Mondy mendengarkan cerita Bintang dengan seksama. Ia sangat prihatin dengan keadaan sahabatnya saat ini. Dan Mondy tidak menyangka jika Dion akan melakukan hal yang tak senonoh saat pernikahannya dengan Bintang hanya tinggal menghitung jam.
“Selalu ada hikmah dibalik setiap kejadian, Bintang. Sabar. Tuhan pasti punya rencana lain untukkmu. Percaya sama aku.” Mondy memberi nasehat kepada Bintang. Ia terus menggenggam tangan Bintang dan sesekali mengusap punggung sahabat yang sangat disayanginya itu.
“Iya, Mon. Aku percaya itu. Ini jalan terbaik yang Tuhan kasih untukku.” Bintang melepas pelukannya dan mengusap air matanya. Sesekali masih menghela napas berat. Mencoba meredam sakitnya didada. Dua kali menjalani kisah cinta dan keduanya berakhir menyakitkan. “Jadi, kamu udah ambil cuti?”
“Iya, aku ambil 1 minggu khusus buat kamu,” ucap Mondy.
“Maaf cutimu jadi sia-sia karena aku.” Bintang berkata li
Setelah meminta ijin pada Bara dan Mondy untuk kembali kekamar dengan alasan masih mengantuk. Sebenarnya Bintang sedikit berbohong. Dia memang kembali kekamar tapi hanya membaringkan tubuhnya saja. mana mungkin pula kembali tidur diwaktu sepagi ini.Diluar sana, suasana tampak mulai tak secerah tadi saat Bintang bangun. Udara terasa semakin dingin dan mendung menggelayut diatas sana, siap menumpahkan air yang tertampung pada awan hitam itu.Bintang bergerak dari pembaringannya, mendekati jendela dan mengamati halaman rumahnya. Satu per satu tetes air hujan mulai turun.Hari ini rasanya bergerak lambat menurut Bintang. Hanya cuaca saja yang berubah, namun jam seperti enggan bergerak.Masih diingatnya dengan jelas bagaimana seharusnya menjadi hari yang paling bahagia untuknya. Tapi tuhan punya rencana lain untuk itu. Bintang membalikkan badannya dan mendapati sebuah gaun pengantin tergantung disana.Tepat di jam ini ia mengucapkan janji suci-seharusn
Bintang menggeliat pelan diatas tempat tidurnya. Kini ia sedang berada disalah satu hotel dikawasan Namsan, Korea. Ini adalah pagi pertamanya dinegara Ginseng itu setelah seharian kemarin menempuh perjalanan.Belum lagi perjalanan menggunakan pesawat yang membuatnya grogi. Tak bisa pula tidur sepanjang jalan. Dan akhirnya setelah sampai, Bintang langsung tertidur karena kelelahan. Tapi untuk perjalanannya kali ini Bintang memutuskan untuk melakukan pergi sendiri. Selain untuk Me time, Bintang juga hendak menguji dirinya sendiri untuk mengalahkan ketakutannya.Dilihatnya ponsel yang sejak semalam tergeletak diatas nakas sebelah tempat tidur. Sebelum merebahkan diri, Bintang mematikan dayanya. Ditekannya tombol untuk mengaktifkan kembali ponselnya dan langsung muncul beberapa pesan dari orang-orang tersayang.Mondy : Adik ipar, sudah sampai?Mama : Jangan lupa pakai pakaian hangat kalau mau keluar.Bang Bara : Jangan nakal disana.Semua pesan
Akhirnya setelah diyakinkan Mondy berulang kali, Bintang keluar dari persembunyiannya setelah hari menjelang sore. Tak memungkinkan untuk berkunjung ke banyak tempat hari ini, Bintang memutuskan untuk datang ke pusat perbelanjaan.Ramai, tentu saja. Namanya juga destinasy wisata. Bintang menikmati keadaan sekelilingnya sembari menatap kosong jalanan didepannya. Tanpa sengaja, Bintang menabrak seseorang dengan keras.Bruuukkk..Kedua orang itu langsung terjatuh dengan posisi terduduk. Bintang memegangi bokongnya yang terasa sakit. Namun ia melihat orang ditabraknya tadi dan langsung berdiri membantu.Seorang nenek sedang meringis disana. Bintang mencoba untuk meminta maaf tapi bingung cara mengucapkannya bagaimana supaya sang nenek paham maksudnya. Akhirnya Bintang hanya menangkupkan tangan didepan sebagai tanda permintaan maaf.“Maafin Bintang ya, Nek. Bintang tidak sengaja.”Ketika Bintang masih berusaha mengumpulkan barang bela
