Hyun Jae nampak memperhatikan wajah Kim Young Jo."Rasanya, aku tidak asing melihat wajahmu, bahkan sangat sering. Tapi, aku lupa dimana.""Katakan saja, kalau kau mulai menyukaiku. Tidak perlu berpura-pura sudah sering melihatku."Hyun Jae mendelik sebal. Ingin rasanya menembak pria di sampingnya ini. Namun, Hyun Jae merasakan kehangatan dan rasa nyaman saat berjalan bersamanya. Kim Young Jo hanya tersenyum melihat wajah Hyun Jae yang nampak sedikit sewot dan kesal. Gadis itu perlahan mengikat rambut panjangnya menjadi satu sehingga tampak seperti ekor kuda."Apakah, kau masih bisa melihat roh yang tak kasat mata? Hyun Jae?" tanya Kim Young Jo tiba-tiba. Hyun Jae menoleh dan tiba-tiba menghentikan langkahnya."Bagaimana kau bisa tau? Kenapa kau ini sangat mencurigakan sekali," cecar Hyun Jae. Kim Young Jo tertawa kecil. "Jawab saja pertanyaanku.""Aku tidak aka
Hari sudah malam, saat malaikat maut 888 tiba di rumah Hyun Jae. Ia pun langsung menuju kamar Hyun Jae. Gadis itu nampak sedang serius belajar, sehingga sampai beberapa saat lamanya ia tidak menyadari kehadiran 888 di kamarnya. Sampai akhirnya ia menoleh dan terkesiap kaget melihat malaikat maut 888 Kim Young Jo.Hyun Jae melotot sambil mengelus dadanya. "Paman mau membuatku mati karena jantungan melihat paman?!" sergah Hyun Jae kesal sambil mengerucutkan bibirnya. 888 tersenyum kecil lalu melangkah menghampiri Hyun Jae."Heh, gadis kecil menyebalkan. Aku kemari hanya ingin berpamitan padamuHyun Jae menghela napas panjang. "Apa hukuman yang raja langit berikan kepada paman?""Dalam waktu 10 tahun, aku harus bisa memperjuangkan 30 jiwa yang sudah di tempatkan di neraka untuk bisa memperoleh kesempatan istimewa dari raja langit menjalani kehidupan yang ke 8. Tapi, aku tidak bisa
Hyun Jae membuka matanya, gedoran di pintu kamarnya makin terasa kencang. Ia bergegas melompat dari ranjangnya dan keluar kamar."Ya ampuun.. ada apa ibuku sayang? Ini masih lagi sekali bu," gerutu Hyun Jae sambil mengerucutkan bibirnya."Mimpi burukmu semalam ibu rasa adalah berkat dewa," ujar Kim. Hyun Jae mengerutkan dahinya lalu menatap Eun Tak yang hanya tertawa kecil melihat kelakuan ibu dan anak itu."Lekas mandi dan bersiap. Di luar ada pemuda gagah dan tampan sekali menunggumu.""Haah....?" Tanpa peduli bahwa ia belum mandi dan wajahnya masih berantakan Hyun Jae bergegas keluar dan berapa terkejutnya ia saat melihat Kim Young Jo sedang berdiri dekat kebun bunganya."Kyaa...! Ada apa kau pagi- pagi datang kemari? Ckckck... Apa kau tidak bekerja?! Kau mau mengikuti aku seharian lagi, huh? Tidak waras!" pekik Hyun Jae. Kim yang mendengar pekikan Hyu
Hyun Jae mengangguk, namun tiba-tiba ia menelan saliva nya sambil menatap lurus ke depan. Tampan 4 sosok berpakaian hitam berdiri di belakang dua orang yang sedang menjaga pintu. Dan, kemudian datang beberapa orang lagi, juga berpakaian hitam. "Malaikat maut," gumam Hyun Jae."Kau bilang apa tadi, Hyun?""Ah, tidak aku hanya bicara sendiri. Mungkin aku sedikit gugup, karena ini adalah tugas pertamaku. Jadi, aku bicara pada diriku sendiri," jawab Hyun Jae. Padahal, dia tidak merasa gugup sama sekali. Ia hanya merasa kaget. Karena sudah lama sekali ia tidak melihat malaikat maut berkeliaran di dekatnya. Selama hampir 10 tahun ini, dia hanya melihat roh - roh yang masih gentayangan dan berlari dari kejaran malaikat maut Setelah beberapa lama menunggu, terdengar sirine mobil polisi datang mendekat, dan dalam waktu 10 menit tempat itu telah di kepung. Penyergapan yang mendadak itu tentu membuat orang - orang
