Happy Reading-----
“Kau sudah pulang?” tanya Liora setelah panggilan telepon dari Gavriel ia angkat.
Ia menyalakan lampu projector bergambar bintang-bintang yang segera memantul di dinding kamar Vierra yang telah derup.
“Bagaimana kau tahu?”
Gavriel melangkah menaiki anak tangga menuju pintu utama mansion. Seperti perkataannya pada kekasih gelap Marco, ia membuat wanita itu ke tempat yang selalu basah atau lebih tepatnya, Gavriel menenggelamkan mayat itu ke tengah laut dengan memberikan pemberat. Sehingga wanita berambut blonde itu akan terus berada di dasar laut bersama ikan-ikan yang memakan tubuhnya.
“Dari tadi aku berbicara dengan Ellena di telepon.”
“Oh ....” Gavriel menghentikan langkah beberapa saat sebelum melanjutkannya kembali.
Ia tak menyangka Ellena akan menceritakan masalah rumah tangganya pada Liora. Ia tak tahu bahwa rupanya dua wanita itu c
Happy Reading-----Liora tak lagi membutuhkan jawaban dari bibir Gavriel ketika pria itu sudah menjawabnya dari segala bentuk respon tubuh yang menegang kaku. Liora menggeleng tak menyangka.Bola mata Liora gemetar, sama hebatnya dengan tubuhnya yang mengigil. Pandangannya pun mulai buram oleh lapisan bening. Namun, ia dengan keras menahan air mata agar tak jatuh. Ia tak boleh terlihat lemah di depan pria yang telah menginjaknya.Tubuh Liora berbalik dengan cepat. Tak ada alasan lagi baginya untuk terus berada di ruang VIP yang telah berubah menjadi tempat menjijikkan ini. Padahal beberapa waktu lalu, tempat ini terasa begitu positif dengan harapan-harapan bisnis besar mereka dan interaksi hangat Gavriel dan Pierro.Bisnis? Apa arti rencana bisnis mereka setelah ini?“Kau mau ke mana?” cegah Gavriel mengambil siku Liora dan membuat wanita itu terpaksa memutar tubuh padanya.“Aku sudah selesai de
Happy Reading-----“Liora, letakkan pistol itu. Kita bisa bicara.” Tangan Gavriel terangkat terulur perlahan ke arah tangan Liora, mencoba menenangkan sekaligus berhati-hati.“Aku sudah cukup berbicara omong kosong denganmu!” Dagu Liora mengeras di tengah dadanya yang terasa terbakar dengan napas terengah-engah.“Lalu kau ingin membunuhku? Itukah yang kau inginkan?” Pandangan Gavriel meredup yang seketika membuat bibir Liora gemetar. Tatapan itu mengingatkan pada Gavriel yang selama ini ia cintainya dan kini telah menghancurkannya.Keduanya saling mengunci pandangan beberapa saat di detik-detik sunyi.Gavriel menggeleng. Pandangan Liora yang tajam dan penuh kebencian itu lebih dari saat awal perkenalan mereka. Gavriel lalu melangkah kecil. “Kita tak seharusnya berakhir seperti ini,” katanya lembut.Liora tersenyum dingin. “Sangat lucu ketika kau sendiri yang membuat
Happy Reading-----“Jangan lakukan apa pun!” sergah Vello cepat ketika panggilan teleponnya pada sang suami terangkat.“Lakukan apa?” tanya Dexter datar dan santai.Ia menaikkan mata pada kedatangan seorang pria berjas hitam bertubuh tegap. Dexter lalu menggerakkan jari sebagai kode pada kepala bodyguard itu untuk melangkah memasuki ruang kerjanya di kantor.Bodyguard berkepala botak itu kemudian berhenti beberapa langkah di depan meja sang chairman sekaligus CEO Quinton Corp. Bodyguard tersebut berdiri siaga dengan menutup punggung tangan di bawah perut. “Aku tahu yang terjadi dengan Liora. Arthur juga melapor padaku.”Dexter seketika menegakkan duduknya. Pria itu lalu berdecak.“Aku yang memintanya melapor. Jangan salahkan Arthur,” kata Vello yang membuat Dexter menghela napas kasar. Istrinya seolah dapat membaca isi kep
Jawaban mayoritas pada salah hahaha, tapi aku tetap publish malem ini karena seru banget baca antusiasme kalian :* Makasi yaaa. Lope u all!!Happy Reading-----Bulu mata lentik Liora mengerjap cepat, tak menyangka mendapati sosok pria ini ada di hadapannya. Terlebih datang ke kantor.Pria itu semakin tersenyum lebar mendapati keterkejutan Liora. Jenis senyum kekanakan khasnya yang tengil sekaligus tampan, membuat siapa pun mudah merindukan pria itu.“Baby!” Grayden merentangkan tangan dan langsung memeluk Liora tanpa menunggu wanita itu mendekat padanya lebih dahulu.“Ada apa dengan wajahmu? Apakah kau baru saja mengalami hari yang buruk?” tanya Grayden di rambut Liora sebelum menyematkan kecupan sayang.Liora menjatuhkan tasnya. Kedua tangan itu langsung melingkar ke punggung Grayden. Air matanya kembali luruh dengan dirinya yang terpejam.Kedatangan Grayden terasa begi
