Kejadian seminggu lalu dimana Gilbert ditemukan dalam kondisi tubuh terluka akibat luka sayatan pisau dan berlumuran darah telah dianggap sebagai percobaan bunuh diri. Semua bukti bahwa Namiya dan Nasya ada di tempat saat kejadian terjadi sudah hilang sehingga polisis menutu kasus ini terlebih karena pengakuan Gilbert sendiri yang mengatakan bahwa dia bunuh diri karena depresi atas kehidupannya yang banyak masalah. Untungnya Gilbert tak berkata jujur dan membantu Tuan Nicholas menyelamatkan Namiya atas kasus ini dan kasus Namiya yang tertembak di Bandara pun, Namiya sudah mengirim surat pencabutan atas kasus tersebut yang artinya Namiya tak mau melanjutkan kasus tersebut dan memilih memaafkan.
Kini, Gilbert sedang berbaring di atas brankar sambil memakan suapan bubur dari suster yang merawatnya, kondisinya sudah membaik dan ia bisa diselamatkan dari maut walaupun mendapat banyak luka sayatan. Ia bertekad bahwa ia harus sembuh dengan cepat agar ia bisa segera menemui Namiya dan
Seorang wanita cantik dengan balutan jaket tebal dan selimut yang menutupi kakinya sedang membaca koran tentang pria yang ia cintai, kondisi Gilbert selama di rumah sakit menjadi berita terkini selama seminggu di koran dan internet karena status pria itu yang menjadi pengusaha terkaya tahun ini di Indonesia.Hari ini hujan yang turun dengan sangat deras hingga suasana terasa dingin tak bisa mendinginkan hati Namiya yang sudah menghangat saat melihat berita perceraian Gilbert dengan Niola. Hal itu membuktikan jika Gilbert memang benar-benar serius menjalin hubungan dengannya walaupun sebenarnya ia kasihan juga pada Niola karena bagaimana pun ia adalah wanita dan pastinya ia tahu apa yang dirasakan oleh Niola. Namun tetap saja rasa kasihannya tak melebihi rasa senangnya hingga ia tersenyum lebar dan langsung menuruni tempat tidur, berlari keluar dari kamar dengan menggenggam koran di tangannya dan masuk ke kamar adiknya dengan berteriak memanggil adiknya karena saking senangnya
Sudah seminggu sejak keluar dari rumah sakit dan Gilbert mempersiapkan pernikahannya dengan Namiya, ia begitu bersemangat dan antusias untuk merancang segala hal tentang pernikahan ini mulai dari dekorasi yang merupakan idenya sendiri, menu makanan yang merupakan gabungan makanan kesukaannya dan Namiya, begitu pun dengan minumannya. Kedua baju pengantin untuk dirinya dan Namiya yang ia desain sendiri sesuai kesukaannya dan Namiya.Tak satu hal pun yang lepas dari Gilbert soal pernikahannya, berbeda saat ia menikah dengan Niola dulu, diajak ukur baju pengantin saja ia menolak dengan alasan sibuk sehingga hanya mengirim ukuran bajunya saja, padahal saat itu ia sedang asyik minum di sebuah bar.Hari ini setelah semua persiapan pernikahan, undangan telah disebar, dan perayaannya bertepatan dengan hari ini, Gilbert sudah siap berdiri di atas altar pernikahan, menunggu Namiya datang bersama keluarganya karena ia sudah memberitahu Tuan Nicholas kalau ia benar-benar serius ingin
Saat Gilbert keluar dari gedung pernikahan itu, ia langsung disambut dengan pelukan Namiya yang begitu erat pada tubuhnya. Namiya kembali menangis karena ia kecewa dan sedih satu-satunya harapan ia menemukan orang tuanya telah meninggal dunia, seakan semesta setuju bahwa ia akan selamanya hidup tanpa mengenal orang tuanya."Kenapa Gilbert?""Kenapa Ero harus mati saat dia ingin berbuat kebaikan sekali saja di hidupku dengan mengatakan siapa orang tuaku?""Kenapa Tuhan sekejam ini padaku?"Ingin rasanya Gilbert berteriak untuk menjawab pertanyaan Namiya bahwa Tuhan tak kejam pada wanita itu, malah Tuhan menyayangi Namiya hingga tak mau Namiya mendapat masalah karena ayahnya.Namun Gilbert tak mungkin berkata seperti itu yang pasti akan memancing ribuan pertanyaan dari Namiya karena ia tahu masalah orang tua wanita itu. Gilbert belum siap untuk memberitahu Namiya tentang Ferdinand Pradipta. Ia membalas pelukan Namiya dan berusaha menenangkannya dengan kat
