Edwin mengetuk jemarinya ke meja dengan tatapan fokus kepada sebuah pigora berisi foto keluarganya—Max kecil, Jack kecil, Edwin, dan Merry—yang terpajang sempurna di depannya.
"Bagaimana perkembangan Jack?"
"Tuan Jack sudah lama tak mengunjungi club dan tak terlihat bersama dengan wanita lagi, Tuan."
"Hmm... Menarik," gumam Edwin menyuruh pria itu pergi dari ruangannya. Ia mengangguk dan mengibaskan sebelah tangan ke udara.
Edwin menautkan tangannya dan ia pakai untuk menyangga dagunya. Ia tersenyum. Kali ini ia akan mengawasi Jack. Dan ia harus bersikap keras lagi jika putra bungsunya itu sampai membangkang. Sementara untuk Max, tak banyak yang Edwin perhatikan dari pria itu. Max, hanya akan merintangi rencana Edwin untuk membesarkan Baron group dan Grotesque group yang ada di dalam kekuasaannya.
*Fay menurunkan ponselnya setelah menelepon teman-temannya yang ada di Jepang. Ia melirik jam sekilas, pukul tiga sore. Masih a
"Fay mau menerimanya, Aiden?" tanya Jack ketika pengawalnya muncul dari balik pintu kamarnya yang terbuka."Iya, Tuan. Nona Fay sudah menerima tiketnya, Nona berujar kalau Nona lebih suka menonton daripada dinner." Aiden menunduk dengan kedua tangan tertaut di depan badannya yang tegap."Bagus." Jack mengangguk puas sambil mengelus dagunya dengan sebelah tangan.Jack lalu kembali fokus menatap foto-foto yang berhasil orang suruhannya ambil ketika Zeta berada di jalan. Perempuan di foto itu memperlihatkan wajah kecewa dengan membawa banyak kertas di tangannya. "Aku akan segera bertemu denganmu," gumam Jack menyapu wajah Zeta di dalam foto tersebut.Aiden hanya diam melihat Jack bergumam sambil memandangi lekat foto-foto yang berhamburan di depannya.***Matahari pagi menyapa Zeta ketika perempuan itu sedang merenung di sofa sendirian, sedang Sena telah pergi sedari tadi bersama Antony. Zeta sempat bersembunyi ketika Antony
Zeta bergeleng pelan. Ia tak kunjung mengganti pakaiannya meski di depannya, Sena sudah berdandan cantik dan siap untuk berangkat ke bioskop."Zeta... Aku sudah beli tiga tiket loh. Masa mau kau sia-sia kan perjuanganku demi mendapatkan tiket ini, huh?" Sena menurunkan dua sisi mulutnya sambil terus menyisiri rambut gelombangnya yang ia biarkan tergerai dengan handband terselip di sana."Aku kan sudah menolaknya sejak awal." Zeta masih bersikukuh untuk mempertahankan pendiriannya agar ia gagal nonton, sementara biar hanya Antony dan Sena saja yang pergi."Zeta... Ayolah." Sena menarik tangan Zeta. Lebih kencang lagi ia tarik, sampai ia hampir terjungkal ketika Zeta berdiri dengan tiba-tiba."Baiklah."Sena tersenyum. "Aku akan menunggumu di ruang tamu."Zeta mengacak rambutnya kesal. Kalau saja bukan karena bujukan dari Sena, ia tak akan sudi pergi.Zeta kemudian memilih pakaian dengan asal. Ia mencomot kaos, celana jeans, dan j
Dua jam yang lalu adalah saat-saat yang menjemukan bagi Jack. Bagaimana tidak? Dimulai ketika ia menjemput Fay, perempuan itu berdandan lama sehingga membuat Jack mau tak mau harus menunggunya. Ditambah lagi, Fay selalu menjaga sikapnya agar bisa terus terlihat baik ketika perhatian banyak orang tertuju padanya. Membuat Jack benar-benar muak. Bahkan percakapannya dengan Fay sangatlah membosankan dan tak ada yang berjalan dengan baik.Kini Jack berdiri di samping sebuah konter yang berjualan makanan ringan. Ia menanti Fay yang membeli banyak sekali makanan ringan di konter tersebut. Perempuan itu hendak membelikan juga untuk Jack. Namun, ditolak mentah-mentah oleh Jack.Fay kemudian duduk sembari mengunyah makanan yang telah ia beli barusan. "Kau benar-benar tak mau ini?" tanyanya kepada Jack yang masih berdiri."Tidak," jawab Jack tanpa membalas tatapan lawan bicaranya. Ia malah tetap fokus melihat ke arah pintu keluar ruang teater. Ia yakin betul meski ruang te
Fay berdiri di depan gedung bioskop, tak lepas dari perhatian banyak orang kepadanya. Ia benar-benar merasa malu oleh tindakan Jack tadi. Pasti setelah ini akan terpampang di surat kabar tentang Jack menghajar seorang lelaki hanya karena perempuan. Dan sialnya perempuan itu bukan Fay. Sedang, semua orang pasti sudah tahu hubungannya dengan Jack. Fay adalah calon tunangan Jack. Fay berdecak kesal sambil menunggu panggilannya tersambung. Ia menempelkan ponselnya ke telinga. " Cepat jemput aku di depan gedung bioskop! Nanti aku share alamatnya." Ponselnya ia taruh kembali ke dalam tas setelah menyuruh seseorang untuk menjemputnya. Tak menunggu lama, sebuah mobil hitam mulus berhenti tepat di depan Fay. Seorang pria berpakaian serba hitam dan berkacamata hitam melompat turun untuk membukakan pintu bagi Fay. Fay melempar senyum tipis lalu ia mendudukkan dirinya di jok belakang. Sementara pria tadi sudah kembali ke bangku kemudi. Mobil mulai melaju pelan menyatu de
