“Darwin? Tumben sendirian?” sapa Roy, manager pub yang baru saja turun dari lantai 2 ketika aku masuk dari pintu depan.“Eh, Roy. Iya, nih. Gue lagi nggak bareng teman-teman. Gue ke sini mau nyari seseorang sih, tadi kulihat mobilnya parkir di parkiran,” jawabku sambil mengedarkan pandanganku yang kabur karena kepulan asap rokok.“Nyari siapa? Cewek apa cowok?”“Cewek.”“Eh, tumben lu nyari cewek di tempat ginian. Udah bosan jadi anak baik-baik lu?”“Gue serius, Roy. Gue lagi nyari teman gue. Dari tadi ditelpon nggak diangkat, pesan nggak dibalas. Tau-tau mobilnya parkir di tempat maksiatmu ini.”“Wah ... wah ... jangan gitu, Men. Aku cuma kerja di sini. Oiya, dari tadi kulihat nggak ada orang baru sih di sini. Cewek-cewek itu orang lama semua, nggak mungkin kan lu nyari salah satu dari mereka,” ucapnya menunjuk beberapa gadis berpakaian minim yang memandang liar dengan tatapan menggoda ke arahku. Aku bergidik geli.“Ih, amit-amit deh, Roy. Teman gue cewek baik-baik.”“Eh, gue lupa. T
Darwin.“A- aku ... aku pengen dipeluk!”“Hmmm ...”Racauan lirih Alana benar-benar membuatku serasa kehabisan nafas. Aku kembali masuk ke dalam kamar mandi hotel dan memilih mandi mengguyur tubuhku yang serasa panas di bawah shower. Namun belum sempat aku memakai pakaianku kembali, pintu toilet digedor kuat-kuat dari luar.“Buka!!! Aku kebelet!” Suara Alana.“Cepatin! Udah nggak tahan!” Gedoran pintu semakin kuat. Astaga! Bagaimana wanita lemah lembut itu bisa berubah jadi beringas begitu mengetuk pintunya. Buru-buru kuraih handuk hotel kemudian memakainya dan membawa pakaianku keluar dari toilet sebelum gedoran Alana membuat onar di hotel ini.Glekkk!!! Aku terkesiap, kembali menelan liurku yang semakin terasa keras seperti batu. Alana berdiri tepat di depan pintu toliet tanpa pakaian lengkapnya. Sia-sia sudah usahaku mengguyur tubuh di bawah shower barusan. Alana berdiri di hadapanku bak seorang finalis Putri Indonesia yang sedang memperagakan bikini.“Minggir! Aku kebelet!” ucapny
Dengan langkah gontai aku membuka pintu apartemenku dan langsung merebahkan tubuhku di sofa. Aku mengingat semua kejadian di Muse Pub semalam saat aku mengambil mobilku di sana. Terlebih satpam yang langsung menyambutku ketika aku datang ke parkiran untuk mengambil mobilku sedikit banyak menceritakan semua kejadian semalam.“Tenang aja, Mbak. Lelaki mesum yang semalam ngerjain Mbak sudah ditangkap polisi, si Tian juga mau-maunya disuruh masukin pil haram dan obat perangsang ke dalam minuman Mbak hanya karena diiming-imingi uang lima ratus ribu. Akhirnya dia pun harus berurusan dengan polisi, padahal istrinya baru saja melahirkan.” Pak Satpam itu menjelaskan padaku sambil mengiringi langkah ku ke arah di mana mobilku terparkir.“Boss pasti lebih memilih membela Pak Darwin lah. Apalagi teman-teman Jepang nya Pak Darwin itu pelanggan tetap dan loyal di sini. Boss sendiri yang melaporkan si mesum itu termasuk juga Tian pada kepolisian.” Si Satpam masih terus berbicara padaku, sedangkan ak
Alana.Dengan malas aku berjalan ke arah pintu ketika bel apartemenku terus-menerus berbunyi dari tadi. Kepalaku pusing sekali, membuatku memilih hanya berbaring setelah makan dengan lahap tadi.“Alana!!! Kamu nggak apa-apa, kan? Kamu ini senang biikin orang panik ya. Udah nggak ada kabar, ponsel nggak aktif. Pintu nggak dibuka-buka padahal aku udah mencet bell berkali-kali!” Nafisa langsung menyerbu masuk dengan wajah panik saat aku membuka pintu. Kulihat ibu muda itu sedikit kerepotan menggendong Baby Almira.“Kamu ini, Naf. Datang-datang bukannya ngucapin salam malah langsung ngomel,” ucapku. “Hai Baby, yuk sini sama Aunty.” Aku menunduk memasang wajahku tepat di depan wajah Baby Almira.“Haduh maaf-maaf, aku panik, Al. Takut kamu kenapa-kenapa. Sampai lupa ngucapin salam. Assalamualaikum ....”“Walaikumsalam,” jawabku tersenyum. “Maaf ya Naf, udah bikin kamu panik. Tumben nih ngajakin si Baby,” lanjutku sambil menjawil pipi montok Almira.“Baby sitternya lagi izin nengokin orangt
