lo mau kawin sama sapi atau sama kodok. Baru aja putus sama Diana.

Dino    :Jangan ngeremehin gue ya. Gue masih punya cadangan dua tau. Mana masih muda dan unyu-unyu lagi.

Fadly   : Kali ini anaknya siapa lagi yang Lo embat, No?

Dino     : Anak jurusan desain semester satu. Yang pakai kacamata Betty itu lho.

Fadly    : Hahahaha

Baim     : Hahahaha

Dino      :Terus-terusin aja Lo pada. Kalian nggak tau aja, itu kacamata kalo dilepas.

Baim     : Iyain aja deh

Fadly    : Rendy kemana sih. Gak nongol nih dianya?

Rendy   :Hush, jangan berisik.

Baim     : Eh Kadal!? Lo beneran mau tunangan sama Tikus kecil itu?

Rendy   : Iya. Kenapa?

Baim     : Lo nggak takut dikasih racun sama dia? Kok gue ngeri ya?

Rendy   : Hahaha,,, Lo nggak tau sih. Dia itu manis pake banget aslinya.

Dino      : Lo jatuh cinta?

Rendy    : Mungkin

Fadly     : Hahaha ,,, bener kan gue.  Ini kadal udah mulai bucin.

Baim      : Yang benar saja

Dino    : Haa

Rendy  : Mending kalian jangan berisik. Ah, satu lagi. Awas aja kalian ngiler lihat Melissa dalam mode dandan. Gue congkel mata Lo satu persatu.

Rendy keluar dari group chat di sana. Ia pun merebahkan tubuhnya ke kasur. Senyum terbit dari bibirnya, membayangkan wajah syok teman-temannya di acara besok.

“Hahahaha .... Gue penasaran bagaimana mereka akan melongo melihat Melissa” Monolog Rendy

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status