Yang terdekat adalah kedai kopi yang hanya menyediakan dua meja untuk tamunya. Untungnya, satu meja masih kosong sehingga kami bisa duduk dengan tenang di sana.
Karena aku berniat untuk makan setelah obrolan ini, maka aku tidak memilih kopi. Aku lebih memilih es susu dalam porsi sedang. Sama halnya dengan Imelda yang tidak boleh meminum kopi dalam keadaan hamil."Lo tahu kan, kalau gue enggak punya banyak waktu? Gue belum makan dan bahkan belum sarapan dari pagi, jadi kalau emang lo mau ngomong, lo bisa ngomong sekarang juga."Sudah berhadapan seperti ini, tapi dia masih saja terlihat gugup dan ketakutan. Kalau memang setakut itu, harusnya dia tidak perlu menemui aku dari awal."Sa-saya tahu kalau Mas Fattah pasti sudah menemui Mbak kemarin setelah kita papasan di mall. Dari semenjak di mall, dia sebenarnya sudah mau nemuin Mbak tapi dia masih bersikap sopan dengan mengantar saya pulang lebih dulu."Aku mendengus tawa. Bisa-bisa nya ImeldEntah, harusnya aku merasa cemas atau bahagia. Karena semenjak pertanyaan iseng yang aku utarakan pada Kale tentang 'kenapa memangnya kalau aku balikan dengan Fattah?' , Kale langsung mendiamkan aku. Di tempat makan tadi, dia langsung bangun tanpa menghabiskan makanan yang dia pesan hingga membuat Lalisa bertanya-tanya, kenapa Kale bersikap seperti itu.Aku sendiri sebenarnya tidak tahu kenapa dia begitu, tapi setidaknya aku bisa menduga apa penyebab dia seperti itu.Bukankah dia tidak rela kalau aku balikan dengan Fattah? Entah apa alasannya, entah karena dia hanya tidak ingin aku kembali pada Fattah karena dianggap Fattah sudah menyakiti aku, atau memang karena dia cemburu, yang jelas aku benar-benar merasa senang dengan reaksinya.Apalagi ternyata, ngambeknya Kale itu menggemaskan sekali. Dia langsung melengos saat bertatapan dengan ku, lalu pura-pura tidak melihat saat ada aku. Luar biasa."Kale, aku mau pulang bareng kamu."Aku menge
Tidak ada yang berubah setelah aku dan Kalendra berubah status menjadi sepasang kekasih. Aku masih setia berangkat ke kantor menggunakan ojek online dan Kale yang menaiki bus. Itu semua demi misi kami agar tidak ketahuan oleh teman satu kantor. Tapi yang membuat aku kesulitan adalah diriku sendiri dan juga perasaan yang membuncah dalam diriku, sehingga aku beberapa kali tanpa sadar menoleh ke arah Kale. Sungguh itu bukan keinginan ku sendiri, melainkan gerak reflek dari tubuhku yang selalu ingin menatap ke arahnya. Ajaibnya, Kale malah santai-santai saja. Sikapnya terlalu biasa untuk disebut sebagai pacarku karena jika sudah berhadapan dengan komputer, dia tidak menoleh ke sana kemari. Dia bahkan tidak menoleh padaku, padahal seharusnya dia terus menatap ke arahku menurut dorongan hatinya, kan?"Len, gue ada vocer makan di kafe yang di ujung jalan. Mau enggak kesana pas makan siang?"Aku terlonjak. Terlalu fokus memikirkan Kale membuat aku tida
"Kal, masa begitu doang marah sih? Kan kamu tahu, kalau aku bercanda."Aku merengut saat melihat Kale berjalan mendahului ku. Padahal aku sudah susah-susah mencari waktu untuk bisa berbicara berdua dengannya perihal aku yang memuji chef selebriti. Tapi begitu aku menemukan waktu, dia malah mengabaikan aku dengan begitu saja."Mbak, jangan begitu. Nanti ada orang yang lihat."Walaupun sudah berkata seperti itu, dia masih saja tidak menoleh padaku sama sekali. Aku kesal. Aku berhenti berjalan dan kemudian berseru padanya"Memangnya kamu masih perduli sekalipun ada orang yang tahu soal hubungan kita?"Kale langsung menoleh cepat ke arahku dengan mata yang membulat terkejut. Langkah nya berlalu cepat ke arah ku, lalu jemarinya dengan kurang ajar menyentil bibirku."Mbak, kalau beneran ada yang dengar bagaimana? Kita baru jadian dua hari terus harus pisah kantor karena ketahuan. Mbak mau begitu?"Wajahku masih tetap cemberut.
