Kegalauan El
El berjalan mondar-mandir di ruang kantornya. Dia benar-benar cemas memikirkan keberadaan Ody saat ini. Pikirannya kacau, dia bahkan menolak untuk menghadiri semua meeting dan meminta Amara untuk menggantikannya. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.
Tok tok tok
"Ya, masuk," sahut El dari dalam ruang kerjanya.
"El," panggil Aryo.
"Gimana, Yo?" todong El langsung mendekati Aryo yang sudah berjalan masuk kedalam ruang kerjanya, “duduk,” lanjut El mempersilahkan Aryo duduk di sofa ruang kerjanya.
"El, ponsel Ody dimatikan sejak semalam. Waktu aku lacak matinya sejak dari rumah," terang Aryo begi
Keputusan Mobil baru saja berhenti di depan lobi V tower, El bergegas turun dari mobil dengan tergesa dan berjalan cepat masuk kedalam gedung. Wajahnya begitu tegang, tak ada senyum ramah yang biasanya terlihat, matanya menyiratkan amarah yang menyala. Beberapa karyawan yang mengenalinya coba menyapa dan sedikit menundukkan kepala, tapi semua diacuhkan El begitu saja. Pikirannya saat ini sedang tertuju pada Victor. Saat pintu lift terbuka di lantai teratas V tower, El melangkah dengan cepat menuju ke ruang kerja Victor yang ada di ujung selesar. "Sore Pak El, maaf bapak sedang-," ujar sekretaris pribadi Victor yang diabaikan El. El malah berjalan cepat melewati meja sekretaris itu menuju ruangan Victor. "Pak
Pencarian OdyHari menjelang sore, saat rasa sakit di perut Ody yang pagi ini sempat menghilang mendadak muncul kembali. Kali ini sakitnya benar-benar menyiksa, hingga rasa ngilunya menjalar keseluruh tubuh. Dia mulai merasakan ada sesuatu yang janggal mengalir pelan dari antara kedua pahanya. Kecemasannya semakin menjadi kala melihat ada bercak darah di celana dalamnya. Ody semakin takut jika sesuatu yang buruk membahayakan bayi dalam kandungannya. Akhirnya dia memutuskan untuk kembali ke rumah sakit untuk memastikan kondisi kandungannya.Saat sedang menunggu taksi di depan rumah, Ody dikejutkan dengan bunyi klakson mobil Arjuna. Arjuna turun dari mobilnya dan segera menghampiri Ody di depan teras rumahnya. Dia terlihat rapi dan menawan seperti biasanya, Arjuna memang tak banyak berubah. Dia tetap menawan dengan sikap manisnya, punya selera humor t
RumahkuMobil El baru saja melewati pos keamanan komplek. Petugas keamanan sempat menahannya cukup lama sebelum akhirnya mengijinkan El untuk masuk ke komplek. Petugas beralasan karena El berkunjung saat hari sudah sangat larut. Setelah El berhasil membuktikan bahwa statusnya adalah suami Ody baru petugas keamanan mengijinkannya masuk.“Rumah yang hitam putih ini, Pak?” tanya Edo memastikan rumah yang mereka tuju.“Iya,” ucap El sambil mengamati rumah milik Ody yang terlihat cukup besar dan elegan. “Kamu pintar pilih rumahnya, Ai,” batin El tersenyum.El melangkah turun dari mobilnya, dengan perasaan berdebar. Layaknya orang yang sedang kasmaran dan begitu merindukan sang kekasih, begitu pula El. Rasan
KejujuranEl duduk tenang di meja makan sambil menyantap rice bowl buatan Ody. Ody terus menatap El yang makan dengan sangat lahapnya. Hati Ody masih terasa begitu berat, terbesit dalam pikirannya untuk kembali meninggalkan El demi kebaikan El."Kenapa menatapku begitu? Ada yang salah? Jangan berpikir untuk meninggalkanku lagi," ucap El yang justru membuat Ody agak tersentak. Sepertinya El semakin ahli membaca pikirannya."Nggak kok,” sangkal Ody cepat, “aku hanya sedang mengamatimu, kamu makannya lahap banget. Beneran doyan atau hanya karena kamu lagi laper sih, Bao?" tanya Ody mengalihkan pembicaraan dan menutupi ide yang sempat terbesit di pikiran Ody."Dua-duanya. Aku memang kangen masakanmu dan sejujurnya aku sangat lapa
