Bandara Heathrow London, terminal 2.
El merasa kebingungan. Apa yang harus ia lakukan? bapak itu pingsan tepat dihadapannya. Tiba-tiba datang seorang lelaki dengan tubuh atletis, wajah yang rupawan menggunakan kaca mata berwana hitam. "Segera hubungi ambulan." perintahnya, ia pun langsung mengetik nomor di ponselnya dan segera menghubungi ambulan. Lelaki itu dengan sigap memberikan pertolongan pertama kepada bapak itu. Ia memeriksa denyut nadi dan pernafasannya. Ternyata, bapak itu mengalami gagal jantung sehingga dengan cepat ia melakukan CPR. El hanya bisa melihat dan kagum dengan kecekatannya. Dalam hati El berkata, dia benar-benar keren.Tidak lama petugas medis datang. Bapak setengah baya itu dibawa petugas medis, masuk ke dalam mobil ambulan. Sambil berjalan pergi, lelaki itu menelpon seseorang dengan samar-samar terdengar, "Segera jadwalkan operasi, dalam waktu 15 menit saya akan sampai."Saat lelaki itu berlalu suara riuh di bandara terdengar, banyak yang memuji keahliannya. Tetapi, semua itu tidak mendapatkan tanggapan dari sang lelaki. Dia berlalu begitu saja. El hanya bisa terdiam dan terpaku melihat tingkahnya yang sudah membantunya menghubungi ambulan.Dengan sigap lelaki itu menuju parkiran. Lalu, dengan kecepatan maksimal dia mengendarai mobil sport miliknya. Sedangkan El, kini tersadar dia melirik jam yang menempel di tangannya. El sudah hampir terlambat dia langsung memesan taksi online menuju gedung yang tertulis Best Lawyer. Sampainya di gedung Best Lawyer dengan membawa paper bag, dia menuju toilet lalu mengganti baju di sana. Terlihat sudah ada pengawas magang yang sudah mulai memberikan pengarahan. Saat El datang, dia langsung memberikan pandangan yang tajam kearah El, sambil melirik arloji yang melekat di pergelangan tangannya."Apa kau tahu, jika kau sudah terlambat 5 menit?" tanyanya dengan tegas."Maaf Bu. Tadi ada masalah di jalan." jawab El. "Baiklah. Setelah ini berkumpul di ruang meeting dan ini name tag kalian," ucap pengawas yang tak lain bernama Luci. Luci pun membagikan name tag kepada lima calon pekerja magang. Setelah berkumpul di ruang meeting Luci kembali memberikan arahan. "Baik, tahun ini perusahaan hanya akan mengambil satu orang yang terbaik untuk bisa bekerja di kantor Best Lawyer. Untuk itu saya ada tugas untuk kalian, menyelesaikan masalah klien kita." "Ada lima tempat yang salah satunya adalah rumah sakit Victoria, silahkan kalian pilih amplop putih ini dan laksanakan tugas kalian," sambung Luci. Pegawai magang itu satu persatu mengambil amplop yang diletakkan Luci di meja. "Siapa yang mendapatkan rumah sakit Victoria?" tanya Luci. El langsung menjawab, "Saya Bu.""Bagus laksanakan tugasmu dengan baik," ucap Luci, lalu mengalihkan pandangannya pada semua peserta. "Baik semua, satu bulan lagi kita bertemu di sini untuk mendiskusikan hasil kerja kalian. Selamat siang, "sambungnya."Siang Bu." jawab mereka serentak.Saat El keluar dari ruang meeting, teman magang yang lain sedang membicarakannya, "Hai ... dia apes sekali dapat tempat magang di rumah sakit itu," ucap magang 1 mulai pembicaraan."Iya, katanya siapa yang magang di sana hanya betah sampai beberapa minggu." sahut magang 2"Biarlah itu lebih mudah kita menyingkirkannya." magang 4"Kita beruntung tidak mendapatkan rumah sakit itu." ucap magang 3El yang mendengar itu hanya diam tidak ikut melayani ucapan temannya. Dia pun lewat di depan teman magangnya. "Maaf permisi saya mau lewat.""Sombong sekali dia," ucap magang 1 dengan sinis.