Dante POV
Kuhabiskan malamku untuk kembali ke istanaku. Aku bergelut dengan ketiga pengawal pribadiku untuk melampiaskan amarahku di tempat gym gedung ketiga. Mereka bertiga menuruti keinganku tanpa bantahan sama sekali. Street fight kupilih menjadi olahraga yang akan menghabiskan seluruh energiku malam ini. Dan jujur saja, pertarungan kami berlangsung cukup lama. Kuizinkan mereka untuk mengeluarkan segala kemampuan mereka dalam bertarung dengan tangan kosong sampai aku melupakan segala rasa sakit di wajah dan tubuhku akibat pukulan Bobby sahabat karibku, serta sakit di hatiku akibat pilihan gadisku yang memilih pergi meninggalkanku.
Kai, Eugene dan Victor dengan sekuat tenaga menyeimbangi perkelahianku secara bergantian. Tampak wajah Kai dan Victor yang sudah sangat kelelahan sedangkan Eugene dengan badannya yang setara denganku masih bisa mengimbangi permainanku. Aku tidak menyalahkan Kai atas kelalaiannya sore tadi. Vict
Author POV"Lyli, bangun sayang..."Lylia membuka paksa matanya saat seseorang baru saja memanggil dan menyentuh bahunya pelan. Tentu saja ia mendapati Kakak angkatnya, Ted tengah mematung menatapnya dengan ekspresi leganya. Lylia segera mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan yang kini diisi oleh 2 orang dokter dan masing masing perawatnya."Dokter mau ngecek dulu, ini udah hari ke-3 katanya kalau kakimu membaik, gipsnya sudah bisa dibuka." Jelas Ted pelan.Lylia yang tampak sedang mencerna segala ucapan Kakaknya di otaknya yang juga baru ikut terbangun. Ia kemudian mengangguk paham akan maksud Kakaknya dan membuka selimut yang menutupi seluruh badannya untuk membiarkan para dokter menjalankan tugasnya.Para dokter itu kemudian bekerja di depan mata Ted yang terus mengawasi mereka dengan sorot mata tajamnya. Ia tidak ingin ada kesalahan apapun yang akan menyakiti Lylia lagi di kemudian hari. Sedangkan Lylia kembali menutup matanya, melanjutkan tidurnya yang terganggu, masih sambil
Author POV "Selamat pagi, Lyli." Bisik seseorang di telinga kanan Lylia. Lylia segera membuka matanya, seolah baru sadar dirinya tengah menjalani pembukaan gips bersama para Dokter dan Kakaknya. Namun yang ia dapati malah sosok Nicholas yang tengah menatapnya sambil duduk di kursi pengunjung di sebelah kasurnya dengan senyuman yang terulas di wajahnya. Lylia tidak mendapati bayangan Ted sama sekali dan kini kakinya sudah terbebas dari beratnya gips yang membatasi pergerakannya selama ini. "Oh.. Selamat pagi Kak." Balas Lylia celingak celinguk mencari bayangan Ted. Seolah sadar apa yang sedang Lylia cari, Nicholas mengelus bahu Lylia untuk menenangkan gadis yang terlihat kebingungan itu. "Kakakmu sudah pamit berangkat kerja dari tadi pagi, Ly. Aku di sini untuk menggantikannya menjagamu. Bagaimana perasaanmu?" Tanya Nico. "Oh.. Pantas saja. Aku mengingatnya terakhir bersamaku waktu pembukaan gips. Kakak sendirian datangnya? Mana Dad-" Ucapan Lylia terhenti seketika,ia menggigit bi
Dante POVAku kembali disibukkan dengan dokumen kantorku yang bukannya berkurang, malah terkesan semakin bertambah setiap menit. Bukan berarti aku tidak mengerjakannya dengan baik, hanya saja konsentrasiku belakangan ini sedang tidak bagus. Tidurku juga tidak pernah nyenyak dan bahkan tenagaku lebih sering kuhabiskan dengan berolahraga sampai larut malam, agar dapat bisa tertidur. Jadi tentu saja setiap pagi badan dan otakku pasti kelelahan.Aku kembali menghentikan gerakan jariku saat pintu kantorku dibuka oleh sahabatku, Bobby. Aku menyandarkan tubuhku di kursi kebesaranku dan menatapnya dengan datar. Tumben sekali dia menghampiriku setelah menghilang selama 3 hari. Tentu saja dia tengah sibuk menjaga Lylia di rumah sakitku. Aku tau kondisi anak itu, tapi sebisa mungkin kucoba untuk tidak peduli. Dan itu sangat menyakitkan!"Ada apa?" Tanyaku singkat."Tanda tangani ini." Perintahnya.Dia memberikan beberapa lembar kertas yang sudah di tempeli materai ke atas meja kerjaku. Terkesan s
Author POVNicholas sedang membalut selimut di tubuh Lylia yang sedang tertidur karena obat tidur yang di berikan dokter bersamaan dengan obat pereda nyeri untuk meredakan rasa sakit yang terus mengganggunya sedari siang. Ted dan Bobby juga masih menghilang entah kemana semenjak pagi. Sibuk bekerja adalah alasan satu-satunya untuk Ted agar bisa cepat membawa Lylia pergi dari sini, sedangkan Bobby? Baru hari ini dia tidak menampakkan batang hidungnya di depan Lylia sama sekali.Drek!!!Pintu kamar Lylia sedang di buka dengan kasar oleh seseorang. Nicholas segera memalingkan wajahnya untuk melihat sosok yang berani membanting pintu kamar rawat Lylia seolah sengaja ingin mengagetkan orang di dalamnya."Marie!" Pekik Nicholas setengah berbisik.Marie hanya tersenyum singkat saat melihat Nicholas yang menegurnya, lalu melirik sinis ke arah Lylia yang sedang tertidur di kasurnya."Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Nico."Mengunjungimu." Jawab Marie singkat dan kembali tersenyum menatap Ni
