Part 59 - Kidnapping
Luna menghentikan kendaraan beroda empat itu di depan gerbang sekolah Grace. Ia turun dari mobil sambil melihat sekitar sekolah yang sudah tampak sepi karena memang seluruh penghuni sekolah sudah pasti telah pulang mengingat matahari hampir tenggelam.
Namun, karena ia sudah berjanji dengan Grace akan menjemputnya untuk kembali ke apartemen lama mereka. Seharusnya gadis kecil itu sudah tahu ia akan datang setelah ia merapikan barang-barang. Beruntung Valerio meminjamkannya mobil walau Luna menolak, pria itu tetap memaksanya jika tak ingin diantarkan dirinya.
Luna menekan ulang panggilan terakhirnya, menunggu dering beberapa detik lalu panggilan itu mulai terjawab.
“Halo, Grace, Aunty
maaf yaa skrg lama update, karena ini juga udh mendekati part ending. Dan aku jg sambil2 ngelayout naskah ini agar bisa segera PO. see you N.J
Part 60 - Axel's sacrifice Axel menutup panggilan telepon Roberto untuk kesekian kalinya. Setelah melakukan perpisahan terhadap Luna. Dirinya merasa masih belum siap berkomunikasi dengan siapa pun, termasuk orang kepercayaannya sekalipun. Terlebih semalam ia mendapat panggilan telepon dari Louisa yang mengatakan ingin meminta seluruh perusahaan Dante padanya. Wanita gila itu jelas membuat Axel tak habis pikir dengan mengancam akan merebut miliknya dengan paksa. Axel merasa Louisa telah terdoktrin seperti ayahnya yang memilih merampok orang daripada berusaha menerima kenyataan atau paling tidak meminta bantuan padanya. “Tuan, Roberto menghubungiku dia—” “Aku tak ingin menerima panggilannya.” “Axel, Angelica disekap. Aku h
Part 61 - Luna's sacrifice Suara baling-baling dari helikopter yang hendak mendarat pada sebuah helipad terdengar gaduh di luar gedung. Axel menghentikan mesin helikopter tersebut dan segera turun dari sana. Getaran pada saku jasnya terasa di dada, ia mengeluarkan ponsel pintarnya dan melihat nama Luna tertera memanggilnya. Alih-alih segera menjawab, jarinya malah berkhianat dan memilih menolak panggilan tersebut serta mematikan selular itu lalu melanjutkan langkahnya untuk memasuki gedung yang menjadi tempat pertemuannya. “Maaf, Luna. Kau tak harus tahu semua ini. Aku janji akan selesaikan tanpa membebanimu lagi.” Setelah bergumam demikian Axel membuka pintu besar itu hingga seketika sorot lampu menembak dirinya sampai membuat Axel harus menutupinya menggunakan tang
Part 62 - This is not the end “Axel,” lirih Luna masih sempat menatap Axel saat tubuhnya baru saja mendapat hantaman dari kursi besi lipat yang diberikan Valerio. Mata yang mulai sayu menandakan kesadarannya menipis dibarengi dengan keluarnya aliran darah dari mulut dan pelipisnya membuat Axel terbelalak dengan napas tersengal berat seakan berhenti berembus sejenak. “Luna apa yang kau lakukan?!” Erangnya merengkuh tubuh wanita yang lemas tak berdaya itu. “Sudah cukup, Ax. Kau tak perlu berkorban lagi. Bukan salahmu,” ujar Luna pelan. “Selamatkan Grace untukku.” Axel menggeleng kuat, napasnya memburu cepat merasakan sesak di dada dan dalam sekejap aliran deras dari matanya yang memerah keluar hingga rasa perih membasahi pipi lebamn
Part 63 - Turn back into the past Kelopak mata yang terbuka menyambut silau putih dan mengusik netra abu Axel yang baru terbangun di suatu tempat asing baginya. Axel melihat ke sekeliling ruangan putih itu tak tampak siapa pun di sana. Tatapannya tertuju pada satu pintu berwarna senada. Tungkai kakinya turun dari ranjang dan menginjak lantai putih lalu melangkah mendekati pintu tersebut dan membukanya. Satu sosok tampak membelakanginya tengah duduk di depan cermin sedang mempercantik wajahnya dengan riasan tipis hanya untuk menutupi garis tipis pada sudut matanya. Pria itu mengerutkan keningnya dan mendekat demi memperjelas penglihatannya. “Mom,” panggilnya yakin bahwa sosok itu adalah sang ibu yang sangat ia rindukan. “Axel,” jawab sang ibu menoleh pada pantulan kaca yang menampilkan put
Part 64 - The real truth or a dream? Axel tertarik ke dimensi lain. Netranya menjelajah ke seluruh penjuru, sejauh pandangannya kini dirinya mengenali bahwa tempat yang ia datangi kali ini adalah sebuah ladang anggur yang di ujungnya berdiri satu bangunan rumah. Ia melihat Luna berada di dekat sana hendak masuk dan secara otomatis membawa langkah Axel untuk bergegas menyusul. “Luna!” serunya memanggil walau tak digubris oleh wanitanya. Sebelumnya Axel berusaha mengikuti insting dan kembali menuju pintu putih tempatnya pertama kali menemukan sang ibu. Lalu setelah kembali pada ruangan serba putih, dirinya menemukan pintu lain. Dari pintu itulah kini ia tiba ke tempat Luna berada. “Luna tunggu,” panggil lagi Axel walau tetap tak mendapat gubrisan.