****Gedung yang menjulang tinggi tertanam kokoh, di sana berdiri rumah sakit Victoria. Pasien sudah disambut para perawat yang kini membawa brangkar lalu dikuti mobil sport. "Dokter Al, ruang operasi sudah siap," ucap Perawat pendamping.Alberto yang baru keluar dari kamar operasi, melihat Marko menuju ruang ganti. Alberto langsung bergegas menghampirinya. "Hai ... pasien mana lagi yang kau bawa? Terus adik ku mana?" Marko tidak menjawab pertanyaan Alberto. "Marko Rifaldo Salamo," ucap Alberto penuh dengan penekanan. Marko yang mendengar nama lengkapnya dipanggil memberikan tatapan tajam pada Alberto. "Tidak bisakah Anda sopan sedikit? saya senior Anda! jangan pernah panggil nama itu di rumah sakit ini. Panggil aku dokter Al." jawabnyaMarko yang emosi bergegas menuju ruang cuci tangan diikuti Alberto, "Oke ... Oke ... Jadi di mana adik, ku?""Aku lupa. Pasienku lebih penting dari pada adik kau." jawab Marko dengan entengnya sambil mencuci tangan untuk segera masuk ke ruang operasi."Sialan kau ... Awas kalau terjadi apa-apa padanya. Aku juga bisa jadi mafia seperti kau dan membunuh kau ...." ancam Alberto penuh penekanan.Saat Alberto mengancam Marko ponselnya berbunyi, dilihat panggilan itu dari El. "Angkatlah dan aku akan segera melakukan operasi. Jangan ganggu aku," ucap Marko berlalu meninggalkan Alberto.Dalam ruang operasi Marko sudah disambut beberapa perawat yang akan mendampinginya melakukan operasi. Dia dipakaikan baju operasi steril, disana sudah terlihat alat-alat steril juga yang tertata rapi di troli. "Bagaimana keadaannya?" tanya Marko pada petugas anastesi.Keadaannya normal darah 80/120 mmHg , nadi 82x/menit sudah tidak sadar segera lakukan operasi kita mempunyai waktu 30 menit. Setelah mendengarkan penjelasan dari dokter anestesi tentang kondisi pasien, Marko pun siap melakukan operasi. Dia melakukan operasi dengan santai perlahan namun pasti. Dimintanya pisau bedah lalu diarahkan pisau itu ke dada pasien yang sudah diberikan betadine.Tiga puluh menit berlalu, kini pasien selamat dan sedang dalam keadaan observasi. Marko langsung bergegas pulang karena dia merasa dadanya kembali ngilu karena bekas tembakan. El sudah sampai di apartemen yang sudah disiapkan oleh Alberto. "Oke ini nomor 801." lalu dilihat ponsel yang berada di genggamannya di sana sudah ada angka yang dikirim Alberto untuk membuka pintu. Dengan lihainya El memencet angka-angka itu. Tulit ... Tanda suara pintu sudah terbuka. El langsung memasukan dua koper yang tadi dibawanya. Dilihatnya dalam ruangan itu, "Wow ... kakak memang luar biasa dalam memilih tempat tinggal." puji El El langsung membereskan semua pakaian dan bermaksud ingin keluar untuk mencari makan malam, saat dia keluar dari lift terlihat seorang pria yang tadi ditemui di bandara dan terlihat baju berwarna putih terdapat banyak darah dan tercium bau amis.Melihat keadaan pria itu jiwa kesosialan El berteriak meskipun dia tidak dianggap, El tetap menawarkan bantuan. "Hai ... apa yang terjadi? baju Anda sepertinya banyak darah! Anda tidak papa?" tanya El yang tidak diberikan respon Marko."Apa Anda tuli?" Marko yang dari dulu tidak pernah menyukai kebisingan kini mulai risih dengan El. "Bisakah Anda pergi dan jangan perduli," ucap Marko lalu memencet angka untuk membuka pintu. Marko masuk begitu saja tanpa menoleh kembali kebelakang yang sedari tadi El terus mengumpat."Dasar pria tidak punya ekspresi, tidak punya sopan santun, tetangga macam apa itu, niat baik malah dibalas seperti ini uh ...." Terdengar bunyi pintu yang ditutup dengan kencang. El kaget, takut pria itu marah dia langsung berlari memasuki lift.Alberto mencarikan ia tempat tinggal di sebuah apartemen. Apartemennya cukup bagus dengan pemandangan kota yang indah, interiornya pun bagus. Seketika kemarahan El