Alvin yang kagetpun langsung mendorong Dita dari hadapannya.
Ia kaget karna kelakuan Dita terhadapnya barusan dan kaget karna yang melihat kejadian itu adalah Kim.
"Kakak, jahat," Isak Kim sambil menahan tangisnya.
"Kim, ini nggak seperti yang kamu bayangkan," terang Alvin menjelaskan.
Tanpa komentar apa-apa lagi, Kim langsung berlalu pergi dari sana.
"Kim!!!" teriak Alvin hendak mengejar.
"Alvin, kamu mau kemana? Biarkan dia pergi, ada aku disini," ujar Dita mencoba menahan Alvin.
'Plakkk.'
Sebuah tamparan mendarat di pipi kiri Dita, yang langsung meninggalkan bekas memerah. Ini adalah kali pertama Alvin menampar seorang wanita dalam hidupnya karena tak bisa lagi menahan emosinya.
"Diem dan tutup mulut lo! Inget, kalo terjadi apa-apa sama hubungan gue dan Kim, gue nggak akan pernah biarin hidup lo tenang.
Sampai ke ujung dunia pun, lo akan gue kejar. Ngerti!" jelas Alvin dengan wajah yan
“Tante,” ujar Andi dan Restu kaget berbarengan.Gimana mereka nggak kaget, coba, yang datang itu adalah mamanya Alvin.“Alvin, kamu kenapa, Nak?” tanya Mila menghampiri Putranyayang setngah sadar, tapi sepertinya, saat ini dia sudah nggak sadar total. "Vin, lo mau kemana?" tanya Andi pada Alvin yang langsung menyambar konci mobil yang ada di tangannya."Gue pinjem mobil lo bentar," balas Alvin langsung berlalu pergi."Lo mau kemana?" tanya Andi sedikit berteriak, tapi pertanyaannya tak mendapatkan jawaban."Astaga! Tu anak mau kemana lagi," ujar Andi sambil menghubungi seseorang di ponselnya.---000---Malam ini Kim sedang dalam perjalanan menuju cafe tempat janjiannya bersama Hani, Jeje, dan Dylan. Ia mau menceritakan semua masalahnya sama mereka. Siapa tau ketiga temannya itu punya solusi yang tepat."Sorry guys, gue t
"Ada apa di dalem?" tanya Andi penasaran, begitu juga dengan Ryan yang saat itu mengangkat Restu di pundaknya."Turunin gue dulu, ntar gue kasih tau di mobil," ujar Restu sedikit melambatkan volume suaranya.Mereka bertiga kembali ke mobil sambil mengendap-endap.Setelah berada di mobil, Ryan dan Andi yang penasaran pun memaksa Restu untuk segera memberitahu, ada apa di dalam tadi."Kalian nggak akan percaya ini,'' ujar Restu, dan itu membuat kedua temannya kesal karena Restu tak langsung bicara."Eh, lo tinggal bilang apa yang terjadi aja, Res," geram Ryan"Alvin di dalem sama, Dita,"Ujar Restu singkat."Jadi bener, Alvin selingkuh sama Dita," balas Andi langsung menyimpulkan."Gue belum selesai ngomong, Pak dokter. Makanya, jangan langsung nyamber aja." Kali ini Restulah yang mengomeli Andi."Ya udah, jelasin.""Dita di sekap oleh Alvin di dalem,karna dia nganggep Dita lah bian
'Deg.' Hatinya bergetar saat tangan itu menyentuhnya."Aku mohon jangan lakuin itu, aku nggak mau Kakak seperti ini," ucapnya masih dalam keadaan memeluk Alvin.Mendengar kata-kata itu, Alvin menyadari siapa yang sedang memeluknya saat ini. Senjata yang tadinya sudah siap mengeluarkan pelurunya, dan siap menembus kepala Dita, tiba-tiba jatuh dari tangannya."Kembalilah menjadi Kak Alvin yang dingin. Aku rela di omelin tiap hari, di madu dengan buku-bukumu yang banyak itu, tapi jangan seperti ini. Aku sangat tidak menyukainya," ucapnya melanjutkan kata-kata sambil menangis sesegukan.Alvin yang tadinya masih membelakanginyapun langsung berbalik badan dan membalas pelukannya. Karena ia tau pasti, siapa dia. Ya, dialah Kim, wanita yang berhasil membuatnya tergila-gila. Wanita yang sudah berhasil membuat hatinya tunduk."Maafin aku yang nggak mempercayai Kakak, maafin aku yang masih kekanak-kanakan," ujar Kim lagi sam
Restu yang tadinya sudah keluar dari ruangan Alvin, sekarang ia kembali lagi. Seperti sedang memikirkan sesuatu yang amat sangat penting. Ia duduk di kursi yang berhadapan dengan mejanya Alvin. Seolah sedang merangkai kata yang akan ia keluarkan."Ada apa lagi?" tanya Alvin dengan pandangannya yang tak beranjak dari laptop."Vin, lemburnya besok aja ya, pliss. Gue mau ngedate sama cewek gue," mohon Restu dengan tampangnya yang ia buat semenyedihkan mungkin."Besok minggu, lo mau kerja sendirian, hah?""Lo jugalah.""Gue besok mau istirahat seharian, gue capek," jelas Alvin menolak mentah-mentah permintaan Restu."Bilang aja lo mau berduaan bareng Kim di rumah. Pake alesan capek, mau istirahat segala lah," kesal Restu karna permintaannya tak di kabulkan
