Aku masih menatap wajah gadis yang mengenakan kerudung berwarna nude yang berdiri di hadapanku. Kulitnya sawo matang, tidak ada bagus-bagusnya sedikitpun. Beda jauh dengan Reza si gadis cantik dengan kulit putih bagaikan pualam.
Tubuhnya pun mungil, hidungnya sedikit pesek dan tidak terlalu mancung. Ah, sangat tidak menarik sama sekali bagiku. Yang membuatku semakin ilfeel adalah, ternyata gadis di hadapanku ini cuma tamatan SMA. Sungguh jauh dari angan-anganku. Untung saja dia cuma istri siriku. Yang kapan saja bisa aku tinggalkan tanpa harus mengurus surat perceraian ke pengadilan.
"Iya, siapa namamu Nak?" tanya ibu pada gadis yang sama sekali tidak berani mengangkat wajahnya menatapku. Mungkin karena dia tidak terlalu cantik, sehingga dia merasa malu kepadaku. Pikirku sih begitu.
"Yasmin, Bu!" sahutnya terdengar lembut.
Suasana telah kembali hening. Suara sound sistem yang mengiringi pernikahanku pun telah dimatikan semenjak tadi sore. Sementara tenda paling besar yang ibuku pesan, sudah diturunkan setelahe acara pernikahanku selesai.Ramai para tetangga yang membantu mempersiapkan acara besar ibu juga telah kembali ke rumah mereka masing-masing. Kini di rumah ini tinggal aku, ibu dan juga wanita asing yang kini sudah resmi menjadi istriku.'Hari ini aku telah resmi menikahi seorang gadis secara siri. Ya, betul sekali. 'Tidak ada satupun orang yang tau perihal itu. Karena acara akad nikah di lakukan di kantor KUA. Sementara resepsinya dilaksanakan di kediamanku. Sudah pasti tidak ada yang mengira jika pernikahan ini hanyalah pernikahan di bawah tangan.Setelah acara selesai, aku segera membarin
Dreg! Dreg!Ponselku terus saja bergetar. Terpampang nama sunshine dari layar yang terus berkedip.Aku mendengus halus, sebelum aku menekan tombol hijau pada layar ponsel. Kupersiapkan diriku untuk menerima segala kemungkinan dari omelan Reza pastinya."Halo!" sahutku setelah menekan tombol hijau."Mas, Mas ngak jadi balik ke Bojonegoro ya?" suara Reza terdengar meninggi. Pasti ia sedang merah sekarang."Iya Dek, paling minggu depan Mas baru bisa balik," jelasku terbata."Apa?" pekik Reza dengan suara lantang. Aku sedikit menjauhkan ponsel dari telingaku."Ngapain aja sih Mas di sana sampai seminggu itu!" sahut Reza dengan suara kesal.
Kutepis desiran aneh yang mengusik hatiku. Senyuman manis itu seolah berhasil mengoyahkan rasaku pada wanita itu.'Bagas, ingat dia bukan gadis impianmu.'Aku segera menyadarkan diriku dari rasa aneh itu. Kulangkahkan kakiku meninggalkan Yasmin. Aku harus segera sampai di Bojonegoro sebelum jam pelajaran sekolah dimulai agar dapat bertemu dengan kekasih hatiku.Setelah perjalanan hampir dua jam lebih lima belas menit, akhirnya aku sampai juga di depan pintu gerbang sekolah menengah pertama tempat Reza mengajar.Pagi masih buta, udara pagi yang berkabut membuat hawa dingin semakin menusuk ke dalam tulang-tulangku. Meskipun kini aku sudah menggunakan pakaian yang cukup tebal.'Dek, dek kalau bukan karena kamu, Mas tidak mau disuruh ke sini pagi-pagi seperti ini.'Kugosok kedua telapak tanganku, agar tubuh ini ti
Ku seret kakiku masuk kedalam rumah. Sudah menjadi hal biasa bagiku melihat Reza yang sering merajuk kepadaku. Hampir saja aku bosan dengan tingkah gadis cantik itu. Tapi sayangnya rasa cintaku lebih besar dari pada kekesalanku. "Mas!" Sambut Yasmin yang duduk di ruang tamu dengan wajah gusar. Gadis itu segera bangkit dari duduknya setelah melihatku membuka pintu rumah. "Mas kehujanan, sebentar aku ambilkan handuk ya!" Ucapnya menyentuh bahuku yang mengigil kedinginan. Nampaknya dia begitu cemas melihatku yang datang dalam keadaan basah kuyup. "Ngak usah!" Ku tepis tangan kecilnya. membuat gadis itu memundurkan kakinya beberapa langkah dariku. Aku berjalan ke kamar untuk berganti baju, rasanya tubuhku seperti hampir mati membeku manahan air hujan yang terus mengguyurku sepanjang jalan.