pada Alberto hilang. Namun, setelah El tahu bahwa ia mempunyai tetangga yang dingin dan arogan. El berniat untuk segera memberikan racun tikus terbaik di kota ini untuknya. ****Margareta Raflesia, seorang wanita berwajah ayu tubuh seksi bak gitar spanyol keluar dari apartemen. Dengan beruraikan air mata, ia memergoki kekasihnya sedang berselingkuh dengan karyawannya sendiri. Saat ia menangis di dalam mobil wanita yang biasa disapa Reta melihat El keluar dari apartemen. Reta seakan tidak percaya jika dia melihat El sahabatnya yang sedang berada di London. Tepat saat itu juga El keluar dari lift, Reta langsung menelponnya. "Hai ... Gadis nakal dimana kau sekarang?" tanya Reta dari sambungan telepon. El yang mendengar suara Reta sangat kencang, langsung menjauhk
Takdir terus membawa El untuk bertemu dengan Marko. Pagi ini terasa sangat indah di kota London. Hari ini El sudah mulai magang di rumah sakit Victoria. Dia sangat keren menggunakan jas berwana putih seperti dokter. Atasannya yang bernama David membawanya berkeliling, memperkenalkan seluk beluk rumah sakit padanya dan memberitahu tentang tugas-tugasnya. Selama magang di rumah sakit Victoria. Salah satu tugasnya membantu rumah sakit menyelesaikan konflik perselisihan dengan pasien dan kebetulan sekarang sedang ada masalah yang merepotkan. Atasan menunjuk arah didepannya, terlihat seorang dokter yang tampan yang sangat dia kenal. Namun, ketampanannya tertutup oleh hawa dingin yang dipancarkan oleh sang dokter. Seakan membekukan siapa saja yang menghadapinya. "Dokter, sudah saya bilang saya tidak mau dioperasi dan tolong dokter kembalikan uang yang sudah saya bayarkan," ucap sang Pasien. "Jika Anda tidak dioperasi. Saya jamin usia A
El kembali ke apartemen diletakan sepatu yang dipakainya di rak sepatu, lalu ia menyalakan lampu sebagai penerangan. Saat El ingin beristirahat ia pun mengurungkan niatnya, karena ingin menjalankan rencananya untuk mendekati Marko. Dengan tubuh yang letih dia memasuki dapur, berniat ingin membuat masakan yang nantinya akan diberikan pada Marko. "Ah, aku mau masak apa ya untuk dia?" tanya El pada diri sendiri. Dia membuka lemari pendingin yang katanya sudah diisi makanan oleh Reta. Namun, dia hanya melihat telor, sayuran dan banyak makanan instan." katanya punya restoran, tapi ngisi kulkasku cuma begini doang!" El langsung memakai celemek dan menyalakan kompor, lalu menaruh penggorengan di atas kompor dan diberikan minyak yang cukup banyak. Dengan gaya seperti chef dia memecahkan telor, tak selang waktu lama dia berteriak, "Hai ... telor aku perintahkan kau berhenti jangan melukaiku. Aku bisa membawamu ke pengadilan." Saat d
Marko telah sampai di apartemennya. Setelah kejadian tadi dia merasa lelah dan langsung istirahat. Beberapa saat dia ingin memejamkan matanya, tapi dia tidak dapat tidur. Marko mendengar ada suara ketukan pintu dilihatnya jam di dinding pukul 04.45 waktu London. "Siapa lagi yang datang dijam segini!" kesal Marko, dengan langkah gontai sambil menahan emosinya Marko turun dari ranjang. Sedangkan diluar pintu. Tok... tok... tok...tok. El terus mengetuk ngetuk pintu Marko, tanpa jeda selain ketukan pintu dia juga terus memencet bel apartemen Marko. Beruntung apartemen dilantai itu hanya ada 2 pintu sehingga tidak mengganggu yang lain. "Hai ... beruang kutub buka pintu." teriak El "Saya masih belum menyerah untuk minta kerjasama dengan Anda jadi tolong buka," sambung El masih dengan mengetuk pintu. Marko pun mengabaikan suara El yang sedang berteriak. Namun, semakin dia mengabaikan suara itu, makin membuat gendang te