Gala yang sedang fokus dibalik kemudinya. Membawa seorang penumpang cantik yang tengah duduk manis disampingnya. Sesekali saling curi pandang dan mengembangkan senyum. Kali ini, Gala tertangkap basah sedang menatap Bintang saat mobil yang dibawanya sedang berada dilampu merah.Keduanya menghabiskan waktu bersama disisa waktu mereka di Korea. Gala menemani Bintang dan menghiburnya. Kini Mereka sudah kembali dan sedang dalam perjalanan menuju rumah orang tua Bintang di Jakarta. Sebelum kembali kemarin, Gala sengaja meminta supirnya untuk mengantarkan mobil ke Bandara dan ia akan mengemudi sendiri. Setelah itu barulah Gala akan melanjutkan perjalanan ke Bandung.“Kenapa memandangku seperti itu? Ada yang salah dengan wajahku?” tanya Bintang gugup karena sejak mobil berhenti, Gala terus memandanginya.“Iya. Ada yang salah dengan wajahmu. Wajah itu persis seseorang yang mencuri..” ucap Gala gantung. Lampu hijau sudah menyala, ia kembali fokus j
Gala baru saja sampai di kantornya. Dengan langkah tegap dan membusungkan dada dan tangan yang diselipkan di saku celananya, pria tampan itu mulai berjalan menuju ruangan kerjanya. Jas bernuansa maroon sedang tersemat indah ditubuhnya.“Selamat pagi, pak direktur, “ sapa para staff yang disambut dengan lambaian tangan dan senyuman dari sang Bos.Mereka semua tertegun melihatnya. Merasa itu hanyalah mimpi. Jangankan melambaikan tangan, tersenyumpun ia tidak pernah. Jelas ini akan menjadi bahan gosip terhangat untuk karyawan disana.“Selamat pagi, Pak,” sapa Sekretaris Gala yang sudah ada dibalik mejanya.“Selamat pagi,” ucap Gala dengan tersenyum.“Wah, Pak Gala sangat ceria sekali pagi ini. (Mudah-mudahan terus seperti ini). Mau saya buatkan kopi?” tanya wanita itu lagi.“Ya, buatkan untukku. Tanpa gula, ya,” pinta Gala.“Heuh? Bapak yakin mau kopi pahit?”
Bintang, bisa kau jawab pertanyaanku?Jika Dilan punya Milea..Virgoun punya Starla..Anji punya Dia...Lalu, aku punya siapa?***Sinar matahari mulai menyapa pagi ini. Gala masih terlelap dikasur empuknya. Hari ini Gala bangun kesiangan. Kejadian semalam membuatnya tak bisa memejamkan mata. Ah, dia masih laki-laki normal jika kamu ingat itu.Tangan Gala meraba nakas yang ada disamping ranjangnya saat mendengar bunyi alarm. Mencari ponsel yang diletakkannya semalam diatas sana. Lelaki itu mulai mengerjapkan matanya, menyesuaikan dengan cahaya ponsel.Gala memandang sebuah foto, sosok wanita yang sedang dirindukannya. 'Kapan kamu kembali, Bintang? Aku merindukanmu,' ucapnya dalam hati sambil mengusap-usap layar ponsel dengan jempolnya.Gala tidak tau jika Bintang sudah ada di Bandung. Semalam belum sempat Bintang memberi tahunya.Sebuah ketukan terdengar dari balik pintu..Toktoktok..Gala beranjak d
“Nona Riana?” tanya Gala.“Betul. Galaxy Semesta?” Riana melihat Gala mengangguk. “Silakan duduk,” ucapnya lagi.Gala mengangguk. “Maaf sudah membuat anda menunggu. Ada sedikit pekerjaan tadi.”“Tidak masalah. Aku juga baru saja datang. Renata memberiku sebuah foto, tapi kenapa berbeda ya?”“Berbeda?” tanya Gala penasaran dengan ucapan Riana.“Ya, difoto kamu terlihat tampan. Tapi Barau dilihat langsung kamu tidak hanya tampan. Tapi sangat tampan,” ungkap Riana penuh kekaguman.Gala menunduk dan tersenyum. Sejauh ini, memang tidak ada seorangpun yang mampu menolak pesonanya. Apalagi saat melihatnya tersenyum.Mereka melanjutkan pembicaraan sambil menyantap makanan yang telah dipesan. Setelah selesai makan, Gala juga mengantarkan Riana pulang karena Riana diantar supir saat pergi tadi.Gala sudah sampai rumahnya. Ia langsung pamit pulang setelah
Bintang sedang duduk di depan meja riasnya. Gala memberitahu bahwa ia akan mengajak Bintang ke suatu tempat. Gala berpesan supaya Bintang dandan yang cantik. Walaupun tanpa polesan makeup, Bintang akan tetap terlihat cantik dimata Gala.Bintang sedang mengoleskan lipstik pink dibibirnya. Sangat sesuai dengan kondisi hatinya saat ini.Bel berbunyi. Bintang bergegas menuju pintu dan membukanya. Gala sudah berdiri disana dengan seikat bunga mawar merah kedukaan Bintang ditangannya.“Untukmu..” ucap lelaki itu sambil menyerahkan bunga itu pada Bintang. Matanya terus terpana melihat gadis cantik dihadapannya.“Terima kasih.” Bintang menerima bunga dari Gala dan menciumnya. Bunga kesukaannya, bunga yang pernah Gala berikan padanya dulu.“Sudah siap?” tanya Gala.“Sebentar, aku ambil tas dulu.” Kemudian Bintang pergi kekamarnya lagi dan mengambil tas yang sudah disiapkannya. “Yuk.”