Hari ini Namiya bangun kesiangan namun tetap ia yang lebih cepat bangun dari Gilbert. Karena sekarang statusnya sudah berubah menjadi seorang istri, ia pun mulai menjalankan perannya sebagai istri dengan baik, ia berusaha melakukan apapun yang ia bisa untuk melayani suaminya dengan baik.Setelah ia selesai mandi, ia pun langsung menyalakan air hangat untuk suaminya mandi karena sepuluh menit lagi Gilbert akan bangun, pria itu punya rutinitas bangun tepat waktu, tidak kurang dan tidak lebih. Secepat mungkin pun Namiya mempersiapkan diri, memakai baju terbaik dan berdandan lalu menyisir rambutnya.Namun sayangnya suaminya sudah lebih dulu bangun saat ia sedang menyiapkan pakaian dan barang-barang kerja Gilbert. Gilbert tersenyum manis saat melihat Namiya sedang menjalankan tugasnya menjadi istri yaitu melayani kebutuhannya, Namiya juga membalas senyuman suaminya. Setelah aktivitasnya selesai, ia pun hendak keluar kamar dan mau melihat sarapan yang dibuat oleh pembantu namu
Seorang wanita cantik sedang sibuk membuka setiap lembar dari buku usang yang sudah tua, buku yang ia bawa sebagai warisan terakhir panti asuhannya, satu-satunya barang yang tersisa dari panti walau kondisinya sudah hancur sebagian dan ada beberapa lembar yang robek akibat bencana alam waktu itu. Hanya ia yang tahu bahwa buku berisi informasi mengenai seluruh anak panti telah berada di tangannya, buku ini ditemukan tim sar berada di dekatnya ketika kejadian sehingga buku ini ikut dibawa bersamanya karena mungkin bisa membantu anak-anak panti yang selamat dan tak punya tempat tinggal lagi atau siapa pun di dunia ini untuk menopang hidup. Setelah bertahun-tahun lamanya, Namiya membuka buku ini untuk pertama kalinya, dulu ia tak pernah membuka buku ini karena ia tak mau mengetahui tentang identitas orang tua yang sudah membuangnya namun kejadian di pernikahannya membuat hati kecilnya meronta ingin tahu siapa ayah dan mamanya, ia tahu bahwa preman itu tahu siapa orang tuanya dan penguru
Namiya menyambut kepulangan Gilbert sehabis kerja dengan pelukan hangat dan senyum manis di bibirnya, ia sedang butuh pelukan saat ini untuk menenangkan dirinya dari rasa khawatir dan takut dalam dirinya. Gilbert pun membalas pelukan istrinya lalu mengecup kening Namiya dengan lembut."Aku merindukanmu, Gilbert.""Tumben sekali kau merindukan aku secepat ini, kita baru berpisah tidak lebih dari sehari. Apa ada sesuatu yang terjadi.""Tidak ada yang terjadi. Apa tidak boleh seorang istri merindukan suaminya?""Boleh, ayo kita ke kamar."Namiya pun mengangguk dan keduanya pun berjalan menaiki tangga untuk je kamar. Gilbert tak masalah dengan sikap manja istrinya karena ia senang menanggapi sikap manja Namiya. Namun baru dua langkah menaiki tangga, suara panggilan dari seseorang di belakang membuat mereka berhenti melangkah dan berbalik badan."Nyonya, Tuan. Tunggu dulu.""Ada apa, Bi?"Namiya bertanya lebih dulu karena bingung melihat pe
JUDUL: PENIPUAN YANG MEMBERI MOTIVASISeorang gadis cantik yang memakai baju seragam putih abu-abu, duduk di bangku yang terbuat dari kayu di depan rumahnya.Suara isak tangis dan air mata yang mengalir di kedua pipinya, menandakan kesedihan yang dirasakan gadis yang bernama lengkap Ayu Ratnasari."Mama, semuanya gara-gara Ayu yang tergiur dengan harga laptop tersebut, seharusnya Ayu mendengarkan mama hiks hiks."Ayu menatap mamanya yang berada di sampingnya sambil memeluknya, dalam hati ia merutuki kebodohannya karena keinginannya membeli laptop."Sudahlah kak, anggap saja uang itu menjadi uang sial atas kerja kerasmu, sudah jangan bersedih lagi," ucap ibu Ayu, berusaha menenangkan putrinya yang bersedih.Sebenarnya ibu Ayu, juga sangat menyayangkan uang senilai hampir dua juta rupiah, lenyap karena tergiur akan harga murah laptop.Ayu bukan terlahir dari keluarga kaya atau miskin, ia terlahir dari keluarga sederhana. Di umurnya yang
Harapan Sahabat PenulisPerkenalkan namaku adalah Maharani Dwi Putri, ibuku memberiku nama itu agar aku menjadi seorang putri yang akan selalu bersinar.Aku hanya gadis biasa dengan impian setinggi langit, bagaimana tidak? Aku memiliki impian bisa menerbitkan karya tulisku yang berupa Novel agar bisa diterbitkan oleh penerbit mayor.Sebenarnya impianku itu biasa saja bagi orang lain, namun bagiku itu adalah keajaiban yang akan sulit kuraih, melihat kemampuan menulisku yang masih rendah berbeda dengan penulis hebat di luar sana, seperti Tere Liye, Boy Chandra, atau penulis favoritku Pit Sansi."Rani!!!"Suara teriakan sahabatku, membuat aku tersadar dari lamunanku lalu menoleh pada sahabatku, Nara. Aku memasang wajah bersalah karena sudah tak mendengar ocehan sahabatku dari tadi."Kau pasti tidak mendengar apa yang kuceritakan dari tadi bukan?"