Part 65 - Pretend the pain “Keduanya mengalami gejala yang sama dan melewati masa kritis hanya selisih beberapa menit.” Penjelasan kedua dokter yang ditanyai Roberto dan Damian hampir membuat mereka merasa ada yang aneh dari kejadian itu. Namun, keduanya tak memikirkan lebih panjang karena yang terpenting Axel dan Luna sudah melewati masa kritisnya. Hingga beberapa jam kemudian waktu sudah cukup malam saat Axel akhirnya tersadar. Samar-samar dia mendengar suara dua pria tengah membicarakannya dengan posisi dirinya yang sedang diperiksa oleh dokter, sampai kesadarannya kembali sepenuhnya dan melihat Roberto juga ada di sana. Sang dokter mengatakan tak ada organ dalam yang rusak setelah mengeluarkan peluru dari dadanya. Beberapa memar dan luka jahit kecil pada pelipis yang membuat kepala Ax
“Maaf menambahkan luka di tubuhmu,” bisik Luna. Semarah apapun dia, dirinya tetaplah luluh saat Axel memelas kesakitan sekalipun hanya pura-pura, tetapi Luna tak tega jika Axel meringis. Kini dirinya menuruti pria itu yang ingin merapatkan ranjang keduanya agar bisa lebih dekat. Luna duduk menghadap Axel yang belum bisa bergerak leluasa, wanita itu memerhatikan keadaan prianya lebih lekat dan merasa sedih akan kondisi Axel yang terjadi karena kehadirannya. “Ini tak sebanding denganmu. Jangan merasa begitu saat aku memiliki kesempatan untuk berkorban.” Luna menggeleng tak menyetujui ucapan Axel. “Tak harus sampai meregang nyawa untuk menunjukkan pengorbananmu, Ax. Aku tahu seberapa besar perasaanmu.” Axel tersenyum tipis.
Part 67 - "You wanna f*ck with me?!"Pagi harinya di rumah sakit. Axel memaksa meminta pulang, begitu juga dengan Luna yang tampak sudah sangat rapi dan siap untuk kembali. Tak ada yang berani menahan pemilik saham terbesar di rumah sakit itu jika ia ingin pulang, sekalipun dokter yang menanganinya.Awalnya Luna yang berkeras untuk kembali demi mencari bukti penglihatan mereka di alam bawah sadar itu benar adanya. Namun, seperti yang semua orang ketahui bahwa Axel adalah bos pemaksa, maka kini keduanya bertekad mencari bersama demi menuntaskan apa yang terjadi di masa lalu.“Kau yakin tak apa dengan dadamu, Ax?” tanya Luna kesekian kalinya.“Aku yakin, Luna. Lagi pula kau bersamaku. Aku tak ingin kau bertindak gegabah dan malah membawamu dalam bahaya. Sudah kubilang itu tak akan terjadi lagi, kita akan melakukannya bersama,” tutur Axel membuat Luna tersenyum mencurigakan.“Apa ada yang lucu dari ucapanku, Luna?”“Tida