Sinar matahari bersinar terang siang ini. Terdapat dua sejoli masih tertidur dikamarnya. Mereka masih saling berpelukan. Kegiatan semalam membuat mereka benar-benar kelelahan dan tertidur lelap. Belum lagi karena malam sebelumnya tidak dapat tidur dengan nyenyak memikirkan acara yang akan mereka jalani kemarin.
Tapi semua acara telah terlewati dengan baik. Dua sejoli ini sudah sah menjadi suami dan istri baik dimata agama maupun dimata negara.
Gala masih terlelap dengan tangan memeluk Bintang dibalik selimutnya. Mereka benar-benar polos didalam sana. Mereka tidur saling berhadapan. Perlahan Bintang mulai membuka matanya merasakan pelukan sang suami diperut polosnya.
Ia pun membalikkan tubuhnya. Tangan Bintang memegang pipi Gala, mengelus lembut pria yang masih tertidur lelap itu. Ia tersenyum memandangi wajah Gala. Wajah pertama yang selalu ingin dilihatnya setiap pagi.
Mata Gala mulai terbuka perlahan, merasakan sentuhan tangan Bintang dipipinya. Ia ters
Hari semakin sore, Bintang sudah selesai menyusun pakaian Gala yang akan dibawa besok. Gala dengan setia menunggu istrinya berkemas sambil memeriksa beberapa email yang dikirim oleh sekertarisnya.Ketika hendak menutup lemari, Bintang melihat sebuah benda yang bergantungan disalah satu hanger. Hanya terlihat ujungnya karena tertutup oleh baju lainnya. Bintang mengambil barang tersebut dan ternyata itu adalah dasi yang dulu pernah ia berikan pada Gala. Bintang tersenyum melihat barang yang ada dalam genggamannya itu.“Kamu masih simpan ini?” tanya Bintang.Gala mendongak kearah istri tercinta. Kemudian bangkit dari duduknya mendekati Bintang. “Iya, aku menyimpannya. Beberapa kali pernah aku pakai dulu.”“Aku ingin selalu pakaikan untuk kamu. Tapi ternyata nggak bisa.”Gala tersenyum dan memeluk Bintang yang kini sudah duduk ditepi ranjang. “Sekarang kamu bisa memakaikannya setiap hari. Sampai kamu bosan.&rdq
Sejak tadi Gala hanya senyum-senyum saja memandangi wajah istrinya. Sedangkan Bintang terus mengamati barang-barang yang ada dihadapannya.“Sayang, ini apa? Kenapa Mondy dan Abang kasih ini? Banyak banget lagi!” tanya Bintang polos.“Itu obat kuat sayang. Ada yang diminum, ada yang dioles. Tapi tanpa itu juga aku udah kuat. Kamu kan udah buktiin sendiri.” Gala menaik turunkan kedua alisnya berulang kali. “Yuk! Kamu mau berapa ronde?” tanya Gala dengan senyum jahilnya.“O..obat kuat?” Bintang tergagap. Wajahnya mulai memerah.Gala mengangguk dan memainkan rambut Bintang yang terurai, membuat Bintang semakin salah tingkah dibuatnya.“Apa sih liat-liat terus?” Bintang merasa risih saat mendapati Gala yang terus menatapnya.“Terus kamu kenapa mukanya ditutup? Kan aku gak bisa liat wajah istriku yang cantik,” ucap Gala mempererat pelukannya ditubuh Bintang yang kini sudah ber
Bintang dan Gala sudah kembali setelah beberapa negara mereka datangi untuk honeymoon.Kamu tahu siapa yang paling bahagia atas kedatangan mereka? Yap, Sam lah orangnya. Bocah itu tak dapat menyembunyikan rasa bahagianya ketika mendengar Gala dan Bintang akan kembali. Bahkan ia meminta Oma dan Opanya untuk mengantarnya menjemput Gala dan Bintang.“Mama... Papa...” panggil Sam ketika melihat Bintang dan Gala muncul dari pintu kedatangan.“Sam,” panggil Bintang seraya memeluk tubuh bocah kecil dihadapannya.“Sam kangen sama Mama Papa.”Gala mengacak rambut Sam dengan gemes.“Pa, rambutku jadi berantakan. Nanti dilihat gadis-gadis itu bagaimana?” Sam kesal dengan ulah sang papa.“Hei, siapa yang mengajarkan itu padamu?” tanya Gala.“Om Bara bilang kita harus selalu terlihat keren didepan orang lain, terutama di depan para gadis. Aku jadi tidak terlihat keren Barau r
Satu tahun sudah berlalu. Bintang dan Gala hidup bahagia. Canda dan tawa selalu menghiasi hari-hari mereka. Mereka sering menghabiskan waktu bersama. Gala tidak lagi menjadi seseorang yang gila kerja. Jika bisa memilih, ketika jam kantor selesai ia akan kembali ke rumah dan segera berkumpul bersama keluarga kecilnya.Sejak Sam kelas 1 sekolah dasar beberapa bulan yang lalu Bintang memutuskan untuk berhenti bekerja. Ia ingin fokus mengurus keluarganya.Pagi ini, mata Bintang mulai terbuka. Masih pukul empat pagi memang, tapi Bintang harus segera bangun untuk menyiapkan sarapan. Namun niatnya terhalang ketika tangan besar Gala masih melingkar diperutnya. Bintang tersenyum, kemudian mengangkat tangan Gala untuk membebaskan dirinya dari pelukan posesif sang suami. Alih-alih bisa terbebas, Bintang malah semakin dipeluk oleh Gala. Seperti tidak ingin ditinggalkan.“Mau kemana?” tanya Gala sambil bergumam dengan mata terpejam.“Aku harus kedapu