"Cantik..."Zeta refleks menoleh ke belakang. Ia terkesiap dengan pria yang berdiri di ambang pintu kamarnya.Jack bergerak mendekati Zeta. Ia mengulurkan tangannya untuk menyelipkan rambut Zeta ke belakang telinga agar Jack bisa melihat jelas wajah perempuan itu.Zeta merona. Rasa tegang bercampur senang menjalari tubuhnya. Ia benar-benar malu, segera ia menunduk ketika Jack mencondongkan tubuhnya kepada Zeta."Kau tahu, aku menderita ketika kau pergi." Jack berujar dengan nada rendah, penuh kekecewaan."Eum... Kau semenderita apa?" tanya Zeta polos sambil berkedip pelan.Jack tak menjawab. Ia hanya menurunkan pandangan menuju ke juniornya yang tertidur."Oh..." Zeta segera paham, ia mengangguk cepat. "Nanti malam aku akan melakukan sesi terapi lagi.""Baiklah." Jack menepuk-nepuk kepala Zeta pelan, seakan Zeta adalah anjing peliharaannya yang penurut, anjing jenis bichon frise sangat cocok untuk menggambarkan seor
"Aiden... Kau sudah berjanji akan menjawab pertanyaanku kan?" Zeta berbisik, ia menahan sebelum pria itu pergi, sementara Jack sedang tidak bersama mereka."Iya, Nona." Aiden duduk kembali."Jadi..." Zeta memancing Aiden agar pria itu segera bercerita sebelum Jack menyelesaikan mandinya. Jika tidak, ia akan gagal lagi untuk mengetahui apa yang akan Aiden ceritakan mengenai Jack padanya."Tuan Jack terus mengawasi Nona lewat orang-orang suruhannya." Aiden menjawab dengan jujur, tanpa ada yang ia tutup-tutupi."Ah... Benarkah, Tuan Jack sampai melakukan itu?" Kedua pipi Zeta seketika merona ketika tahu kalau selama ini ia tak lepas dari perhatian Jack."Iya, Nona." Aiden mengangguk pelan."Sampai kapan kau mau menahan Aiden, huh? Sudah malam, dia harus segera pulang," seru sebuah suara dari belakang Zeta dan Aiden.Sontak Zeta dan Aiden menoleh ke belakang dan mendapati Jack masih memakai bathrobe sambil bersedekap."
Jack memincing melihat Merry yang sudah duduk di ruangannya. Ia tahu apa yang telah membawa perempuan setengah baya itu ke mari. Kalau bukan surat kabar apa lagi?Senyum terulas di bibir tipis Jack, seraya bersiul pelan ia memasuki ruangannya. Kedua tangan ia selipkan ke saku celana. Sepertinya hari ini mood Jack sedang membaik.Merry tersentak, memutar badannya ketika ia mendapati kedatangan Jack dengan gaya angkuh pria itu yang semakin membuatnya meremang. Surat kabar di tangannya ia remas erat, sangat erat. Ia tak menyangka kalau putra bungsunya itu berani berbuat ulah lagi. Jack bahkan tega meninggalkan Fay, calon tunangannya sendirian. Padahal, Fay adalah perempuan yang baik, tapi malah disia-siakan begitu saja oleh Jack. Tentu, Merry tak akan terima perempuan pilihannya malah tak diacuhkan, sementara Jack malah lebih memilih perempuan lain yang Merry sendiri tidak tahu siapa. Wajahnya tak terlihat. Merry juga payah jika harus mencari tahu tentang seseorang.
Max melambaikan tangan sebelum ia menjalankan mobilnya, dibalas oleh senyuman dan anggukan oleh Zeta.Mobil Max keluar dari halaman rumah Jack, dan kini sudah tak terlihat. Zeta lalu masuk kembali ke rumah.Zeta menautkan kedua alisnya seraya berpikir. Sikap Max padanya sangat lembut dan perhatian, itu memang sifatnya dan bukan karena pria itu tertarik padanya kan? Semoga saja, Max memang orang yang seperti itu, dia tak hanya memperlakukan hal baik kepada Zeta saja, tetapi kepada semua orang yang pria itu temui. Ya, semoga saja.Zeta menghela napas lega ketika mampu mengalihkan pemikirannya ke hal yang lebih positif. Ia berderap ke kamarnya sendiri untuk membasuh wajah agar lebih segar, ia juga akan memakai skincare pembelian Jack. Ia ingin tampil maksimal ketika pria itu melihatnya.Zeta duduk di pinggir tempat tidur sebentar, ia raih ponselnya yang tergeletak di meja nakas. Ia ingin menghubungi Sena. Sena pasti terpukul dan juga syok melihat kekas