'Aku tidak akan pernah merubah apa yang telah terpatri dalam hatiku, sekeras Yasmin mencoba meruntuhkan kekuatan cintaku kepada Reza, itu hanyalah percikan kecil yang tidak akan pernah menimbulkan api cintaku kepadanya.'Aku memilih menghindari Yasmin. Membuatnya agar semakin membenciku. Dalam setiap perbuatanku, selalu kuselipkan sikap dingin dan beku pada gadis itu. Namun, gadis lugu itu sama sekali tidak pernah berubah. Dia melayaniku seperti layaknya seorang istri kepada suaminya. Menyiapkan segala keperluanku dan dengan sabar melayani ibuku yang mulai sakit-sakitan. Meskipun hampir satu tahun kita menikah aku sama sekali belum pernah menyentuhnya sekalipun.Tidak ada yang berubah, kami tetap tertidur di tempat yang berbeda. Mengurusi kehidupan kami masing-masing. Aku yang sibuk dengan pengangkatanku sebagai mandor perhutani dan Yasmin yang mulai menunjukan kemajuan dalam usahanya berjualan baju, hingga rencananya dalam
Setelan membaca deretan huruf yang Yasmin kirimkan kepadaku, aku kembali memasukkan ponselku ke dalam saku celana. Karena mengejar Reza saat ini jauh lebih penting untukku.Gadis itu terus mempercepat langkahnya dengan tangan satu yang mengusap lembut pipinya. Bahunya berguncang naik turun dengan suara isakan yang terdengar jelas dari tempatku berada."Dek!" Kuraih pergelangan tangan Reza, membuat langkah kakinya terhenti seketika. Gadis itu tak langsung menatapku, ia memalingkan wajah sembabnya dari tatapanku."Apalagi!" ucapnya terisak, sepertinya hatinya benar-benar kecewa dengan kenyataan yang telah kuceritakan kepadanya."Dek, sabarlah sebentar. Paling tahun depan rumah impian kita pasti akan terwujud, toh sekarang kan Mas sudah menjadi mandor di perhutani, apa perlu Mas nikahi kamu sekarang juga biar kamu percaya?" cetusku berusaha menyakinkan Reza.
POV YASMINNamaku Yasmin, hanya Yasmin tidak ada tambahan atau akhiran dari nama itu. Yasmin yang berarti adalah bunga melati. Ibuku berharap agar aku kelak tumbuh menjadi gadis yang baik hati yang mampu mengharumkan nama kedua orang tuaku yang sudah tidak ada.Ayahku meninggal ketika aku masih berada di dalam kandungan ibuku. Ayah meninggal karena kecelakaan tunggal. Sementara ibuku meninggal disaat melahirkan aku kedunia ini.Hanya paman Solehlah satu-satunya orang tua yang aku miliki, dia adalah adik kandung dari ibuku. Pria yang rela tidak menikah demi membesarkanku. Pernah suatu ketika paman hendak meminang seorang gadis dari kampung sebelah. Namun karena mengetahui paman memilikiku, gadis itu menolak mentah-mentah pinangan paman Soleh. Semenjak itu paman tidak pernah sekalipun melamar wanita manapun. Dia hanya berfok
POV YasminPria itu selalu bersikap dingin kepadaku. Bahkan dia tidak segan berkata kasar. Namun tak lantas aku harus membalas sikap buruknya itu dengan keburukan. Aku tetap melayaninya layaknya seorang istri kepada suami. Meskipun hampir satu tahun kami menikah, Mas Bagas belum pernah sekalipun menyentuhku. Bahkan pria itu tega memintaku untuk tidur di kasur tipis di atas lantai keramik yang sangat dingin sekali. Beruntungnya, Mas Bagas hanya pulang ke rumah disaat akhir pekan, sehingga setiap hari Senin hingga jumat aku bisa tidur nyenyak di atas kasur empuknya.Aku tau, selama ini ibu mertuaku selalu berusaha keras agar Mas Bagas bisa mencintaiku seperti halnya mencintai gadis pujaan hatinya itu. Tapi, Mas Bagas tetap sama, sepertinya cinta untuk gadis pujaan hatinya itu sudah mengakar di dalam hatinya tanpa bisa digoyahkan lagi.