Menjadi nyonya besar menurut sebagian orang mungkin enak, tinggal duduk, suruh ini dan itu pada orang lain sudah beres dan langsung tersedia. Tapi tidak dengan Bintang.Ia yang biasa mengerjakan sesuatu sendiri, merasa ada yang hilang ketika rutinitasnya dibatasi oleh sang suami. Tidak salah memang, tapi yang namanya sudah jadi kebiasaan dan itu harus dihilangkan akan membuatmu menjadi bingung bukan?Dan lagi Gala belum menjelaskan secara detail alasan yang membuatnya melakukan keputusan seperti itu. Tadi ia berjanji untuk menelfon lagi, tapi sampai jam makan siang berlalu, Gala belum juga menelfonnya.Bintang baru saja memarkirkan mobilnya dimansion setelah menjemput Sam. Bocah itu sangat riang sekali karena tugas yang diberikan oleh sang guru bisa dikerjakannya dengan baik.“Mau makan apa sayang?” tanya Bintang.“Aku ingin makan sop ayam, Ma.”“Oke. Ayo kita turun. Mama akan buatkan sop untukmu.”
Flasback OnBebetapa hari yang lalu, Gala, Bintang dan Sam sedang berkumpul dirumah orang tua Bintang. Secara rutin, Bintang, Gala dan juga Sam berkunjung satu bulan sekali kesana. Bara dan Mondy pun selalu menyempatkan datang ketika Bintang ke Jakarta.Yap, Bara dan Mondy sudah resmi menikah enam bulan yang lalu. Dan memilih untuk tinggal dirumah sendiri yang tak jauh dari rumah orang tuanya.Mereka baru saja selesai makan malam. Seperti biasa, mereka menghabiskan waktu dimalam hari untuk berbincang.“Besok kita ke Dufan yuk. Sam pasti seneng,” ajak Mondy.“Dufan, tan? Mau.. Sam mau ke sana,” jawab Sam Antusias.“Senangnya yang mau jalan-jalan. Memangnya gak takut naik wahana? Sama loh kayak di Trans Mart. Terakhir kita ke sana Sam cuma naik komedi putar.” Bintang mengacak rambut Sam.“Mom lupa? Waktu itu aku masih kecil, dan sekarang aku sudah besar dan berani. Kata papa laki-laki tidak boleh
Setelah selesai mandi, kini Gala dan Bintang membaringkan diri ditempat tidur. Gala berbaring dengan tangan dibawah kepalanya, sedangkan Bintang berbaring nyaman didada Gala. Mereka sedang berbincang sembari menunggu kantuk.“Sayang, hari ini aku mendapat sebuah surat undangan pernikahan dari Bali. Kamu tahu dari siapa?”“Bali? Hmmmm... Apakah dari Dion dan Aqila?” tebak Bintang dan mendapat anggukan dari Gala.“Ya, dari mereka. Aku lupa membawanya pulang tadi. Acaranya malam minggu weekend ini. Bagaimana?”“Apa nggak masalah kalau kita datang?” tanya Bintang ragu. Dion adalah sosok yang pernah dekat dengannya. Bahkan dulu mereka sempat hampir menikah. Bintang tak mau Gala salah paham untuk hal ini karena hanya dirinya ingin datang tanpa mempertimbangkan pendapat Gala.“Aku rasa tidak masalah. Mereka juga datang dihari pernikahan kita dulu. Ada apa sayang? Sepertinya kamu ragu?” tanya Gala y
Pagi hari di Bali...Bintang dan Gala sudah bangun terlebih dahulu. Mereka sudah jogging berkeliling kompleks hotel yang langsung terhubung langsung dengan pantai. Sam masih tertidur lelap saat mereka pergi. Namun Bintang sudah meninggalkan note jika nanti Sam bangun sebelum mereka kembali. Namun ternyata sampai mereka selesai joggingpun Sam masih tidur pulas.“Good morning sleepyhead.. ayo bangun.. kita sarapan dan jalan-jalan.. pemandangannya sangat indah, sayang untuk dilewatkan..” Gala membangunkan Sam yang masih meringkuk dibawah selimut.Sam mulai menggeliat, mencari posisi nyamannya. Matanya mulai terbuka perlahan. Sam menyunggingkan senyum melihat Gala ada dihadapannya.“Papa jogging?” tanya bocah itu dengan suara serak khas bangun tidur.“Iya, papa dan mama jogging dipantai tadi. Mama tadi membangunkanmu tapi kamu malah semakin menggulung selimut. Sekarang bangun dan cuci muka. Kita sarapan. Mama udah menunggu