Bagaimana ya nasib Nara yang sedang berusaha kabur dari rencana tante Ratih? Ditunggu ya kelanjutannya. Jangan lupa vote dan reviewnya ya. Terima kasih 😁♥
“Kamu tahu enggak hotel tempat kami menginap itu bagus banget, terus kamar tempat kami tidur itu juga gede. Belum lagi ditambah sarapannya yang enak banget.”cerita Nadira penuh semangat sampai membuat Galang merana mendengarnya.“Wah kamu benaran sukses, kerja sambil menginap di hotel mewah.”ujar Galang takjub bercampur iri dengan rekan kerjanya itu.“Yang paling asyik lagi karena kita enggak keluar uang sama sekali. Gratis!”seru Nadira mengingatkan.“Punya calon mertua kayak begitu sih asyik juga ya.”komentar Galang seakan membayangkan.“Asyik? Bukannya kemarin kamu bilang serem? Tiba-tiba bisa telepon terus minta ganti ini itu.”ujar Embun yang mendengar pembicaraan kedua pegawainya itu.Galang tiba-tiba menggeleng sambil memeluk dirinya sendiri,”Iya deh serem. Kayak ibu suri.”ujarnya,”Kamu bayangin ya mbak Embun disuruh ini, disuruh itu.”jelasnya pada Nadira.“Tapi kan ayam goreng yang dibeliin tante Ratih kamu habi
Kini hampir jam sepuluh malam dan akhirnya perjuangan mereka membantu Indah melahirkan bayinya yang ternyata kembar pun berakhir sudah. Beruntung meski lahir lebih awal dari seharusnya, ibu juga kedua bayinya semua sehat dan untuk memastikan besok mereka akan pergi ke rumah sakit di kota.“Wah ternyata mas benaran dokter ya.”ujar Nara begitu dirinya ikut duduk bersama Ara di teras depan rumah pak Asep.“Jadi maksudmu kalau enggak bantu orang lahiran itu aku enggak kelihatan kayak dokter?”protes Ara tidak terima.Nara mengangguk,”Enggak kelihatan mas.”sahutnya sambil menunjuk wajah Ara.Namun waktu Ara hendak membalas kata-kata Nara“Aku pamit ya! Mas! Mbak!”pamit Ayu yang baru keluar dari kamar Indah.“Terima kasih ya.”sahut Nara ramah,”Kamu hati-hati ya sudah malam.”pesannya.Ayu mengangguk sambil tersenyum.&ldq
Tiba-tiba dengan wajah tenang ibu Ratih mengambil keputusan dengan sepihak,“Kalau begitu biar kita semua antar Nara ke kantornya setelah itu baru ke rumah.”sahutnya ringan.Lagi-lagi Nara memejamkan matanya, kenapa kok jadi malah semakin kacau jadinya. Namun di luar dugaan Nathan dan pak Alex ternyata jauh lebih mengerti situasi dibanding Ara.“Mama jangan aneh-aneh ya.”ujar Nathan melarang ibunya,“Sudah nanti biar mas saja yang mengantar calon istrinya.”katanya sambil mengapit lengan ibu Ratih dan mengajaknya masuk ke mobil.“Iya ma. Urusan anak-anak biar mereka yang mengatur.”tambah pak Alex yang mengikuti mereka dari belakang.Kini ekspresi lega pun akhirnya menghiasi wajah Nara.#Setelah tiba di rumah keluarga Baskara Nara segera berpamitan dengan ibu Ratih dan om Alex dengan cepat ia menyeret Ara untuk segera mengantarnya pulang, sebelum semakin larut dan Ark
“Wah, tumben jeng masuk-masuk bawa martabak. Dua kotak pula.”tanya Zia dengan mata membesar begitu melihat Nara masuk ke dalam ruang kerja dengan tangan menenteng kantong yang berisi dua kotak martabak.Nara menghela napas sambil menarik kursi kerjanya,”Di rumah ada banyak, setelah tadi malam makan martabak, pagi ini aku juga sarapan martabak. Bahkan mamaku sampai mengancam kalau aku enggak mau bawa ini martabak ke kantor hari ini aku enggak boleh berangkat kerja. Baru kali ini aku merasa menyesal nitip martabak.”jawabnya panjang lebar.“Kok bisa?”tanya Zia sambil membuka salah satu kotak lalu memakannya,”Eh satu kotak ini kasih anak-anak saja ya.”sarannya sambil berteriak memanggil nama salah satu pegawainya.#“Mbak Nara ulang tahun?”tanya Nadira bingung waktu dirinya yang muncul di balik pintu dan menerima sekotak martabak yang disodorkan oleh Zia.Nara menggeleng,&r