Darwin.Hacker yang menyerang perusahanku kali ini benar-benar membuatku dan tim kewalahan. Mereka hampir saja menghacurkan applikasi terbaru kami yang baru saja hendak dipasarkan, bahkan hampir saja mengacaukan sistem utama di perusahaan. Berutung tadi aku langsung datang ketika seorang karyawanku mengabariku tentang warning atau peringatan yang diberikan oleh sistem kami akibat serangan hacker.Aku bahkan sampai meninggalkan Alana dalam keadaan polos tanpa busana di kamar hotel tadi pagi. Meskipun awalnya aku ragu, aku takut Alana akan mencapku sebagai laki-laki pengecut saat terbangun dan mendapati aku sudah tak ada di sana. Padahal, banyak hal yang harus kuluruskan tentang kesalahan yang ‘mengasyikkan’ semalam. Terutama tentang obat-obatan yang dicampurkan si lelaki mesum di Muse dalam minumannya. Ya, bagiku kejadian semalam adalah kesalahan, sangat salah, kami melakukan hal yang tidak seharusnya kami lakukan. Namun, separuh jiwaku merasa sangat puas dengan semua yang terjadi sema
Darwin.Aku memilih pulang ke rumahku dulu, untuk membersihkan diri dan mengganti pakaian sebelum menjemput Jessy. Saat sedang mandi dan mengguyur tubuhku di bawah shower kamar mandiku, aku baru menyadari jika di bagian dada dan leherku ada beberapa tanda merah berkas gigitan Alana semalam. Aku tersenyum sendiri, Alana benar-benar melakukan yang terbaik semalam, bahkan sampai meninggalkan bekas seperti ini di tubuhku. Kuusap bekas-bekas perbuatan Alana dengan senyum yang terus terkulum kemudian menyelesaikan mandiku dan bersiap menjemput putriku Jessy.Aku menunggu di lobby hotel dan mengabari pada Inge bahwa aku sudah berada di lobby. Tak lama kemuadian gadis kecil dengan rambut panjang yang dikuncir dua berlari dengan senyum lebarnya berlari dari arah lift yang baru saja terbuka lalu menghambur ke pelukanku. Aku segera membungkukkan tubuhku menyambut tubuh mungil putriku kesayanganku.“Papaaaa!!” seru Jessy menghambur ke dalam dekapanku.“Ah, anak Papa sudah gede rupanya. Papa kange
“Ini kan jalan ke arah rumahmu, Mas. Kenapa nggak langsung ke hotel aja sih?” tanya Inge saat kami sudah pulang dari taman hiburan. Jessy sendiri sudah tertidur lelap di jok kursi belakang karena kecapean setelah menikmati berbagai wahana di taman hiburan.“Rumah kita, Nge.” Aku meluruskan.“Tapi kan ....”“Itu rumah kamu dan Jessy juga, Nge,” sahutku sebelum wanita itu meneruskan kalimatnya. “Lagian kenapa kamu malah milih nginap ke hotel, sih.”Inge tak menjawab, seperti biasanya wanita itu memilih tak meneruskan perdebatan. Aku menoleh sekilas padanya.Inge Paramita, wanita yang kunikahi sekitar 3 tahun lalu. Aku tak pernah menjalin hubungan dengan gadis manapun setelah hubunganku dengan Alana berakhir. Setelah pulang dari Jepang dan mengetahui jika Alana sudah menikah, aku memilih menghabiskan waktuku dengan bekerja. Mendirikan perusahaan di bidang IT bersama Harry dan 2 temanku lainnya yang berkewarganegaraan Jepang. Kami berempat dulu juga sama-sama bekerja di Jepang sampai kemu
“Aku bingung bagaimana menjelaskan padamu, Nge. Please, jangan menatapku seperti itu, aku masih pria baik-baik, Nge. Ini ... ini hanya sedikit kesalahan kemarin. Huhh ... begini, Nge. Semalam adalah kali pertama aku melakukan hal itu lagi setelah denganmu, dan ... hhhhh ... itupun terjadi karena ... karena kecelakaan.” Mas Darwin berusaha menjelaskan dengan terbata-bata dan diselingi hembusan nafas kasarnya.“Mas, anggap aku ini temanmu. Kita bisa bersahabat meskipun kita sudah berpisah. Demi Jessy, Mas. Aku mohon jangan ada kebohongan. Aku sangat berharap kamu bisa jadi ayah yang baik dan membanggakan bagi Jessy. Pun jika akhirnya kamu sudah menemukan wanita lain untuk menyandingmu, aku hanya ingin mengenalnya dan memastikan Jessy berada pada orang yang tepat. Agar jika kelak aku pergi, aku bisa pergi dengan tenang,” ucapku lirih, stetes bening berhasil lolos dari sudut mataku. Membahas tentang Jessy akan selalu membuatku seperti ini.Mas Darwin kembali menghela nafas kasar sebelum a