Dante POVDinginnya udara malam hari kini menyambutku yang tengah sibuk menghancurkan tempat persembunyian orang orang yang sudah berani membakar gudang bawah tanahku. Benar dugaanku, rupanya peristiwa itu akibat ulah dari rekan saingan bisnisku, Ronan Cross. Dia masih mencoba menjatuhkan karir bawah tanahku dengan memanfaatkan teman-temannya agar tidak bersinggungan langsung denganku. Tapi tetap saja, akibat ulahnya ini aku mengalami kerugian yang cukup besar. Kalau memang ada orang yang harus dibuat sengsara, maka Ronanlah orangnya.Suara gemuruh perkelahian terdengar jelas di seluruh penjuru ruangan. Anak buahku sebagian besar ikut menjalankan tugas malam ini karena aku sendiri juga ikut terjun langsung ke lapangan. Ketiga bodyguard kepercayaanku juga ikut menemani langkahku. Mereka bertarung melindungiku yang sudah kelelahan membunuh mereka yang berani menentang kekuasaanku.Bukan berarti tenagaku sudah tidak seperti dulu. Tidak. Hanya saja tubuh dan pikiranku sekarang sedang sama
Harap Bijak Dalam MembacaAda sedikit adegan dewasa 21+ . . . Author POV Sepasang manusia berlawanan jenis itu kini tengah sibuk saling menghujam satu sama lain demi mencari titik kepuasan mereka masing-masing. Ruangan perawatan yang mereka gunakan kini sudah berantakan sejalan dengan permainan mereka yang cukup keras. "Sialan kau! Dasar jalang!!" Pekik Nico yang sedang memukul-mukul kedua gunung kembar Marie yang memantul-mantul lepas di bawah tubuhnya. "Damn you, Nicholas!!" Maki Marie yang ikut menikmati setiap hujaman kenikmatan yang Nicholas berikan untuknya. "See? Berhenti menjelek-jelekkannya!! Kau bahkan lebih rendah darinya!! Akkh!!!" Pekik Nico saat ujungnya semakin mendekat. "Di dalam saja!" Marie meraih tangan Nicholas dan menjepit pria itu dengan kedua kakinya yang membuat Nicholas kesusahan untuk mengeluarkan miliknya dari lubang kenikmatan Marie. "Lepas!" Pekik Nicholas tidak tahan. "Hell no!" Marie tersenyum sumringah, puas akan kerja kerasnya selama hampir
Author POV Di satu sisi, Bobby yang tengah menyibukkan dirinya di keramaian diskotik malam hari mulai beranjak dari tempatnya melarikan diri dari kesibukannya mengurus dua anggota keluarga yang harus dijauhkan satu sama lain. Bobby memijat pelipisnya yang kembali berdenyut. Apa lagi yang terjadi sekarang? Di saat ia merasa semuanya baik-baik saja, ternyata ada saja pihak yang terus berusaha membuatnya sibuk. Bobby kemudian berlalu meninggalkan para wanita penghibur yang tengah mabuk oleh minuman keras yang Bobby pesan. Ia kemudian mengambil alih kendaraannya sendiri menuju ke rumah salah satu orang yang paling ia curigai atas insiden hilangnya Lylia dari rumah sakit. Siapa lagi kalau bukan Dante Prime, Sugar Daddy Lylia. Sepanjang perjalanan Bobby berusaha sekuat mungkin agar tidak terbakar emosi. Ia sangat yakin kalau Dante masih belum bisa meninggalkan gadis itu sehingga ia nekat berbuat ulah semacam ini. Jangan sampai Bobby harus memanggil pihak yang berwenang untuk memisahkan me
Author POV Di satu sisi, Ted terus mengobrak abrik ruang pengawasan demi mencari tau apa yang sebenarnya terjadi saat ia pergi. Dengan bantuan bodyguardnya yang kini datang untuk membantunya, mereka menanyakan ke petugas keamanan yang berjaga hari ini tentang apa saja yang sudah terjadi. Sedangkan Ted terus membuka file video rekaman CCTV satu persatu. Namun apa yang ia lakukan tidak membuahkan hasil sama sekali. Rekaman peristiwa hari ini semuanya telah dihapus oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Ted sudah tidak mempunyai bukti apa-apa lagi. Merasa frustasi, Ted segera berjalan kembali ke kamar rawat Lylia yang sudah kosong. Para bodyguard yang terluka itu kini sudah dibawa ke ruang pengobata. Melihat darah yang tercecer di lantai semakin membuat hati Ted tidak karuan. Ia terus dihantui ketakutan yang teramat sangat jika harus membayangkan Lylianya terluka. Ted segera mengambil ponselnya kembali. "Paman..." Sapanya panik. "Maaf lama, Paman sedang di jalan menuju rumah sakit."