Disebuah kamar kini terlihat wanita dan laki-laki itu sedang tidur dalam satu ranjang, tubuh laki-laki itu tidak memakai sehelai benang sedangkan sang wanita hanya memakai teng top. Tangan kekar sang laki-laki dengan tato ular kini mulai memasukan tangannya ke baju wanita yang tanpa pelindung. "Sayang bagaimana tidurmu nyenyak?" Laki-laki itu terus menelusuri bagian payudara sang wanita. Perlahan meremasnya, lalu menaikan teng top wanita itu, setelah terpampang dua gunung milik wanita itu yang indah dia mulai mengulum dan menyesap hingga wanita itu mengeluarkan suara Aah ... emm ... ah ... Membuat sang laki-laki lebih buas. Dengan suara terbata-bata wanita itu menjawab, "Karenamu aku bisa tidur nyenyak sayang ah ... Em ...." Kini sang laki-laki memindahkan kepalanya ke bagian atas wanita itu, mata mereka saling bertemu. Laki-laki itu kini bermain di bibir mungil sang wanita. Setelah berciuman sampai tidak bisa bernafas kini ciuma
Apa kau ingin membunuhku? kau mengobati lukaku seperti sedang bertemu dengan musuh mu saja. Teriakan Marko menggema di dalam ruangan itu. El bukannya kasian dengan Marko dia terus menekan-nekan luka itu dengan kuat hingga nanah didalam keluar. "Bukannya pengobatan seperti ini akan lebih cepat sembuhnya?" tanya El Marko hanya diam, memang dari kemarin saat lukanya kembali terbuka dia hanya membersihkan dan memberi salep saja tanpa melihatnya lagi. Apa lagi dia disibukan dengan gangster yang kini ada anggota baru. "Yah ... Malah bengong." El mengagetkan Marko. "Kalau kamu haus ambil saja sendiri minuman di kulkas itu. Aku tidak ada tenaga lagi. Satu lagi, jika sudah tidak ada kepentingan keluar dari sini aku ingin istirahat." El mendengar ucapan Marko kini mendengus dengan kesal, "Dasar beruang kutub tidak punya rasa terimakasih. Aku di sini ada gunanya kan? kalau cuma merawat luka seperti ini aku juga bisa,
Keputusan El untuk mengejar cita-citanya sebagai pengacara semakin membulat. Saat Ibu menyuruhnya untuk meraih sarjana ekonomi, ditambah ia mendapatkan tawaran untuk magang di kantor Best Lawyer London. Hari ini ia akan mengikuti beruang kutub itu bekerja sebagai dokter. Entahlah apa yang akan terjadi nantinya, El hanya bisa berdoa semua akan baik-baik saja. Saat El keluar dari apartemennya dia bermaksud ingin berangkat bersama dengan Marko. Tok,tok,tok ... "Beruang kutub apa kau sudah berangkat?" tanya El, tapi tidak mendapat jawaban dari Marko. Tiba-tiba El merasa hawa dingin menyergapnya sambil menghadapkan tubuhnya depan pintu dan bersender. Di sana El terus mengetuk pintu. Akhirnya pintu terbuka begitu saja dan brukk ... Tubuh El terjatuh dengan sigap Marko menghindarinya. "Apa kau bodoh?" "Aku tidak bodoh. Kau saja yang tiba-tiba membuka pintu." Marko hanya menggel
El melihat laki-laki itu memang tidak punya hati dan perasaan ditambah hawanya yang dingin seperti beruang kutub. El mengikuti apa kata Marko agar tidak ikut campur dalam masalah pak Jhon. Prioritasnya sekarang untuk segera menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi rumah sakit karena dokter beruang kutub itu yang tak mau mengabulkan permintaan pasien hingga akhirnya rumah sakit dituntut oleh pasien. Malam ini sebelum pulang El diajak Marko untuk melihat bapak Jhon dari kejauhan. Hal mengejutkan yang tak pernah El sangka, alasan kenapa Marko tidak mau menyetujui permintaan pak Jhon. "Itu istri dan anak pak Jhon, mereka begitu mengharapkan pak Jhon bisa sembuh seperti sedia kala dan jalan satu-satunya hanyalah operasi." jelas Marko "Terus apa sebenarnya penyakit pak Jhon? dilihat dari keadaannya benar kata dia jika, dia sehat-sehat saja?" "Dia menderita tumor di saraf otaknya yang bisa saja menjadi bom untu