"Nyusulin, Kim," jawabnya singkat"Hah, siapa, ya? Emang kita kenal gitu?" tanya Kim sok nggak kenal"Yakin, nggak kenal sama aku?" kesalnya sambil mencubit pipi Kim gemes."Ini sakit loh, Kak," gerutu Kim sambil memegangi pipinya yang merah karna bekas cubitan."Masih tetap nggak kenal?''"Ngapain kesini, bukannya tadi nggak mau? Sekalian aja tidur di kantor!""Itu nggak enak banget loh, Vin," ledek Ryan."Sorry," ucapnya. "Jadi gimana, dinner-nya?""Gagal! Kakak nggak liat kita lagi makan," balas Kim masih dengan wajah cemberutnya."Ditinggal aja," ujar alvin singkat sambil menarik tangan Kim untuk pergi dari sana."Eh, eh, mau kemana?" tanya Kim yang masih diseret oleh Alvin dan entah akan di bawa kemana.Sementara Ryan, Jeje dan Dylan cuma menatap ke arah mereka bersua sambil geleng-geleng sambil berpikir, 'ada ya pasangan kayak gitu.'Alvin mengajak Kim menuju sebuah taman.
Saat ini Kim dan Alvin sudah berada di kediaman Doni dan Mila. Sesuai janjinya Kim tadi, yang ingin membantu mama mertuanya packing barang. Sedangkan Alvin sendiri, dia masih sibuk sama laptopnya itu. Memang bener-bener ya ni orang, orang tuanya mau pergi dia mah santai aja. Apa cowok emang kayak gitu."Kim, kalau kami nggak ada di sini, jangan berantem lagi ya, sama Alvin. Mama tau, Alvin itu orangnya nyebelin banget, tapi dia sebenarnya sangat baik dan penyayang. Cuman cara dan ngungkapinnya aja yang beda," pesan Mila pada menantunya saat beberes."Iya, Ma.""Kami di sana nggak akan bahagia dan tenang, kalau ada apa-apa sama kalian."''Iya, Ma."Setelah membantu mama mertuanya, Kim dan Alvin balik ke rumah pada jam 9 malem. Sumpah, ini mata udah nggak bisa di ajak kompromi lagi. Ngantuknya pake berat. Seolah ada iblis yang bertengger di kelopak matanya."Kak, ntar kalo udah nyampe bangunin, ya, aku ngantuk," ujar K
Ternyata kedua orang tua Kim lah yang datang."Alvin, kamu yang sabar ya, Nak. Semua kejadian ini udah ada yang ngatur," ujar Jessica menenangkan menantunya."Sekarang aku udah nggak punya orang tua lagi," ucapnya dengan nada lirih."Jangan bicara begitu. Kami ini orang tua kamu, Vin, kamu adalah putra kami. Jadi, jangan berfikir seperti itu," tambah William.Di saat itu, ponsel yang ada di dalam genggaman Alvin berdering, tapi ia abaikan saja. Kim yang penasaran, mengambil alih. Ternyata, Restu lah yang menghubungi."Aku keluar bentar," ucap Kim beranjak dari duduknya menuju teras depan."Hallo, Kak," jawab Kim."Aku udah cek ke bandara, dan sudah dipastikan kalau orang tua Alvin menjadi korban," jelas Restu di telepon."Hmm, makasih, Kak, udah bantuin cari infonya," ucapnya menutup percakapan dengan Restu.Ia kembali masuk,
"Siapa?" tanya Andi"Rekan Guru sama anggota OSIS," jelas Kim dengan wajah panik, tapi Andi cuma menanggapinya dengan tampang bengong. "Cepetan dong, Kak," geramnya semakin gregetan.Akhirnya ia dan Andi segera mencopot satu-persatu foto yang ada dirinya. Ya kali semua orang ntar pada lihat, kenapa ada fotonya di rumah Alvin? Nggak mungkin ia jawab kalau, 'saya istrinya Pak Alvin'.itu benar-benar masalah besar.Setelah selesai, untuk kesekian kalinya ia kembali hendak membangunkan Alvin"Biar aku yang bangunin, sana kamu ke kamar aja, ngumpet dalam lemari," suruh Andi.Ni orang dalam keadaan panik gini masih sempat-sempatnya buat becanda. Ngapain juga mesti ngumpet dalam lemari.Dengan segera, Kim menuruti ucapan Andi untuk ke kamar, tapi tidak dengan ngumpet dalam lemari."Vin, woyy bangun!!! Dasar kebo, ntar gelar pangeran lo gue ambil baru tau rasa." Andi langsung heboh tepat di telinga Alvin, dan itu memang sengaja ia laku