Happy Reading-----Waktu seolah terhenti tiba-tiba. Lantai yang Gavriel pijak pun terasa berguncang di bawah kakinya karena mendengar seluruh perkataan Liora.Ia tak pernah membayangkan secuil pun hari di mana Liora tak lagi ingin melihatnya seperti saat ini. Tatapan itu, perkataan itu.Cara Liora memandangnya begitu dingin menghunjam. Seperti sudah tidak ada lagi cinta yang tersisa, hanya ada benci dan kekecewaan.Tidak, tidak. Ia tak bisa menerimanya. Bahkan untuk sekadar menjadi mimpi buruk.“Demi Tuhan, aku tak bercinta dengannya!” seru Gavriel cepat. Ia tak bisa memikirkan apa pun lagi selain harus mendapatkan Liora kembali di sisinya.“Terserah apa katamu.”Liora langsung masuk ke mobil dan menutup pintu dengan cepat. Pandangan Gavriel meradang, lalu beralih pada Grayden. Keduanya bertatapan tajam. Grayden tak bisa lagi bersikap biasa, sementara ia kini telah mengetahui pokok permas
Happy Reading----- “Kabarkan padaku jika kau membutuhkan sesuatu,” kata Liora pada Anna. Gendongan Vierra segera beralih pada Liora yang pagi ini sudah rapi mengenakan midi dress formal untuk bekerja. “Baik, Nyonya. Maafkan saya.” Anna menunduk segan dengan kecemasan yang tak bisa hilang di wajahnya. Sejak kemarin adiknya yang berada di Inggris tak bisa dihubung, hingga sampai pagi ini. Monica—adik Anna, bukanlah tipe orang yang sulit dihubungi seperti itu karena Monica tahu kakaknya perlu mengetahui kabar ia dan ibu mereka di Inggris, terlebih jika mengingat kondisi ibu mereka yang hanya bisa berbaring di ranjang dan keluar masuk rumah sakit. Hari ini Liora langsung membebaskan tugas pada Anna, agar gadis itu dapat lebih banyak mencari tahu kabar tentang Monica. Apalagi jika Monica tak di rumah hingga pagi ini, itu berarti ibu gadis itu seorang diri di rumah sejak kemarin. “Tak apa. Aku mengerti.” Liora menepuk s
Happy Reading----- “Ya. Semua baik-baik saja,” lirik Liora tajam pada Gavriel sebelum kembali melanjutkan langkahnya meninggalkan parkiran basement. Hunter dan Gavriel sempat bersitatap beberapa saat sebelum keduanya sama-sama berbalik badan. Gavriel masuk ke mobil, sementara Hunter menyusul Liora. “Biar aku bantu bawakan,” tawar Hunter kala melihat tas bayi yang Liora bawa bersamaan dengan tas kerja wanita itu. Liora memberikan tas itu, sementara Vierra memeluk leher sang ibu dengan arah pandangan pada Gavriel. Wajah bayi itu muram sembari menempelkan pipinya di pundak Liora. Gavriel membuang napas melihat cara pandang bayi tersebut. “Kau benar-benar sudah semakin menyayangi bayi itu, Gav?” gumam Gavriel tak tega. Namun, kemudian ia menggeleng frustrasi. Ia menyalakan kembali mesin mobil dan meninggalkan kantor Liora. “Selamat untuk kemenangan kasus yang kalian tangani,” kata Liora datar dengan sedi
Happy Reading----- Dexter menghela napas ketika panggilan teleponnya dengan sang putri berakhir. Ia sadar betul bahwa dirinya baru saja meminta Liora menghubungi Gavriel, lelaki yang telah menyakiti putrinya. Mata Dexter mengarah pada layar laptop yang menampilkan CCTV Ristorante di Gloria. Ia sudah memeriksa durasi tiap detik di CCTV itu tak terpotong sedikit pun, tak ada tanda-tanda pula kamera yang sempat dimatikan atau dimanipulasi. Ia menimbang pikiran beberapa saat sebelum akhirnya meraih ponsel kembali dan mencari nama Grayden. Ia tak mungkin memberitahukan informasi yang didapatkannya langsung pada Liora. Seperti permintaan sang istri, ia harus terlihat tak ikut campur. Sementara itu, Liora yang tengah menimbang saran dari ayahnya, akhirnya memilih menurut dan menghubungi Gavriel. Ia harus mengesampingkan urusan pribadinya dengan pria itu, karena ada hal yang lebih penting untuk ia prioritaskan saat ini. Di