Dania menemukan dirinya meringkuk di pelukan Alex saat matanya terbuka. Senyum samarnya terbit. Semalam tidak terjadi sesuatu di kamar ini. Setelah Alex membawanya masuk ke kamar, mereka lanjut tidur bersama. Tidur dalam artian sebenarnya. Ya, hanya sampai di situ saja. Bahkan pakaian yang Alex kenakan masih lengkap.
Lelaki itu masih terpejam dengan napas teratur. Berbaring miring dengan lengan yang melingkari pinggang Dania.
Dania mendongak untuk melihat wajah Alex yang terlelap. Dia tidak bisa menyembunyikan senyum melihat paras sempurna Alex. Bagaimana Tuhan bisa menciptakan bentuk mahluk seindah ini? Ah, tapi sayang, paras dan tubuh sempurna Alex tidak digunakan di jalur yang benar. Dania menyusut senyumnya kalau ingat itu. Entah berapa banyak wanita yang sudah dipuaskan Alex sebelumnya.
Dania beringsut. Dengan pelan dia menyingkirkan lengan Alex dari pinggangnya. Berharap lelaki itu tidak akan terganggu dengan pergerakannya.&nb
Langkah Dania tertahan ketika melihat mobil milik Alvin ada di jajaran tempat parkir mobil apartemennya. Pria itu ada di sini. Tanpa pikir panjang lagi, Dania kembali menuju mobilnya dan bergegas keluar area parkir. Alvin pasti akan curiga jika mendapatinya keluar apartemen pagi-pagi. Sampai saat ini Dania belum berniat mengaktifkan ponselnya. Dia bergegas menuju ke apartemen Clara."Pria itu benar-benar mengerikan. Gue nggak bisa bayangin kalau nanti sudah menjadi istrinya," keluh Dania pada Clara yang sedang berdandan. Tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai ke apartemen wanita itu. Jalanan lumayan lancar."Gue nggak peduli pria itu bakal posesif sama lo. Yang penting dia nggak nyakitin lo aja itu udah cukup, Dan." Clara berbicara seraya memakai maskara."Gue nggak yakin." Dania mengambil salah satu outfit milik Clara. Beruntung dia memiliki postur yang sama dengan Clara. Dalam keadaan darurat dia bisa meminjam pakaian Clara."Jadi,
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan mereview novel ini ya teman-teman. Aku tunggu._____________________Dania dan kedua temannya menatap sebuah gedung cantik berbentuk kapal yang masih berlokasi di kawasan gedung apartemen dan perkantoran."Sepertinya ini akan menjadi tempat nongkrong yang menarik." Viona tersenyum senang. "Lo benar, Vi. Kuy, kita turun sekarang. Penasaran gue sama gigolo Alex itu." Clara melepas sabuk pengamannya."Kalau diajak threesome mau enggak ya dia?" Viona menyeringai. "Kita bisa main sama-sama, Cla. Dania nggak usah diajak. Pengalamannya nol." Dia lantas tertawa."Lo benar, bukannya ikut main dia malah nonton live streaming kita." Clara ikut tertawa.Dasar sinting! Dania tidak menggubris kedua temannya, dia mengetik pesan untuk Alex memberitahu lelaki itu kalau dia sudah sampai. Tidak lama balasan Alex muncul."Kita turun aja. Puyeng gue denger obrolan kal
Terima kasih atas dukungannya. Jangan lupa beri ulasan cerita ini ya teman-teman.Happy reading.____________________Sonia. Wanita dengan bulu lentik lebatnya menatap tidak suka pada Dania dan teman-temannya. Terlebih lagi, tangan Alex bertengger pada bahu Dania."Terserah Alex sih dia maunya berapa. Gue sih siap aja," jawab Viona acuh tak acuh."Lo nggak akan sanggup bayar dia," ujar Sonia sinis."Sonia, jangan bikin keributan di sini. Teman-teman lo ada di table sebelah sana." Alex menunjuk sudut lain. Dia tidak mau acaranya dengan Dania terganggu."Lex, lo nggak angkat telepon gue," suara Sonia berubah seperti rajukan. Dan itu cukup membuat kening Dania berkerut. Siapa wanita ini? Apa dia salah satu klien Alex?"Gue sibuk mengurus persiapan opening.""