Keluar dari ruangan Mas Adit, aku langsung mendatangi Lili di mejanya. Dia sangat percaya diri hingga menatapku dengan tatapan yang menantang."Ternyata benar ya? Padahal dulu Mbak dengan gigih mengelak kalau punya hubungan sama Kale, tapi--"Tanpa menunggu dia selesai bicara, aku langsung menarik tangannya untuk keluar dari ruangan. Sudah cukup dia membuat hubungan ku dan Kale menjadi konsumsi publik, tidak lagi untuk sekarang. Manusia ular sepertinya sudah pasti akan menggiring aku untuk dipermalukan di depan semua orang dan aku tidak akan membiarkan itu terjadi lagi."Lo sengaja ngikutin gue sama Kale dan juga langsung ngambil gambar kami terus diperlihatkan ke semua orang?"Dengan senyum menyebalkan yang ada di wajahnya, dia mengangguk."Iya. Berkat saya, semua orang jadi tahu betapa munafik nya Mbak selama ini. Dari awal Mbak kekeuh bilang kalau Mbak enggak punya hubungan apapun sama Kale. Mbak bahkan berlaku seakan-akan sampai kapan
"Enak banget ya? Udah ketahuan pacaran di kantor, tapi dapat hak istimewa buat tetap bertahan di kantor dua-duanya tanpa harus keluar salah satunya. Kalau tahu ada hak istimewa begitu, gue juga dari awal aja cari pacar satu kantor.""Ya gimana lagi? Yang melanggar kan karyawan terbaik selama dua bulan berturut-turut, jadi wajar kalau dapat hak istimewa kayak gitu. Sedangkan rakyat jelata kayak kita sih, kalau ketahuan pacaran sama sesama karyawan pasti sudah disuruh tulis surat pengunduran diri atau disuruh putus biar enggak jadi masalah di kantor."Aku sudah tahu bahwa masalahku dengan Kale sudah menyebar luar kesana kemari. Makanya sebisa mungkin, aku tidak merasa tersinggung atau marah walaupun dibicarakan dengan terang-terangan oleh orang-orang dari divisi lain. Kebanyakan, mereka adalah berasal dari bagian Pemasaran. Tapi ada juga yang berasal dari divisi Keuangan yang sebagian besar merupakan teman dekat Valani, gadis yang pernah menyukai Kale dan ditolak jug
"Kenapa, Kak? Kenapa Kakak lebih bela dia daripada aku? Apa Kakak lupa, kalau orang tuaku menitipkan aku sama Kakak? Tapi apa yang Kakak lakukan? Kakak malah menampar aku di depan banyak orang, demi perempuan itu."Kedua alisku nyaris menyatu saat Lili dengan kurang ajarnya menunjuk lurus ke arah ku. Padahal kalau dia minta maaf pun, aku belum tentu akan memaafkannya. Apalagi jika sikapnya seperti itu."Justru karena orang tua kamu menitipkan kamu pada saya, makanya saya enggak mau kamu melakukan sesuatu yang salah dan menyakiti orang lain. Alena enggak salah apa-apa. Dia hanya jatuh cinta pada seseorang yang selama ini dia anggap sebagai temannya. Tapi karena merasa disakiti dan dikhianati, kamu malah membuat dia dalam masalah. Kamu memprovokasi banyak orang untuk berbicara buruk tentang dia. Kamu pikir, saya enggak tahu?"Sudah aku duga, bahwa Lili yang melakukannya. Sebenci itu dia padaku hanya karena aku dan Kale berpacaran. Padahal orang yang belum la
Hari itu, Kale benar-benar mengatakan keputusannya pada Mas Adit. Aku tidak tahu apa saja yang mereka bicarakan, tapi saat aku bertanya pada Kale, dia hanya bilang bahwa Mas Adit sedikit menyayangkan keputusan yang Kale ambil. Mas Adit berkata bahwa dia merasa senang memilki Kale sebagai bawahannya. Meskipun begitu, Mas Adit pada akhirnya menyetujui sudah pengunduran diri Kale.Lalu esok malamnya, kamu mengadakan makan malam dengan teman satu kantor sebagai bentuk perpisahan untuk Kale. Tentu saja sebetulnya, aku tidak berniat mengajak Lili. Tapi walau bagaimana pun, dia masih rekan kerja kami. Rasanya tidak akan etis jika aku dengan sengaja mengecualikan dia."Dingin."Aku memeluk tubuh ku dengan kedua tangan. Saat ini, aku sedang ada di depan kafe bersama Kale, sedangkan teman-teman yang lain masih ada di dalam kafe."Mau pakai jaket saya?"Aku tertawa mendengar tawaran dari Kale. Biasanya, di dalam film atau drama, pemeran utama laki-l
Lampu gantung berbentuk bulat yang memberikan kesan temaram yang romantis, kursi kayu dan meja kayu yang sesuai dengan interior kafe yang agak jadul. Alunan musik dari penyanyi terkenal yang dikenal dengan lagu-lagu puitis nya.Sungguh, ini adalah komponen sempurna untuk kencan pertama. Kebetulan aku dan Kale menempati meja yang ada di pojok ruangan, yang agak terasing dari meja lainnya. Ternyata, selain es krim, kafe yang Kale sebut sebagai warung es krim ini juga menyediakan cemilan kekinian. Salah satunya adalah waffle es krim dan juga martabak es krim. Dua-dua nya sudah pasti berisi es krim segar di dalamnya.Tapi daripada memesan makanan dengan isian es krim, aku memilih brownies green tea tanpa es krim, karena aku sudah memesan es krim secara terpisah dan juga air mineral."Suka?"Adalah pertanyaan yang diutarakan oleh Kale setelah sekian lama kami hanya sibuk menyantap pesanan kami."Ini enak. Tapi sebenarnya, aku belum makan nasi,