Sesampainya di kantor, Hyun Jae langsung membawa mereka ke ruangan. Dan menyuruh mereka duduk manis. Hyun Jae menghampiri Myeong Na Ri yang langsung mengerutkan dahi melihat anak- anak yang datang bersama Hyun Jae."Mereka...?""Na Ri, kau periksa satu persatu anak- anak itu. Cocokkan dengan laporan yang masuk. Lalu, segera hubungi orang tua mereka."Baik, Hyun Jae. Aku akan membawa berkas- berkas laporannya.""Bawa sebagian kepadaku, biar aku bantu." Myeong Na Ri segera beranjak dan mengambil berkas laporan kehilangan kemudian memberikan sebagian kepada Hyun Jae. Dengan cepat Hyun Jae pun mendata anak- anak itu. Melihat dan menyamakan foto yang ada pada berkas- berkas itu dan kemudian membuat ceklis. Setelah semua selesai, Myeong Na Ri segera menelepon para orang tua dari anak-anak itu.. Tak lama kemudian nampak Kapten Jo
Kang Sin Jae tertawa terbahak-bahak di atas mobilnya."Gadis ingusan sok tau. Haah, Lee Kiaw Sik benar-benar apes bertemu dengannya semalam. Dengan mudahnya pula ia membocorkan lokasi sebelum sempat aku memperingatkan. Gagal semua rencana, jika begini Park Mun yeol harus menemui Dewa kematian," gumam Kang Sin Jae.Ia tiba di rumah sakit dan dengan wajah tak berdosa ia pun langsung memasuki kamar tempat Park Mun Yeol di rawat. Saat ia masuk seorang perawat tengah mengganti cairan infus Park Mun Yeol yang telah kosong."Apa kondisinya sekarang stabil?" tanya Kang Sin Jae."Ah, ya beruntung kondisi pasien baik, sehingga operasi bisa berjalan dengan lancar. Anda dari kepolisian?""Ya, saya akan menjaganya suster.""Jika infusnya habis, langsung beritahu kami, atau silahkan memencet bel yang ada di atas ranjang pasien. Tolong di perhatikan juga layar monitor it
Kim Young Jo membawa Hyun Jae ke bukit penantian. Mereka duduk bersama di puncak bukit tak jauh dari Jeongwol."Masih marah?" tanya Kim Young Jo. Hyun Jae menggeleng, ia menyandarkan kepalanya di bahu Kim Young Jo. Tiba-tiba Kim Young Jo melihat kalung yang di pakai Hyun Jae."Kalungmu...?""Eh, kalungku yang mana? Yang ini atau yang berbentuk bulan sabit ini?""Bulan sabit itu. Darimana kau mendapatkan kalung ini?" tanya Kim Young Jo. Hyun Jae menyentuh kalung itu. "Waktu itu aku hendak ke asrama. Aku melewati jembatan, dan ada ibu tua yang berjualan. Aku tertarik dengan kalung ini. Tapi, dia bilang kalung ini sudah kembali pada pemiliknya. Lalu, saat aku berjalan dan menengok ke belakang ibu itu sudah tidak ada."Kim Young Jo tersenyum. Ia lah dulu yang memberikan kalung indah itu untuk Yue Liang. Dan, kini kalung itu menghias leher Hyun Jae."Jadi
Sudah seminggu semenjak Kim Young Jo kembali ke apartemen nya bersama Ye Jin dan Daek Wo. Pagi ini ia kembali mendapatkan amplop hitam. Sambil menyeruput kopinya, Kim Young Jo membuka amplop itu."Siapa?" tanya Ye Jin."Namanya Luna usianya baru 17 tahun,bunuh diri dengan cara melompat dari gedung perkantoran.""Masih muda sekali. Kapan?""Lusa, tapi kita sudah harus mengikuti gadis itu mulai hari ini. Bersiaplah kalian," ujar Kim Young Jo. Ye Jin dan Daek Wo langsung bersiap- siap untuk berangkat. Seperti biasa, setiap kali mereka bertugas mereka akan mengenakan pakaian resmi. Lengkap dengan dasi berwarna hitam. Seperti kebiasan Kim Young Jo. Mereka berjalan terlebih dahulu ke lobby apartemen, dan menghilang dari pintu.Kim Young Jo mengerutkan dahinya. Mereka sampai di kantor polisi tempat Hyun Jae bekerja."Ada apa Young Jo?" tanya Dae