Arka yang baru tiba di rumah menemukan adik bungsunya berdiri tanpa bergeming di depan pintu rumah,”Kamu kira pintu rumah kita itu otomatis.” ujarnya sambil mendorong bahu Nara dengan jari telunjuknya.“Eh,mas kapan pulang?” tanya Nara datar tanpa ekspresi namun bersikap seakan dirinya terkejut, karena ia sama sekali tidak menyadari kehadiran kakaknya itu. Isi pikirannya penuh dengan rencana untuk mengagalkan pertunangan, yang tiba-tiba muncul entah dari mana.“Dari tadi itu kamu benaran bengong?” tanya Arka sambil menggelengkan kepalanya.Nara menoleh pelan lalu memandang Arka dengan alis terangkat karena ia sama sekali tidak menyimak kata-kata kakaknya itu.“Kamu lagi mikirin apa sih?” tanya Arka lagi melipat tangan di depan dada sambil memiringkan kepalanya,”Setahuku bengong itu termasuk salah satu hal yang paling jarang kamu lakukan dalam hidup.” ujarnya lagi dan s
Jadi berdasarkan keputusan yang dibuat secara sangat buru-buru kemarin malam, sore ini Nara dan Ara akan membicarakan masalah mengenai rencana untuk mengagalkan acara pertunangan yang seharusnya mungkin saja akan diselenggarakan bagi mereka berdua.“Kamu belum mau pulang?” tanya Embun yang sudah selesai merapikan meja kerjanya dan melihat hanya tinggal Nara yang masih belum mengalihkan pandangannya dari layar laptop.“Aku tahu sih ini buru-buru tapi inikan bisa dikerjakan di rumah.” ujar Zia sambil menunjuk anggaran untuk pameran yang sedang dikerjakan oleh Nara,”Biasa juga kamu bawa pulang.” tambahnya lagi.Nara menoleh menatap kedua rekannya itu bergantian,”Aku lagi nunggu orang, jadi mending sambil nunggu sekalian aku kerjain.” jelasnya ringan.Perlahan namun pasti Embun dan Zia menarik kursi kerja mereka masing-masing dan kembali duduk.“Kok kalian yang
Seakan ada yang terlupa, Arka tiba-tiba menerobos masuk ke dalam kamar Nara bahkan tanpa mengetuk pintu.“Kenapa mas?” tanya Nara tanpa sadar menahan napas dengan mata membesar sambil memeluk piamanya.“Aku lupa bilang kalau dari kemarin itu aku mau kenalin kamu sama temanku.” sahut Arka sambil menenteng handuk di tangannya.“Teman mas? Teman mas bukan hanya mas Ara?” tanya Nara sambil menarik napas lega, karena kakaknya membahas hal lain.Arka memutar matanya sambil menghela napas,”Kalau sejenis itu anak enggak perlu dikenalin juga kamu bakal kenal sendiri.” ujarnya lelah,”Ini serius nanti kapan-kapan mas ajak ke rumah. Eh, mas mandi duluan ya.” tambahnya lagi sambil berjalan keluar dari kamar Nara.“Tumben amat si mas.” gumam Nara sambil menggelengkan kepalanya.#“Mas! Mas!” panggil Nathan untuk kesekian kalinya. Ja
“Kenapa kita harus meeting di rumahku?” tanya Nara begitu dirinya kini ada di dalam mobil Embun.“Itu karena hari ini tante Linda masak nasi kuning.” sahut Zia yang duduk di sebelah Embun.“Mamaku masak nasi kuning? Kenapa kalian bisa tahu dan aku enggak” protes Nara dengan alis terangkat.#“Kamu mau ngapain beli keripik kentang begitu banyak?” tanya Arka saat melihat sahabatnya turun dari mobil.Ara yang juga baru tiba di depan rumah Arka segera mengangkat barang bawaannya,”Buat tante Linda.” sahutnya ringan.“Wah kok kamu bisa pas bawanya.” sambut ibu Linda yang senang dengan sekantong besar keripik yang baru saja diberikan oleh Ara kepadanya.“Kan kemarin tante sudah bilang.” bisik Ara sambil mengedipkan sebelah matanya.“Mama masak nasi kuning banyak begini?” tanya Arka menunjuk meja makan y