Halo teman-teman aku tunggu review Bintang limanya....terima kasih ^^_______________Setelah puas berdansa, Dania dan Alex kembali ke table. Tidak lama kemudian, Arnold dan Clara pun menyusul. Mereka tampak akrab meskipun baru pertama bertemu. Sekilas Clara bisa menilai kalau Arnold itu teman yang menyenangkan."Di mana Viona?" tanya Clara begitu sampai ke table-nya.Dania seakan baru sadar minus satu orang temannya lagi. Dia celingukan. "Gue pikir dia masih di bawah.""Nggak, dia berhenti waktu Alex narik elo. Sebentar, gue telepon dia dulu." Clara sedikit menyingkir untuk menelepon sahabatnya yang kabur duluan."Halo, Cla," sapa Viona di sana begitu panggilan Clara tersambung."Lo di mana?" tanya Clara langsung."Sori, gue duluan. Ada perlu."Clara mengernyit. Tidak biasanya Viona meninggalkan pesta sebelum mabuk. "Ke mana? Jangan bilang lo lagi sama bos lo?""Em,
Jangan lupa add cerita ini ke library kalian ya, Gaes.Aku tunggu review bintang limanya. Terima kasih. ^^___________________Dania masuk ke unit Alex ketika pria itu mempersilakan. Ini kali kedua Dania datang ke tempat Alex. Rasanya dia sudah merasa terbiasa. Tanpa Alex persilakan, Dania duduk santai di sofa yang berada tepat di depan layar besar LED."Kita nonton yuk?" ajak Dania menyalakan layar itu."Tidak ada yang menarik." Alex ikut menyusul Dania duduk. "Mending kita bikin film sendiri."Alex terkekeh melihat Dania mendelik. Tidak peduli gurauan Alex, Dania memilih film bagus yang bisa dia tonton. Pilihannya jatuh pada film komedi romantis yang beberapa bulan silam dirilis, tapi belum sempat Dania tonton."Kamu serius datang ke sini cuma buat nonton?" tanya Alex tampak bosan."Memang ada hal menarik lain?"Alex tersenyum dan lebih mendekat ke arah Dania. Dia lantas menyelipka
Clara mengerjap. Rasa sakit di kepalanya terasa menyiksa. Alkohol sialan. Dia butuh analgesik. Dengan mata yang masih terpejam, tangannya meraba nakas. Namun, dia tidak menemukan apa pun di sana. Dia bergeser dan mencoba mengulurkan tangan ke sisi lain. Namun, kali ini tangannya malah meraba sesuatu. Dia tekan-tekan benda yang baru saja ditemukan tangannya. Benda apa ini? Rasanya tidak asing? Melepas benda itu, tangannya meraba ke arah lain. Ini seperti bibir.Matanya seketika terbuka. Dia segera bangkit, tapi karena sakit kepala yang menyiksa dia kembali jatuh. Dia mencoba berdiam diri, memastikan kepalanya tidak terlalu sakit lagi. Baru kemudian membuka matanya kembali. Clara berpikir ada di kamar Alian. Namun, tidak menemukan langit-langit kamar Alian yang sering dia lihat. Clara juga yakin itu bukan langit-langit kamarnya. Lalu sekarang dia berada di mana?Jantungnya mendadak berdetak kencang, ketika ingatannya perlahan mulai kembali. Semalam itu dia be
Jangan lupa dukung cerita ini dengan komen bintang lima ya Gaes hehe. Masukkan juga ke library biar gak ketinggalan update-nya. Happy reading_______________Sebenarnya Clara masih enggan datang ke kelab. Namun, seperti biasa Viona memaksanya untuk ikut menemani wanita itu. Malam minggu tidak mungkin Viona lewatkan begitu saja untuk having fun.Clara duduk memandangi Viona yang sedang berjingkrak-jingkrak di bawah lampu disko. Di tangannya terselip minuman soda. Dia tidak berani menyentuh alkohol sejak kejadian kemarin. Dia tidak mau kebodohan itu terulang lagi."Hai, Cantik."Clara tersentak mendengar sapaan itu. Tubuhnya kontan menyingkir saat tanpa permisi Arnold duduk di dekatnya. Pria kurang ajar. Dadanya terasa panas melihat pria itu lagi. Kenapa dia harus melihat Arnold di sini? Padahal ini bukanlah kelab yang dia kunjungi kemarin. Pria itu seolah mengikutinya."Kenapa pagi tadi kamu pergi gitu aj
Dania dengan malas menyuap makanannya. Malam minggu belum setengah jalan, tetapi dia sudah merasa bosan. Mungkin dia tidak akan sebosan ini seandainya saja yang ada di hadapannya sekarang itu Alex. Dania mendesah pelan. Dia harus rela malam minggunya dihabiskan bersama Alvin karena malam-malam sebelumnya dia menolak bertemu."Kamu nggak suka makanannya?" tanya Alvin melihat gerakan Dania yang kurang bersemangat."Sebenarnya aku lagi diet, jadi jarang makan malam." Dania mencari alasan. Harapannya semoga setelah malam ini Alvin tidak akan mengajaknya dinner lagi."Kamu nggak bilang kalau sedang diet. Tapi aku rasa nggak masalah kalau hanya makan sepotong steak." Alvin mengiris daging di piringnya lantas menusuknya dengan garpu. "Kamu mau coba punyaku?" Dia menyodorkan garpunya kepada Dania.Dania melirik garpu itu sesaat. Dia tahu Alvin sedang berusaha untuk romantis. Namun, anehnya itu tidak membuatnya berdebar sama sekali. Semanis