PerdebatanSudah 3 hari El memilih untuk bekerja dari rumah Ody hingga merepotkan Amara, Aryo maupun Bobby. Dia enggan meninggalkan Ody seorang diri dirumah, walaupun ada asisten rumah tangga yang dipekerjakan Ody secara part time. Ody cukup terheran-heran dengan perubahan El yang tiba-tiba menjelma menjadi pria super protektif.El jadi banyak memberikan larangan ke Ody. Dia meminta Ody bed rest dan melarangnya melakukan aktivitas apapun. Yang membuat Ody semakin pusing dan kesal adalah sikap El yang jadi sangat protektif dengan terus mengekor di belakang Ody kemanapun dia pergi. Dia selalu berada tidak lebih dari 1 meter dari Ody, bahkan dia tak mengijinkan Ody untuk mandi sendirian. Alasannya, dia takut Ody jatuh terpeleset di kamar mandi. Untuk urusan dapur, El memilih untuk memesan katering sehat dan melarang Ody masuk ke dapur walau hanya sekedar unt
Yang di takutkan TerjadiOdy sedang berjalan santai menjelajahi sebuah toko perlengkapan bayi. Dia akhirnya berhasil mendapat ijin dari El untuk jalan-jalan mencari keperluan bayi yang belum sempat terbeli. Ody memutuskan untuk ke pusat perbelanjaan di tengah kota Jakarta hanya diantar Edo karena hari ini El harus menghadiri rapat yang begitu mendesak dengan para jajaran direksi sehingga membuatnya harus menghadiri meeting secara langsung. El harus berangkat ke kantor lebih awal mengingat macetnya Bogor ke Jakarta di pagi hari.Kemana pun Ody pergi sekarang, Edo terus mengikuti. Ini merupakan perintah langsung dari El, dia tak ingin lagi kecolongan seperti kejadian minggu lalu. Kali ini Edo terus mengekor di belakang Ody, mengawasi sekeliling Ody, memastikan bahwa nyonya bosnya aman. Melihat Ody bergerak ke kasir untuk menyelesaikan transaksinya, Ed
GemparMobil yang dikendarai Edo baru keluar dari parkiran basement dan berjalan cepat menuju ke lobi. Edo agak terkejut dengan kerumunan banyak orang di seberang lobi. Perasaannya Edo semakin tak enak begitu tak melihat Ody ada di depan lobi.Edo bergegas turun dari mobil dan mendekati kerumunan banyak orang. Sekilas dia melihat ada 2 orang terbaring diatas aspal. Saat berusaha melewati kerumunan itu, Edo mulai mengenali pakaian salah satu orang yang terbaring di aspal. Mendadak jantungnya berdegup kencang, pikirannya kacau, dia panik luar biasa karena menyadari orang yang terbaring di aspal itu adalah Ody.Edo merangsek masuk, berusaha menerobos kerumunan orang yang sedang melihat kejadian. Matanya langsung terbelalak begitu melihat Ody sudah terbaring tak sadarkan diri dengan darah mengalir da
Antara Hidup dan MatiEl tiba dirumah sakit dengan tergopoh-gopoh. Nafasnya memburu dan pikirannya benar-benar kacau. Perasaan bersalah dan takut kehilangan begitu menyelimuti hatinya. Apa yang di takutkannya selama ini benar-benar terjadi saat dia tak berada didekat Ody.Ada puluhan pertanyaan yang berputar-putar di dalam benaknya, tentang apa yang terjadi dan bagaimana Ody bisa bertemu dengan Victor. Langkah cepatnya membawa dirinya ke ruang tunggu IGD."Edo," Seru El kala melihat Edo berjalan mondar-mandir di depan pintu IGD.“Pak El,” jawab Edo dengan wajah penuh kekhawatiran.“Ody mana?” tanya El.